32. Lamaran

86 14 9
                                    

"Bahkan, kegelapan pun tak akan bisa menutupi sinarnya dirimu."

***

Natasha menatap lamat-lamat pesan yang baru saja ia terima dari ponselnya. Tak disangka jantungnya kini sudah kembali berpacu lebih cepat lagi. Butuh ada sepuluh kali Natasha membaca pesan yang ada di ponselnya itu.

Bokongnya ia jatuhkan di bibir kasur. Seperti tak percaya atas apa yang ia lihat. Walau sudah dibaca sepuluh kali, rasanya hati Natasha tetap tak mempercayainya.

Tak lama setelah 10 menit berlalu, Natasha yang tadinya hanya diam memikirkan pesan itu, mendengar sebuah seruan telepon dari ponselnya. Lantas, tangannya segera membuka ponsel dan melihat siapa yang menelponnya.

Detik itu juga, tangan Natasha dengan refleks melempar ponselnya ke arah kasur, untuk tidak meleset ke lantai. Badannya bangun dan mundur perlahan-lahan. Seperti takut atas nama yang tertera di ponselnya.

Setelah satu menit berlalu, suara dering telepon itu berhenti. Barulah kaki Natasha berani berjalan mendekat dan mengambil ponselnya lagi.

Natasha menghembuskan napasnya, merasa lega. Setelah itu ia berjalan ke arah meja rias untuk memakai rangkaian skincare malam di wajahnya. Malam ini, Natasha memakai celana hot pans berwarna putih dan tengtop putih. Gak tau kenapa, tapi mood Natasha lagi mau memakai baju terbuka, walau hanya di rumah saja beraninya.

Lagi enak-enaknya menepuk-nepuk serum di wajahnya. Bel rumah Natasha terdengar, bahkan suara ketukan pintu yang cukup keras juga terdengar. Kening Natasha berkerut, seketika Natasha geram karena kesal. Kegiatan santainya telah diganggu. Natasha dengan cepat menyelesaikan tepuk-tepuk wajahnya.

Tangan Natasha mengambil jaket kain berwarna merah muda di lemari, lalu memakainya untuk menutupi tubuhnya yang hanya dibalut tengtop putih.

Siapa sih yang udah ganggu, malem-malem gini?

***

Jeffri sedari tadi hanya bolak balik sambil menatap ponsel yang ada di genggamannya. Sudah hampir satu jam, ia menunggu balasan dari orang yang telah ia kirimin pesan, tapi sepertinya tak kunjung ada balasan, padahal centang biru sudah terlihat.

Karena merasa habis kesabaran, Jeffri akhirnya menelpon Natasha. Lama sekali dibalas, entah karena apa alasan gadis itu tak membalas pesannya, padahal centang biru sudah terlihat di matanya, itu kan artinya dia sudah membaca tanpa mau membalas.

Dengan tak sabar ia mundar mandir sambil memegang ponselnya di telinganya. Menunggu bukanlah Jeffri, dia biasanya ditunggu. Jadi jangan salahkan jika Jeffri sampai menelpon gadis itu hanya untuk menanyakan balasan gadis itu. Karena Jeffri bukanlah tipe si sabar atau si petunggu. Menurutnya menunggu hampir satu jam itu sudah sangat lama.

Mungkin Jeffri tidak tau, kalau Natasha bisa menunggunya hingga 6 tahun berlalu. Dasar, Jeffri memanglah tukang mengeluh dan tak sabaran!

Aish! Kok gak diangkat juga sih?

Akhirnya Jeffri memilih untuk menghampiri gadis itu. Daripada harus menunggu sebuah balasan pesan dari gadis itu. Bisa-bisa ia menggerutu dan marah tidak jelas di rumah nanti.

Hanya butuh waktu 12 menit, Jeffri bisa sampai di rumah Natasha yang jaraknya lumayan jauh dari perumahannya. Jangan tanya ya, karena mobil Jeffri itu mobil sport yang sekali tancap gas, arah garisnya langsung ke arah 100.

Mellifluous [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang