Setelah menurunkan Ronald, y/n mengendarai mobilnya menuju gedung apartemen nya. Sesampainya disana y/n bergegas menuju unit apartemen nya.
Y/n menutup pintu dengan kasar kemudian melempar kunci mobilnya beserta ponsel yang ia bawa.
Y/n mulai mengobrak abrik unit apartemen nya. Semua barang yang awalnya tertata rapi sekarang sudah berserakan dimana mana. Y/n berteriak dengan keras, semua nampak kacau. Mulai dari unit apartemen y/n yang sudah berantakan, dan dirinya yang sudah sangat kacau.
Tangan kanannya masih terus mengeluarkan darah. Ada beberapa serpihan kaca yang tak sengaja ia injak. Namun, sepertinya indra dan saraf perabanya sudah tak bekerja lagi dengan baik.
Y/n berjalan menuju kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di kasur. Ia sama sekali tidak merasakan sakit di tangan maupun kakinya. Sekarang yang ia rasakan adalah rasa kecewa yang sangat dalam.
Y/n memutuskan untuk menutup matanya, satu bulir air mata jatuh tanpa permisi. Ia menangis dalam diam, kemudian tertidur karena merasa lelah.
Dilain sisi Ronald mencoba menelpon y/n, namun sama sekali tidak bisa. Ronald sangat gelisah dengan keadaan y/n yang pasti sangat kacau.
"Mr Ronald, pelacak yang berada di mobil mengarah ke apartemen Mrs y/n" ujar salah satu anggota IT L'A Company.
"Aku akan kesana, kalian tetap terus coba hubungi y/n" ujar Ronald kemudian ia berlari menuju mobilnya.
Ronald mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Ditengah perjalanan menuju unit apartemen y/n, sambungan telpon dari Ara masuk.
"Apa?"
"Kamu tau y/n dimana? Aku ingin meminta maaf kepadanya"
"Sudah terlambat, kamu sudah masuk daftar hitam dikamusku. Kamu tak akan bisa menemui y/n lagi"
Setelah mengucapkan hal tersebut, Ronald langsung memblokir nomor Ara. Kemudian menghubungi tim IT untuk memblokir semua akses Ara yang merujuk ke y/n.
Ronald semakin menambah kecepatan mobilnya. Ia sangat khawatir dengan y/n, ia sangat mengetahui bahwa y/n akan berbuat aneh aneh saat ia sedang keadaan yang kacau.
10 menit kemudian, ia sudah sampai gedung apartemen y/n. Ronald langsung bergegas menuju unit apartemen y/n.
Ronald menekan bel berkali kali, namun sama sekali tak ada jawaban. Ronald pun meminta penjaga apartemen untuk membukakan unit apartemen milik y/n.
Betapa terkejutnya Ronald yang melihat barang barang y/n yang sudah berserakan dimana mana. Saat sampai di ruang tengah, ia melihat bercak bercak darah yang menuju kearah kamar y/n.
Ronald sedikit berlari menuju kamar y/n yang sedikit terbuka. Ronald membuka pintu kamar tersebut, terlihat y/n yang tertidur di atas kasurnya dengan wajah yang sudah pucat. Darah masih mengalir dari tangannya dan kakinya yang terkena serpihan kaca.
Ronald langsung menelpon ambulans rumah sakit L'A. Ronald menunggu datangnya ambulans dengan khawatir.
"Y/n kamu pasti kuat, jangan tinggalin aku. Cukup Soobin kamu jangan" ujar Ronald dengan mata yang sudah mulai berkaca kaca.
Beberapa menit kemudian petugas medis sudah sampai. Y/n dipindahkan ke brankar yang dibawa oleh tim medis. Mereka pun bergegas menuju rumah sakit.
Skip
Y/n sekarang sedang dirawat oleh dokter Kim bersama beberapa suster. Ronald cemas menunggu di depan ruang perawatan. Ia sudah menganggap y/n sebagai adik kandungnya. Ia tak mau kehilangan seseorang yang berharga lagi, cukup Soobin yang sudah mendahului mereka.
Beberapa saat kemudian, dokter Kim keluar dari ruang perawatan. Ronald langsung berdiri di depan dokter Kim.
"Bagaimana keadaan y/n?" Tanya Ronald dengan raut yang sangat khawatir.
"Mr Ronald tenang saja, Mrs y/n sekarang sudah baik baik saja. Mungkin beberapa menit lagi Mrs y/n sudah bangun" ujar dokter Kim, Ronald menghela napas lega.
"Kalau begitu saya permisi, Mrs y/n akan segera dipindahkan ke kamar VVIP" ujar dokter Kim yang diangguki oleh Ronald.
"Terimakasih" ujar Ronald.
"Terimakasih kembali" ujar dokter Kim, kemudian ia beranjak dari tempatnya.
Ronald menghela napas lega, ia bersyukur bahwa y/n baik baik saja. Setelahnya Ronald mengikuti dari belakang ranjang yang membawa y/n ke kamar VVIP.
Setelah meletakkan ranjang y/n, suster tadi yang mendorong ranjang y/n kembali bekerja. Ronald memandangi y/n dengan tatapan bagaikan seorang kakak yang mencemaskan adiknya.
Ronald mengelus pelan kepala y/n, kemudian ia menghubungi Daejung.
"Daejung appa, y/n sekarang berada di rumah sakit L'A"
"Apa yang terjadi?"
"Panjang ceritanya, nanti akan aku ceritakan. Bawa yang lainnya juga, sekalian untuk menjaga y/n"
"Baiklah, appa dan yang lainnya akan kesana segera"
Sambungan terputus secara sepihak, Ronald memandangi ponselnya.
"Heol, seharusnya aku merekamnya. Ia mengakui bahwa ia appa" gumam Ronald kemudian tersenyum tipis.
Bertepatan dengan itu, terdengar suara lenguhan. Y/n membuka matanya perlahan dan berusaha untuk bangun. Ronald mencegah y/n untuk bangun.
"Jangan bangun dulu, kamu baru saja siuman" ujar Ronald.
Dan ajaibnya y/n menganggukkan kepalanya dan kembali menidurkan badannya.
"Apa aku sedang bermimpi?" Tanya Ronald spontan.
"Ha?" Tanya y/n.
"Tadi ketua Park mengaku bahwa ia appa, sekarang kau mematuhi ucapan ku" ujar Ronald.
"Kau tak bermimpi, jika ini benar mimpi maka menjadi mimpi buruk karena aku seperti ini" ujar y/n.
"Aku bersyukur jika hanya itu mimpi, namun ini memang terjadi" ujar Ronald kemudian duduk dikursi dekat ranjang y/n.
"Untuk penjagaan Ara, sisakan 1 tim untuk berjaga jaga. Musuh perusahaan akan menyadari bahwa Ara bukan kelamahanku lagi" ujar y/n.
"Baiklah, aku hanya bisa mematuhi perintah mu. Tapi bagaimana dengan tim editor?" Tanya Ronald.
"Biarkan saja, Ara pasti akan bisa membayar mereka. Chanelnya saja di atur oleh orang yang profesional" ujar y/n.
Ronald hanya mengangguk nganggukan kepalanya, setelahnya pintu kamar y/n diketuk. Ronald pun membuka pintu kamar y/n. Disana berdiri Daejung bersama yang lain.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Daejung sambil berjalan masuk.
"Ronald aja yang cerita" ujar y/n.
Ronald pun menceritakan awal kejadian sampai y/n bisa dirawat di rumah sakit.
"Sudah kuduga" ujar Yonghwa.
"Yasudah, semua sudah kejadian. Kamu istirahat biar pekerjaan kantor Ronald yang atur" ujar Daejung yang diangguki Ronald.
Ronald berhenti menggerakkan kepalanya kemudian menatap Daejung terkejut.
"Ini namanya penyiksaan, pekerjaanku akan 4 kali lipat lebih banyak" ujar Ronald yang mampu membuat semuanya tertawa.
"Kan ada Richard" ujar Chris.
"Au ah, ngambek" ujar Ronald.
"Yaudah sana ketemu sama Angel aja, siapa tau bisa mengembalikan mood mu" ujar Yeoreum.
"Makin ancur adanya" ujar Ronald.
"Sstt, liat y/n sudah tidur. Jangan berisik kalian itu" ujar Daejung layaknya appa.
Kelimanya memberi hormat layaknya tentara, mereka pun pergi ke ruang sebelah yang terdapat televisi dan sofa yang lumayan besar.
Kamar VVIP disini terbagi menjadi 2 bagian, satu kamar pasien dan satunya lagi ruangan untuk yang menunggu.
TBC
Thx
Xoxoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story [NCT]
RandomJudul sebelumnya : Best Friend Forever [NCT] Melewati Lika liku Berjuang bersama Start : 24 Agustus 2020 Finish :