Tiga puluh delapan : Sunrise

1.1K 181 118
                                    

Note: Terdapat adegan berbahaya. Tidak untuk ditiru secara sembarangan. Thanks

❄️❄️❄️

         Pasangan suami istri ini bertemu lagi di halaman rumah, tidak tanggung-tanggung demi mencegah istrinya tidak pergi, Taehyung juga mengarahkan pistol dari kejauhan. Lengannya lurus tepat di tengah kening istrinya dari jarak dua meter. Rosie pun sama, ia juga sudah mengangkat lurus lengannya se-arah seperti yang Taehyung lakukan. Salah gerakan saja, pelatuk ditekan. Mereka berdua bisa mati di tempat.

         Di luar rumah semua orang sibuk berteriak histeris. Sampai para asisten rumah tangga wanita menangis.

       "Nyonya Kim, tuan Kim. Tolong jangan seperti ini."

        "Tuan Kim, aku tahu dia tidak akan mungkin melakukannya."

        "Kedua pistol mereka berpeluru. Apanya yang tidak mungkin."

        "Tolong, kalian para pengawal kenapa malah diam disini!!!" Mereka mengobrak-abrik lengan para pengawal laki-laki yang berdiri di sekitar mereka.

        Tetapi, tak satu pun ada yang berani bergabung ke depan sana, apalagi mencoba ikut campur.

        Taehyung belum pernah menunjukkan koleksi senjata api miliknya, terlebih di hadapan istrinya. Nampaknya, ini tidak membuat Rosie terkejut karena sebelumnya sudah mendengar penuturan Jennie. Ya, ternyata ini buktinya.

        Suaminya itu sengaja memastikan jika pistolnya tidak kosong, menembakkan satu peluru ke udara, suara tembakan yang tidak menghasilkan bunyi. "Ini bisa menembus kepalamu tanpa membuat keributan."

        "Lakukan saja." Rosie melempar kedua pistolnya di lantai. Ia mengangkat kedua tangannya. Menantang sang suami. "Tembakkan pelurunya, atau aku yang akan melakukannya padamu Taehyung."

        "SHIIIT." Taehyung membuang pistolnya, "Aku mencintaimu kau tahu. Tidak akan ku lakukan yang ku katakan."

         Rosie tersenyum setelah air matanya turun lagi, "Aku juga mencintaimu" Taehyung tersenyum teduh mendengar penuturan istrinya, "kita pergi bersama." Ajaknya, mengatakan sambil memungut kembali pistolnya dari lantai.

❄️❄️❄️

       Keputusannya, pihak kepolisian yang membantu pencarian memberikan izin kepada mereka—boleh ikut, tetapi pencarian dilakukan sekitar pukul empat dini hari.

        Rosie bersikeras mengemudikan mobil sendiri, tetapi dengan syarat wanita itu harus beristirahat di malam itu. Cedera ringan di lengan Taehyung cukup berpengaruh, karena alasan ini Rosie yang mengambil alih setir kemudi.

        Sangat-sangat berhutang budi pada Momo, bantuan wanita itu berguna, selalu tepat, cepat dan cekatan. Dibantu oleh rekan-rekan Jimin yang ada di kepolisan. Selain mengerikan saat marah, malam ini baru mengetahui jika Rosie seperti sedang di sirkuit arena saat menyetir mobil.

       "Love, kita sudah menemukan jejak mereka. Sirine mobil patroli juga sudah membantu akses lalu lintas semakin mudah. Tolong turunkan kecepatan mobil sebelum kita nantinya yang akan ditangkap karena ini sudah di luar batas normal. Aku masih ingin hidup oke, masih ingin bersamamu."

       Istrinya tidak memberikan jawaban persetujuan, tetapi ada perubahan kecepatan mobil yang sedikit berkurang. Rosie yang merasa aneh dengan jalur ini karena bukan jalur yang dilalui dari luar kota menuju rumahnya.

       "Baby, titik koordinatnya benar kan?" Sekeliling mereka hutan tapi akses mobil dengan jalanan yang tidak di aspal, tanah hitam yang mengering dan jejak roda ban mobil membuat gundukan tanah semakin rata dan rapi.

        HT yang Taehyung pegang berbunyi, pria itu mendekatkan bibirnya.

       "Ada apa?"

       "Berharap semuanya baik-baik saja pak. Di ujung sana sudah jurang."

        Rosie sudah tidak tahu haus memberikan respon apalagi, ia memandangi suaminya yang juga memandang padanya.

        Setelah jalanan yang cukup sulit dilintasi karena faktor alam yang kurang kondusif, dan mobil mereka juga bukan mobil offroad. Tiba-tiba, mobil patroli di depan sana, berhenti di tanah kosong.

        Tidak ada sama sekali mobil yang bertahan disini selain mobil-mobil yang memang bertugas melakukan pencarian. Jurang dan langit-langit dengan sedikit cahaya matahari yang menguning membuat semuanya nampak lebih jelas di lokasi ini.

       Semua orang keluar dari mobil. Lokasi ini kosong, tapi titik keberadaan ada disini. Rosie masih terlampau panik, ia berlari menuju tebing tanpa perduli tangan sang suami yang berusaha memeluk dari belakang.

       "Kalian berpencar." Titah pimpinan pihak berawajib yang menjadi ketua tim penyelidikan. Semua mencari apa saja yang bisa menjadi petunjung. Taehyung berlarian mengejar, takut jika istrinya semakin nekat untuk melompat.

       "Anakku tidak dilempar ke bawah sana kan?"

       Rambutnya berantakan, kantung matanya semakin tebal, eyeliner dan maskaranya luntur, semua kehancuran diri terlihat jelas di wajah istrinya. "Tidak, Vernon, mama dan semua yang bersama mereka pasti selamat."

       "Jangan mendekat, aku percaya padamu bisa menyelesaikannya. Tapi apa, ini sama sekali tidak ada hasilnya Taehyung!"

      "CUKUUP!!!" Suara teriakan suaminya menggema sampai di ujung jurang. Pria itu menahan sedih dan tangisnya sejak kemarin malam, walaupun hatinya juga sesak.

       "AKU JUGA AYAHNYA, ORANG TUAKU JUGA ADA DI MOBIL BERSAMA VERNON. MENURUTMU APA YANG MEMBUATKU TIDAK LEBIH SEDIH. BERHENTI SEOLAH-OLAH INI KESALAHANKU."

       Rosie terisak sekarang, bersimpuh di tanah. Taehyung ikut dan duduk berhadap-hadapan dengan istrinya. Menggenggam erat punggung tangan Rosie. "Maaf." Kalimat lirih yang Rosie tekankan, membuat hati Taehyung sedikit lega.

      Dari kejauhan seorang perwira polisi tetapi bukan ketua tim, berjalan ke arah pasangan ini, membawa kain yang kotor pada bagian bawahnya. Rosie bisa mengenali itu selimut dan selendang corak yang biasanya Vernon gunakan, menjadi teman sejak putranya lahir.

       Ia bangkit, Taehyung melihat kesana, dan sama-sama menegakkan tubuhnya kembali.

       "Apa ini wajah putra anda tuan Kim, maaf tubuhnya sudah dingin, dia juga sudah tidak bernafas saat ditemukan."

        Kekayaan, pangkat, jabatan, kekuasaan tidak bisa ditukar dengan nyawa seseorang. Bisakah itu mengganti kehidupan putranya. Taehyung mengambil tubuh Vernon yang terbujur kaku, kemarin masih tertawa dan bermain bersama.

       Sekarang sudah tidak ada lagi. Seseorang yang amat ia cintai setelah Rosie. Mencium pipi yang sudah dingin. Taehyung menangis di wajah Vernon.

        "Kenapa Tuhan, kenapa harus keluargaku?"

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang