22. Natasha Dan Lukanya

123 18 10
                                    

"Kenapa mencintai seseorang harus sesakit ini, Ya Tuhan?"

***

Natasha menatap gamang ponselnya. Tangannya mengacak rambutnya dengan kesal. Perasaan masih kecewa pada kenyataan takdir. Tetapi Tuhan selalu tau pada hambanya. Ia lagi-lagi memberikan kelemahan untuk Natasha. Tuhan tau kelemahan Natasha siapa.

Tadi pagi, Jeffri mengiriminya pesan. Natasha melihatnya. Sesungguhnya hari ini ia tak masuk kerja. Tak memberi alasan juga pada Jeffri atau resepsionis Perusahaan. Natasha tidak cukup kuat untuk menemui Jeffri nanti di Perusahaan.

Kejadian semalam masih terbayang-bayang olehnya. Bagaimana Jeffri dan Cayla berbuat hal yang mampu membuat Natasha merasakan sesak pada hatinya. Pilu luka ini lebih sakot daripada mengetahui bahwa Jeffri dan Roseana sudah berpacaran saat di sekolah dulu.

Terkadang Natasha ingin protes kepada Tuhan di atas sana. Ia merenggut kedua orangtuanya. Lalu ia merenggut perasaannya. Dan sekarang ia merenggut hatinya. Kenapa? Natasha tak paham pada Tuhan. Takdir lagi-lagi mempermainkan dirinya. Kenapa Natasha harus ditakdirkan mencintai seseorang yang bahkan tak pernah menginginkannya. Kenapa Natasha harus ditakdirkan kehilangan tanpa belum merasakan terikat. Kenapa? Ya, Natasha terkadang bertanya pada dirinya sendiri.

Natasha sangat kesepian. Rumah ini. Begitu besar namun terasa hampa. Orangtuanya sudah pergi. Dan sekarang perasaan dan hatinya juga. Setidaknya Natasha bersyukur karena Dhea masih ada di sini bersamanya. Tetapi tetap saja, Tuhan bisa saja mengambilnya bukan? Setiap hal yang diciptakan Tuhan tak akan bisa abadi di semesta ini.

Dering suara telepon dari ponsel Natasha berbunyi. Natasha dapat melihat nama yang tertara di dalamnya. Natasha mendesah panjang lalu menutup layar ponselnya.

Natasha menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Menatap langit-langit rumah-rumahnya. Memikirkan masalah yang begitu rumit pada hidupnya. Tentang takdir yang selalu menyukai mempermainkan kehidupan Natasha.

"Tuhan ... kenapa? Kenapa kau lakukan ini padaku? Kau telah mengambil kedua orangtuaku, apa sekarang kau ingin mengambil perasaan dan juga hatiku? Kebahagiaanku yang hanya sedikit ini kau juga ingin mengambilnya?"

Natasha mengerjapkan matanya dan saat itu juga air matanya menetas dari kedua matanya.

"Bahkan kebahagiaanku hanyalah seperti seekor semut. Begitu kecil dan hampir tak terlihat. Aku bahagia karena masih bisa melihat Kak Jeffri lagi. Bertemu dengannya lagi. Aku bahkan bisa bekerja dengannya dan menjadi akrab. Aku bahkan pernah dipeluknya. Aku juga pernah mengambil foto dari kamera depan bersamanya untuk pertama kalinya. Hanya potongan-potongan peristiwa itu. Terkadang aku masih terus tersenyum dan merasakan kehangatan pada diriku saat mengingat hal itu. Aku sangat bahagia."

"Bahagiaku begitu kecil dan hampir tak terlihat. Tapi kenapa Tuhan? Kenapa aku harus dipermainkan oleh takdir yang sudah kau gariskan pada buku takdir?"

"Kenapa Tuhan??"

Natasha mulai mengeluarkan suara isak dari bibirnya. Tangannya menutupi wajahnya yang sudah banjir oleh air mata. Pagi itu, menjadi pagi buruk kedua setelah ia mengetahui kabar meninggalnya kedua orangtuanya dalam sebuah kecelakan mobil menuju ke rumah.

***

Jeffri menatap pemadangan kota yang indah dan ramai dari lantai atas Perusahaannya. Ia memandangi sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Mellifluous [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang