08. Puisi Natasha

134 22 0
                                    

"Kamu tau, kehadiranmu tak jauh-jauh dari bagian bahagia dan luka yang tak berspasi."


***

Setelah mendapatkan dua kantong plastik berisikan baju hawai. Jeffri dan Natasha bergegas pergi dari Mall menuju ke rumah Jeffri.

Sejujurnya Natasha masih heran dengan Jeffri. Pertama, kenapa dia harus membeli baju di Jakarta, sedangkan di Bali ada dan jauh lebih banyak ragamnya. Kedua, kenapa Jeffri bertanya perihal Natasha suka menulis atau tidak dan juga bertanya apakah buku jadwal Jeffri yang Natasha tulis di binder jurnal adalah tulisannya atau bukan hingga dua kali. Dan ketiga, kenapa Jeffri mengajaknya ke rumahnya padahal sekarang sudah pukul 9 malam, dan Jeffri ingin meminta tolong Natasha melihat puisi Jeffri? Padahal Natasha masih ingat jelas bahwa Jeffri hanya pandai dalam bidang musik, olahraga, dana ekonomi.

"Gak tau kenapa tapi kok perasaan ada hal yang janggal di Kak Jeffri ya."

Jeffri terus mengemudikan mobilnya sedikit cepat menuju rumahnya. Sedangkan Natasha masih terlarut dalam lautan keheranan, sembari menatap kaca mobil.

"Natasha," panggil Jeffri.

"Iya Pak." Kepala Natasha refleks menoleh.

"Waktu SMA dulu, kamu ikut eskul apa aja?" tanya Jeffri.

Natasha langsung menjawab. "Saya ikut musik, basket, dan literasi, Pak."

"Literasi itu ... yang suka kasih puisi atau cerpen ke anak-anak mading ya?"

Natasha mengangguk kecil. "Iya Pak, kenapa?"

Jeffri menggeleng pelan. "Enggak apa-apa."

"Kamu memang terbiasa ya manggil saya Pak, bukankah waktu itu sudah saya ingatkan?"

"Eum ... lupa Pak, maaf, eh, maksud saya—"

Jeffri terkekeh pelan. "Lucu."

Natasha membelalak terkejut. Kepalanya langsung ia palingkan ke arah kaca mobil.

"Saya kayaknya terbiasa dengan Pak Jeffri deh, daripada Kak Jeffri."

Jeffri menoleh sebentar lalu kembali fokus pada jalan. "Saya merasa seperti sudah tua saja kalau begini."

Natasha refleks tertawa pelan sembari menoleh ke arah Jeffri. Sampai beberapa detik kemudian ia menutup mulutnya karena merasa sudah kelewatan.

"Maaf Pak, enggak ber—"

"Saya sudah bilang jangan sungkan bukan?" Jeffri melirik sebentar Natasha. "Kita itu partner kerja Natasha, kalau kamu canggung dan gak rileks sama saya, gimana kita bisa saling bertukar pikiran? Lagipula kita juga senior junior di sekolah. Dan kita juga cukup akrab bukan waktu itu? Jadi, jangan merasa sungkan dan canggung gitu, biasa saja."

Natasha tersenyum sedikit canggung menanggapai ucapan Jeffri. "Hehe, iya Pak, saya akan berusaha untuk tidak canggung."

"Sejujurnya, hal yang bikin canggung adalah karena perasaan bodoh ini yang masih terus berdiam diri di dalam hatiku untuk kamu, Kak Jeffri."

Akhirnya setelah 42 menit berlalu, mobil Jeffri tiba juga di kediaman rumahnya. Natasha langsung terkagum-kagum dengan halaman luas milik rumah Jeffri. Sangat cantik dan bersih!

Natasha turun dari mobil sembari menatap dan berkelana menyusuri halamam luas rumah Jeffri.

Jeffri datang menghampiri Natasha sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Sudah selesai liat halaman sayanya?"

Mellifluous [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang