Tiga puluh satu : Alte Erinnerung

1.2K 185 24
                                    

       Mengurus pekerjaan, mengurus permasalahan dalam pekerjaan, mengurus rumah tangga, ini sebagian hal besar yang dilakukan dan menjadi beban pikiran. Rasanya bertumpuk-tumpuk di bahu Taehyung. Menceritakan pada orang terdekat seperti Matthew atau Albert belum tentu menjadi jaminan semua urusan akan berujung selesai, saran yang diberikan tidak semuanya sesuai dengan kehendak Taehyung.

        Istrinya juga termasuk dalam pengecualian, Rosie tidak mudah ditebak jalan pikirannya. Itu sebabnya Taehyung tidak bisa asal menceritakan apa yang ia pikirkan dan lakukan, karena cara Rosie memberikan masukan dan menyelesaikan suatu masalah berbeda dengannya.

        Cuaca hari ini lebih berangin, beberapa kali hembusannya sampai menjatuhkan banyak dedaunan yang memang sudah menguning. Halaman rumahnya sekarang menjadi lautan daun kering. Padahal sudah dibersihkan oleh pengurus taman pagi tadi.

       Ujung anak tangga terakhir di lantai dua, Rosie mendapati tirai pintu yang bergerak-gerak, ada siluet tubuh seseorang berdiri di depan pagar balkon, dari sini terlihat satu tangannya menggenggam erat teralis pagar.

       "Selalu saja dia seperti ini." Langkahnya ragu-ragu menghampiri. Tetapi yang pasti seperti inilah keadaan suaminya jika sedang serius atau banyak pikiran. Taehyung mana pernah mau berbagi cerita padanya, memendam sendiri dan pusing sendiri.

       Terlebih jika sampai saat pulang bekerja tidak masuk ke kamar dan memilih menggunakan kamar di lantai dua untuk beristirahat. Rosie menggenggam semakin erat sisi gelas besar coklat panas milik Taehyung, nama suaminya itu tertera melingkar di gelas.

        "Sebaiknya ini aku taruh saja, kemudian pergi." Rosie memutuskan melanjutkan langkahnya. Saat langkah terakhir selesai, pelan-pelan menaruh gelas di atas meja.

        Mengendap-endap agar Taehyung tidak menyadari keberadaannya, yang mana letak meja ada di depan suaminya, siapapun yang pergi kesana, tentu pria itu bisa melihat dengan jelas. Situasi menegangkan malah berubah menjadi lucu. Taehyung melihat tingkah istrinya, tidak bisa menahan senyuman.

         Ia melepaskan genggaman teralis dan tiba-tiba sudah berdiri di depan Rosie. Wanita itu hampir terjerembab ke belakang karena terkejut.

       "Bukannya tadi berdiri disana, kenapa sudah disini?" wanita itu memutar leher ke belakang memastikan posisi suaminya. Rosie menunjukkan deretan giginya.

       "Aku hanya mengantar minuman coklat, minumlah selagi hangat. Jika ingin makan malam sendiri, akan ku minta asisten rumah tanggamu membawa kemari." Rosie mengusap-usap punggung suaminya dan mengecup pipi Taehyung lalu pergi.

        "Love..."

        "Ya, hadir."

Taehyung kali ini malah tertawa setelah melihat wajah istrinya yang biasa saja—Rosie tidak sedang melucu saat ini.

       "Vernon mana?"

       "Tidur, kemana lagi memangnya jika tidak tidur, anakmu belum bisa, merangkak, berjalan." Rosie berdecak, lalu ingat sesuatu, "Ah iya, nanti saja."

       "Apanya yang nanti saja?"

       "Kita bicara setelah kau sudah fokus denganku. Sekarang percuma jika mengajakmu bicara. Pikiranmu bukan untukku."

        Kadang menyebalkan, kadang tidak. Tangan kiri Taehyung mengambil minuman coklatnya dan menghampiri istrinya, sambil menggandeng mesra.

       "Mau kemana, jangan menggangu Vernon, suka sekali usil membuatnya terbangun. Dia baru saja tiduuuuur."

       "Bukan, aku ngin mengobrol di kamar." Setelahnya Taehyung memilih kamar yang ia gunakan di lantai dua ini. Setelah masuk ke dalam pintunya dikunci.

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang