29. Berdamai

109 17 3
                                    

"Di antara kita terdapat tembok besar yang berperan sebagai penghalang penyatuan rasa."

***

Sudah terhitung dua minggu lima hari berlalu. Keterdiaman dan kecanggungan Jeffri dan Natasha masih berlanjut. Setelah pulang dari California, mereka menjadi sangat jauh. Natasha yang dingin dan Jeffri yang dingin. Keduanya ingin kembali memutar waktu namun perasaannya menolak, terutama Natasha. Sejujurnya ia masih trauma atas peristiwa tak mengenakan itu.

Terakhir kali di California, Natasha dibuat kepikiran sampai detik ini. Tentang sebuah kalimat yang keluar dari mulut Jeffri. Entah itu spontanitas atau hanya kiasan biasa untuk melindunginya. Tapi tetap saja, kinerja otak Natasha masih berpikir.

Natasha menatap jendela luar Perusahaan Aldavaro. Hari ini pekerjaannya tidak terlalu menumpuk seperti hari biasanya. Natasha merasa lega sekali karena dia bisa merileksasikan dirinya pada alam di luar sana. Dengan melihat pemandangan jalan raya, awan putih, sinar mentari, dan beberapa pohon-pohon besar. Itu sudah memberi kesan damai dan juga tentram.

Akhir-akhir ini, Natasha suka merasakan sakit kepala yang begitu dahsyat. Mungkin efek banyak pikiran? Tapi, Natasha tak biasanya begini. Sudah seminggu kepalanya sering terasa sakit, walau dia minum obat kapsul rutin sehari satu tablet. Tetap saja kepalanya masih sakit.

Seketika ia ingat sesuatu, lusa adalah hari pernikahan sahabatnya, Dhea. Anak itu, dia akan menikah dengan Johnny. Cepat sekali bukan? Beda dengan Natasha. Natasha masih melajang hingga saat ini, gak ada pengalaman berpacaran sama sekali, dan sekarang ia harus mengabdi pada Aldavaro team.

Ngomong-ngomong pernikahan Dhea. Natasha berangkat sama siapa ya kira-kira ke sana? Masa iya sendirian? Aneh banget keliatannya pasti. Tapi mau gimana lagi coba? Natasha gak ada sahabat selain Dhea selama ini. Sama Jeffri gak mungkin banget.

Natasha mendesah pelan. Kesadarannya tiba-tiba saja menghampirinya. Ia sadar betul seharusnya umur segini ia sudah punya pacar. Tapi lagi-lagi, ia tidak bisa. Natasha masih suka sendiri. Jika Ibu dan Ayahnya masih hidup, sudah sangat dipastikan Natasha akan diomeli terus untuk segera mencari seorang lelaki dalam hidupnya.

Natasha tetaplah Natasha. Mau bagaimana keadaan di masa lalu. Hatinya tak bisa berbohong. Natasha hanya mencintai Jeffri dan rasanya itu tak pernah berkurang sedikitpun.

Sedang kalut dalam pikirannya, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, membuatnya langsung bersuara, "Masuk."

Baru saja Natasha menoleh, ia langsung dibuat kaget bukan main. Di depannya sekarang, Jeffri sedang melangkah masuk mendekati Natasha setelah menutup pintu ruangan.

Tidak tau kenapa Natasha mundur dengan langkah pelan dan cemas. Jeffri menyadari itu, dia mencoba biasa saja. Namun pada akhirnya Natasha terselandung oleh kabel hitam yang melilit di dekat sepatu high heels-nya. Hampir saja Natasha terjatuh ke lantai jika Jeffri tak sigap menangkapnya.

Jeffri menangkap Natasha dengan menahan pinggulnya dengan tangan kanannya. Matanya membulat kaget begitu juga dengan mata Natasha. Keduanya saling tatap menatap dengan intens. Ada sekitaran lima belas menitan.

Sampai akhirnya Jeffri menarik kembali tangannya dan Natasha yang berdirikan tubuhnya dengan benar.

Keduanya terdiam sambil sebentar menatap satu sama lain. Sampai Jeffri mulai bersuara.

Mellifluous [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang