38| Pulang 2(last)

48 2 0
                                    

Hari hari berikutnya terasa berbeda, Ayla yang biasa di kenal pendiam cuek dan dingin kini berubah menjadi banyak bicara ceria dan peduli pada orang lain.

Solah luka yang pernah berdarah sembuh tanpa bekas secara tiba tiba. Mungkin jika ini yang selama ini di butuhkan Ayla semua orang sudah meluruskannya dari awal.

Namun tidak perlu di sesali semuanya telah membaik, hanya perlu menutup lembaran lama dan membuka lembaran baru, lupakan yang buruknya dan jadikan hikmah ambil yang baik.

Semua kesalah pahaman sudah di luruskan, semua masalah sudah mendapatkan solusinya, seolah tak pernah terjadi Ayla bahkan tak mengungkit sedikitpun dari yang pernah terjadi.

Ice juga tak menyangka Ayla memiliki sisi hangat, karna Ice biasanya melihat Ayla hanyalah gadia dingin kaku yang keras kepala, jika di ibaratkan ia sama seperti es batu sangat dingin dan keras.

Namun ternyata es batu hanyalah membutuhkan kehangatan, dan ia mendapatkannya. Es batu itu telah mencair menjadi air yang menghangatkan.

Ayla kini dapat mengukir senyum tanpa gengsi, ia bisa tertawa seperti saat ia masih kecil. Ia tidak akan lagi menutupi kesedihan ia juga akan berbagi masalah dengan siapa pun yang seharusnya.

Ayla mendapatkan jati dirinya kembali, ia berkumpul dengan orang orang yang ia sanganyi yang pernah hilang di hadapannya sendiri.

Tidak sampai di situ hari ini juga adalah hari bahagia bagi Bima, karna ia akan di wisuda dan akan mendapatkan gelar sarjana.

Ia juga berencana untuk melamar Reyna saat sudah mendapatkan pekerjaan tetap dengan gaji yang lumayan.

Ice sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk mwmberikan kamera Ayla yang pernah tertinggal di rumahnya. Awalnya ia tidak ingin memulangkannya tapi ia merasa ia tidak pantas menyimpan barang orang.

Saat ini Ayla sendiri di ruangannya, masih ada yang mengganjal di hati Ayla, meskipun semuanya telah selesai tapi masih ada yang perlu ia pikirkan, yaitu jantungnya.

"Sekitar 1 tahun, atau mungkin bisa lebih cepat."

Kata kata yang selalu menggerogoti isi kepalanya, namun Ayla tak ingin memikirkannya lebih jauh. Ia hanya ingin menikmati semua yang pernah terlewat di hidupnya dari pada harus memikirkan semua itu.

"Ayla, Mama bawa eskrim coklet nih."

Mamanya baru sampai dan melihat Ayla yang sedang terbaring dengan kedua tangan terlipat di dada dan mata yang terpejam.

Sontak Mamanya langsung berlari menghampirinya, tidak ingin berfikiran buruk namun semua itu terjadi begitu saja. Mona sangat takut jika Ayla akan anfal atau mungkin lebih parah.

Mona menggoyangkan tubuh Ayla perlahan, yang akhirnya membangun Ayla dari tidurnya.

"Hah, sukurlah." Kata Mona saat melihat anaknya yang masih bisa membuka mata dan melihatnya.

"Mama kenapa?" Tanya Ayla yang berusaha untuk duduk dari tidurnya.

"Maaf Mama bangunin tidur kamu." Kata Mona membantu Ayla untuk bangun.

"Nggak kok, Mama gak ganggu." Ucap Ayla agar Mamanya tidak merasa bersalah. Suasana menjadi tenang, tidal ada percakapan mereka hanya terdiam tak bicara.

"Mah."
"Ay."

Serentak mereka saling memanggil, Ayla membiarkan Mamanya untuk bicara duluan, Mamanya juga menyuruh Ayla untuk bicara duluan.

Keduanya saling menolak untuk bicara duluan akhirnya tidak ada yang bicarma, namun Mona memulai pbicaraan duluan.

"Ayla, Mama cuma mau kamu tetap kayak gini." Kata Mona denga sesekali mengusap lembut rambut Ayla. "Janji sama Mama kamu gak akan berubahkan?"

Strong Girl✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang