"Cinta itu seperti medan perang, bila kita kalah, maka kita akan terpatahkan oleh lautan luka, sedangkan bila kita menang, maka kita akan mengibar bendera kebahagiaan."
***
Setelah melewati waktu sebanyak satu jam lima puluh lima menit di atas udara. Natasha dan Jeffri beserta pegawai lainnya tiba di Bali, bandara Ngurang Rai.
Natasha mendorong koper merah mudanya dengan wajah bantal. Dengan bermodal masker, Natasha bisa menutupi wajah bantalnya itu dari Jeffri. Kalau sampai Jeffri melihatnya mungkin Natasha akan sangat malu bila berhadapan dengan Jeffri lagi setelah ini.
Namun sebenarnya tiga puluh menit yang lalu di dalam pesawat ...
Jeffri baru saja meregangkan kedua tangannya ke atas. Dia baru saja menyelesaikan maraton film di dalam pesawat. Kepala Jeffri pun tersender sekalian menoleh ke arah samping kiri tepat Natasha duduk.
Jeffri terkejut karena Natasha tertidur dengan sangat unik. Senyum Jeffri perlahan ketarik ke atas sedikit sambil menggelengkan kepalanya kecil. Jeffri juga mengeluarkan suara kekehan berbisik dari mulutnya.
"Cantik-cantik tapi kalau tidur mulutnya kebuka sedikit, Natasha, Natasha," bisik Jeffri sambil menutup bibir mungil Natasha dengan tangan kanan Jeffri.
Jeffri juga menggeser sedikit posisi kepala Natasha agar kepalanya tidak sakit saat terbangun nanti.
"Harusnya yang dirawat itu saya, tapi ternyata kamu juga harus saya rawatin, hm? Natasha, Natasha, kamu lucu ya. Nulisin puisi indah, gugup waktu kerja bareng saya, nutup pintu tidak sopan, tidak membawa kopi saya, dan sekarang kamu secara tidak langsung ingin saya merawati kamu, dasar." Tangan telunjuk Jeffri menusuk pipi Natasha dengan pelan. Lalu setelah mengatakan ungkapan panjang lebar, Jeffri akhirnya ikut tertidur juga.
***
"Selamat pagi Natasha," sapa Jeffri dengan setelan baju kawai berwarna hijau bermotif pohon kelapa dengan celana kulot hitam selutut.
Natasha yang masih sibuk dengan wajan dan cutil refleks menoleh sebentar. "Selamat pagi Pak Jeffri."
Jeffri berjalan mendekati Natasha untuk melihat apa yang sedang Natasha masak pagi-pagi ini. "Nasi goreng?"
Natasha menoleh ke Jeffri. "Iya Pak, ini buat Pak Jeffri." Natasha memberi sepiring nasi goreng itu ke Jeffri.
"Tapi kita bisa sarapan di tempat lain, sambil jalan-jalan sebentar sebelum siang ketemu clien," ujar Jeffri.
Natasha tersenyum sambil memegang piring nasi goreng satu lagi yang dibuat untuknya. "Tapi, belum tentu makanannya sehat. Minyak itu gak tergantung Pak, ada yang bikinnya banyak minyak, ada yang bikinnya sedikit minyak."
"Tapi tetap saja, saya juga gak mau makan nasi goreng kalau di Bali," ujar Jeffri.
Natasha menurunkan senyumnya perlahan. "Yah ... Bapak gak bilang sih ke saya, apa Pak Jeffri mau saya buatin sarapan lain? Mau apa Pak? Bilang aja nanti saya buatkan," tawar Natasha.
Jeffri menggeleng sambil tersenyum lalu berjalan ke arah meja makan. "Gak usah Natasha, kamu udah bikin pagi-pagi buat saya. Masa saya nolak untuk makan ini? Ya ... memang sih awalnya saya mau sarapan di luar, sambil jalan-jalan 'kan, tapi kamu udah terlanjur buat sarapan, masa saya tolak, hm?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous [Completed✔️]
RomanceKisah ini berawal dari Natasha Zaylee yang terpikat oleh pesona suara Jeffri Deindan Aldavaro. Suaranya yang berat dan maskulin bak Pangeran membuat hati Natasha berdesir hebat. Dia benar-benar jatuh cinta pada laki-laki itu. Enam tahun berlalu, ny...