49. Akhir Yang Menjadi Awalan

307 14 38
                                    

“Terima kasih, untuk kita yang pernah kenal.
Bagi yang singgah sementara, singgah menetap, atau bahkan singgah lalu pergi tanpa izin.
Terima kasih, ya.
Kadang, kita harus berterima kasih pada waktu dan juga rasa, walau cerita kita pada akhirnya hanya sekedar singgah.
Akhir bukanlah dari kehancuran tapi awalan dalam belajar mengikhlaskan dan berlapang dada.”

— Sayketa

***

Tidak terasa bukan bahwa waktu berjalan begitu cepat. Sudah 9 bulan Natasha mengandung anaknya. Merasakan setiap gerakan di dalam perutnya. Menyuruh-nyuruh suaminya dengan tak wajar. Terkadang Natasha tak sadar dengan dirinya, mungkin efek kehamilan memang segitunya ya?

Bahkan sekarang, permintaan Natasha membuat Jeffri menggelengkan kepalanya.

Apa yang ia minta kali ini? Roti tawar pada jam 2 pagi?

Atau Lontong sayur pada jam 10 malam?

Bukan.

Natasha meminta sebuah taman di dekat halaman kolam renang. Di sana ada tanah sepetak yang lumayan luas kosong. Tadinya sih mau Jeffri jadikan lapangan basket gitu. Tapi ternyata Natasha mau minta sebuah taman bunga dengan isinya bunga mawar putih secara keseluruhan.

Lalu bagaimana reaksi Jeffri?

"Kak Jeffri," panggil Natasha dengan nada manja.

Sebenarnya semakin usia kehamilan Natasha semakin tua, Natasha semakin manja pada Jeffri. Sampai-sampai Jeffri sendiri kebingungan dan keheranan. Dia sampai meminta Dokter Rafi memeriksa istrinya itu. Soalnya, Natasha ini orangnya mandiri dan tak suka merepotkan orang lain.

"Dok, beneran Natasha gak apa-apa?" tanya Jeffri masih tak percaya.

"Iya, Nyonya Natasha baik-baik aja kok Tuan Jeffri. Hal-hal yang berbeda memang sering terjadi kalau wanita sedang hamil. Biasanya itu bawaan dari si jabang bayi," jawab Dokter Rafi.

"Tapi, dia beneran kayak bukan Natasha, Dok. Masa dia suka manja-manja sama saya, bahkan minta yang aneh-aneh. Natasha yang saya kenal paling anti minta-minta apalagi bersikap merepotkan. Bukan maksud saya tidak mau merepotkan dia, tapi ... aneh aja gitu, Dok," curhat Jeffri.

Dokter Rafi terkekeh pelan sambil menepuk pelan bahu Jeffri. "Tidak apa Tuan, itu biasa terjadi kok. Memang kalau tak biasa akan kaget, tapi lama-lama akan terbiasa."

Begitulah percakapan singkat Jeffri dan Dokter Rafi tempo lalu.

Sekarang, lihatlah wajah berbinar dari Natasha. Wajahnya begitu senang dan bahagia. Matanya berbinar menatap pekarangan tanah yang tadinya ingin dibangun menjadi lapangan basket langsung berubah menjadi taman bunga dengan rumahan dilapisi kaca.

"Seneng banget, ya?" tanya Jeffri melirik Natasha.

Natasha menoleh sambil tersenyum lebar. "Iyalah! Indah banget tau! Berasa kayak di film-film yang banyak bunga-bunganya!"

Jeffri juga tidak bisa bohong. Kalau kebahagiaannya adalah bahagianya Natasha. Hanya melihat Natasha tertawa, tersenyum, dan terkagum-kagum pada suatu hal sudah membuat Jeffri ikut-ikutan bahagia juga. Kayak tertular gitu.

Mellifluous [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang