Tiga puluh empat : Surprise

1K 186 25
                                    

        Hari kedua tidak bertegur sapa. Rosie sudah mulai terbiasa diacuhkan oleh suaminya, jika berpapasan Taehyung seolah-olah tidak mengenalnya dan tanpa sepengetahuan Rosie, adalah saat jarak Taehyung sudah mulai menjauh darinya ternyata suaminya itu yang menyebalkan itu malah tersenyum.

        Berhenti di depan pintu kamar Vernon yang terbuka, Rosie celingukan kenapa tidak ada siapapun di dalam kamar. Tangannya refleks memutar-mutar penutup botol susu milik putranya, Satu kantong susu ASI yang tersimpan di kulkas baru saja ia hangatkan.

        "Akhir-akhir ini aku seperti dijauhkan dari Vernon."

        Di sekitar kamar putranya juga kosong, tidak ada asisten rumah tangga yang melintas. 'Jumlah mereka banyak, dihitung-hitung hampir sepuluh orang. Masa tidak ada satupun yang melintas.'

        "Kemana semua orang jam segini?" Di lihatnya arloji masih pukul sembilan pagi.

        Mencari-cari jejak siapapun. "Ah, Taehyung maunya apa sih!." Menggerutu melintasi setiap ruangan yang kosong.

       "Astagaa." Rosie memegangi jantungnya karena suara seseorang.

       "Permisi, dapurnya lurus belok kanan kan nyonya."

       "Iya."

        Dua orang yang tidak ia kenal tiba-tiba masuk begitu saja membawa dua kotak besar. Bahkan mereka sudah mengetahui letak dapur.

      "Kami mengantar buah stroberi dan mangga."

       Rosie menyingkir agar kedua orang itu bisa berlalu dengan bebas. Tidak berselang lama, dua orang wanita dan satu orang pria membawa perkakas yang tidak asing untuknya. Tercium aroma segar segala macam wewangian dari salah satu barang bawaan mereka.

      "Permisi, kamar nomor tiga dari pintu utama di sebelah mana nyonya?" Ketiganya menunggu respon cepat dari wanita satu-satunya yang bisa ditanya. Rosie mengatupkan rahangnya. "Oh."

       Menoleh ke banyak pintu di beakangnya, lalu menunjuk satu persatu sampai berhenti pada angka tiga. Tepat disana jari Rosie di arahkan. "Itu kamar nomor tiga."

       "Baik, terima kasih."

        Hanya berselang beberapa detik, tiga orang laki-laki dengan seragam yang sama juga masuk, mereka terlihat bingung, dengan masing-masing membawa boks kayu sampai memperlihatkan otot-otot lengan yang jelas di kulit, benda yang dibawa masuk kategori berukuran berat.

       "Itu apa?"

       "Wine nyonya."

       "Gudang penyimpanan bukan disini, karena terpisah dari rumah. Ikuti aku." Rosie pergi ke luar dan menujukkan dengan benar letak lokasinya. Ketiga pria itu mengangguk lalu pergi.

       Tinggal Rosie dan bayangannya sendiri. "Ada apa sebenarnya. Kenapa sibuk sekali. Aku nyonya di rumah ini. Tapi kenapa aku seperti tamu yang tidak mengetahui apa-apa ya."

      "Nyonya Kim...Nyonya Kim." Kejora dari entah berantah berteriak memanggil namanya. Menambah daftar kekacauan hari ini.

      "Kenapa dan ada apa, astagaaaa?" Rosie ikut panik, mencoba memegangi tubuh Kejora, takut jika wanita itu tersungkur setelah berlarian.

      "Saya sakit perut, ini milik tuan Kim. Saya titipkan pada Anda nyonya. Kata beliau tolong ambilkan surat bisnisnya."

      "Vernon dimana? Heiii, bayiku dimanaaa?"

       Kejora mengangkat telapak tangannya tidak menjawab pertanyaan yang sebetulnya gampang, malah meneruskan  berlari masuk ke dalam rumah. Mendapat pesan demikian, "apa katanya, surat bisnis?" Rosie bergegas kembali ke dalam rumah langsung menuju ke kamarnya. Mengangkat kunci yang diberikan padanya sambil melihat-lihat ujung kunci mencoba memikirkan laci mana yang pas.

       "Surat bisnis apa maksudnya?"

       Tiga lubang laci, sudah Rosie coba. Semuanya tidak ada yang pas. Sampailah ia pada lemari dengan tinggi enam laci satu-satunya tertinggi di dalam kamarnya.

      "Yang ini sepertinya cocok." Setelahnya yang tepat adalah laci ke empat. "Astaga tiap laci ternyata beda kunci. Aku baru tahu."

       Jari lentiknya menarik keluar satu-satunya sepucuk surat dengan amplop berwarna merah muda.

      "Ini surat bisnis? atau surat cinta...?????"

       Saking penasarannya, tangan Rosie cepat-cepat membuka amplop dan membaca isinya. "Maaf baby, aku lancang."

To: LOML (Istriku)

Buah mangganya untukmu, stroberinya untukku. Aku meminta pihak SPA untuk datang ke rumah. Jangan minum wine, itu untukku. Lakukan perawatan tubuh sepuasnya karena selama hamil dan setelah melahirkan istriku terlalu fokus pada keluarga sampai tidak sempat mengurus diri sendiri. Malam ini pesta kecil-kecilan di rumah dengan semua asisten rumah tangga. Jangan makan daging terlalu banyak, oke.

P.S = Aku tidak marah, yang berlalu sudah lah berlalu. I love you Roseanne Kim.

       Setelah selesai membaca kalimat terakhir, Rosie melirik bahunya ketakutan karena disentuh seseorang. Taehyung tersenyum, ada tubuh Vernon yang duduk, diam, di dalam gendongan ransel dan sedang tertidur. Pipinya bulat karena posisinya.

      "Hai mama Kim."

Rosie tidak bergeming, diam wajahnya ditekuk.

      "Mereka sudah menunggumu di kamar, nanti kita bicara setelah urusanmu selesai."

       "Bicara sekarang saja." Penolakan tegas Rosie dan bersikukuh dengan pernyataannya. Taehyung akhirnya setuju, ia mengangguk. "Benar-benar mencintaiku atau tidak. Hanya itu yang ingin ku dengar?"

       "Tentu saja. Aku tidak suka pertanyaannya."

       Menjadi ayah yang baik dan suami yang bertanggung jawab. Taehyung sengaja memberikan waktu kepada istrinya untuk mengurus diri karena selama kehamilan Rosie malas sekali, setelah melahirkan hanya rutin berolahraga dan berlatih dengan senjata-senjata.

       Bentuk tubuh dan berat badan sudah mulai kembali ke awal sebelum kehamilan. Tidak sulit mengembalikannya mengingat latihan keras yang dilakukan sang istri. "Sudah cukup dengan ini." Tunjuk Rosie pada deretan botol-botol produk penunjang kecantikan di meja riasnya.

      "Kau saja yang kesana. Aku ingin bersama Vernon." Protes Rosie lagi.

        Taehyung yang sedang asik mendekat putranya agar hangat, berhenti bergerak-gerak membuat gelombang gerakan supaya Vernon tetap terlelap. "Aku tidak menggunakan cat kuku love, yang benar saja mama Kim."

        Istrinya malah mencebikkan bibir. "Vernon ku ajak."

      "No, no...Vernon tetap dengan papa, aku jarang bersamanya saat sibuk, hanya di akhir pekan seperti sekarang. Nikmati waktumu sayang." Taehyung mendekatkan bibirnya ke puncak kepala Rosie, mengecup sambil menggesekkan pucuk hidungnya. "Aku sayang padamu. Aku tidak marah."

      "Benar tidak marah?"

      "Iya, tidak marah...terima kasih sudah memilih menjadi istriku."

      Terharu mendengar kalimat sang suami. Kedua mata Rosie berkaca-kaca tidak sampai menangis.

      "Baiklah sekarang aku tenang, jangan sampai Vernon menangis." Ibu satu anak ini memberikan botol susu pada suaminya.

      Taehyung mengangguk sambil tersenyum, "Dadah mama." Memutar tubuhnya sambil mengangkat tangan mungil Vernon melambaikan ke arah kepergian Rosie yang masih setengah hati pergi meninggalkan putranya.

       Setelah istrinya keluar dari pintu kamar, Taehyung kegirangan. Akhirnya bisa mengurusi dengan bebas Vernon, biasanya Rosie akan cerewet dan mengatur tidak boleh ini dan itu sangat ketat sekali mama Kim.

      "Kita pergi ke depan melihat bunga-bunga yang mama tanam. Setelah itu kita ke galeri, ada beberapa lukisan yang mama dan papa buat."

Sayang anak, sayang anak...

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang