01. Uang Sewa Rumah

596 34 3
                                    

"Semua orang menyukai wajah tampanmu, tapi aku lebih menyukai suaramu yang sangat indah dan maskulin Jeffri."

***

6 tahun yang lalu ...

Suara ricuh, sorakan, dan tepuk tangan mendominasi lapangan sekolah SMA Paduka. Semua pasang mata fokus pada satu titik, yaitu panggung sekolah yang ada di tengah-tengah lapangan. Suara alunan musik mulai terdengar, membuat para penonton makin bersorak lebih kencang dari sebelumnya.

I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?
I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over, sideways and under
On a magic carpet ride

Gadis bercepol dengan poni yang menutupi dahinya itu membelalakkan kedua matanya saat melihat sosok laki-laki yang sedang bernyanyi di atas panggung. Mulutnya yang tadi tertutup rapi sekarang perlahan terbuka sedikit demi sedikit. Ekspresi wajah gadis ini sangat kaget, seperti melihat seorang malaikat tampan.

Alis yang tebal, rahang yang tegas, mata yang indah, wajah bak Pangeran Kerajaan, dan suara berat yang sangat merdu. Siapa sih yang tidak jatuh cinta pada sosok laki-laki yang sedang bernyanyi di atas panggung itu. Memiliki suara, wajah, dan badan yang sangat sempurna, dia seperti berasal dari negeri dongeng dan mimpi. Wujud dan keberadannya tidak nyata, sangking sempurnanya dia secara mata memandang.

"Dhea! Dhea!" Gadis itu mengguncang bahu Dhea- sahabatnya yang sedang asik menonton.

"Apaan sih Na? Ganggu aja deh!" kesal Dhea kepada gadis yang bernama Natasha itu.

"Nama Kakak cowok itu siapa? Yang cosplay jadi Aladin," tanya Natasha yang penasaran dengan sosok laki-laki tampan bak Pangeran negeri dongeng itu.

"Oh, itu namanya Kak Jeffri, kenapa?" Bukannya menjawab ucapan Dhea, Natasha justru hanya melihat kagum dengan mata berbinar pada sosok laki-laki bernama Jeffri.

***

Petikan gitar mulai terdengar merdu di dalam kamar bernuansa biru muda. Gadis berambut panjang yang telah memutuskan untuk tidak menggunakan poni badainya dulu sedang sibuk dengan gitar berwarna hitamnya.

Suaranya mulai terdenger, dia sedang menyanyikan lagu 'I like you so much, we lost it'.

Terakhir kali ia menyanyikannya sekitar dua tahun yang lalu. Tapi momen yang paling tak terlupakan tentang lagu ini adalah saat 6 tahun yang lalu.

Suara tepuk tangan dan sorakan terdengar cukup kencang dari kursi penonton. Gadis dengan bentuk mata yang besar dan pemilik senyuman sehangat matahari itu datang sembari membawa gitar kesayangannya.

Duduk di tengah panggung sambil bersiap untuk menyanyikan lagu spesial yang sudah ia siapkan beberapa hari yang lalu.

Lagu ini ia nyanyikan untuk seorang Kakak kelas yang sering berdiam diri lebih dulu di ruang musik sambil bernyanyi dan bermain piano hingga pukul 5 sore.

I like your eyes you looked away when you pretend not to care
I like the dimples on the corners of the smile that you wear
You wore them more with her I knew and I was scared
I let myself fall deeper but I was prepared

I liked your shirt, the one i gave you can't forget how you smell
But now on different shoulders hang the jacket I used to wear
I loved you for so long sometimes it's hard to bear
But after all this time I wish you well from here

Mellifluous [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang