Saat kita marah, kita menutut keadaan untuk bisa mengerti apa yang sedang sedang kita rasakan.
Bukannya berusaha menyadari kemarahan, kita malah menuntut orang lain untuk mengikuti apa yang kita inginkan.
Dengan kemarahan, kita berharap keadaan bisa berubah sesuai yang kita harapkan.
Padahal yang seharusnya bisa memaklumi keadaan adalah diri kita sendiri, bukan orang lain, bukan keadaannya yang harus berubah.
Hingga untuk menghindari perasaan kita sendiri, kita akhirnya menyalahkan orang lain, kita menyalahkan keadaan.
Kita enggan menemui rasa tidak nyaman yang ada dalam diri kita. Rasa tidak nyaman karena hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
Entah kejadian masa lalu apa yang akhirnya menyulut masalah yang kita hadapi menjadi begitu sensitif.
Mungkin kehilangan, penolakan, kegagalan, rasa bersalah, pengkhianatan, ataupun perasaan tidak dihargai.
Hingga akhirnya kita tidak mampu lagi menahannya.
Hal-hal yang selama ini kita tekan, kita simpan, dan berusaha kita lupakan, akhirnya kita luapkan melalui kemarahan-kemaran kita.
Padahal jika boleh jujur, mungkin sebetulnya kita hanya sedang kecewa pada kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Kita sedang kecewa pada kesalahan-kesalahan kita di masa lalu.
-ibnufir-
❄️❄️❄️
Taehyung berlarian menyusul supaya tidak kehilangan jejak Rosie, ia memilih mengikuti kekasihnya dalam jarak tertentu agar wanita itu tidak curiga, permintaan Rosie tidak menjadi jaminan mereka bisa akur kembali nantinya.Sedangkan untuk Roseanne penting adanya tes simulasi apakah Taehyung berani mengambil resiko mempertahankan hubungan dan membuat rusak reputasinya sendiri demi seorang wanita. Tidak ada pria yang seperti itu. Termasuk anggapannya kepada Taehyung. Tidak berharap banyak juga pada kekasihnya.
Diantar supir taksi menuju Bar San Calisto. Pengunjungnya sangat ramai siang ini. Mungkin karena sudah jam makan siang, pergi menuju meja kasir.
Setelah melihat menu besar yang di tempel dengan figura kayu yang tergantung di dinding belakang tubuh petugas kasir. Menu yang dipesan: masing-masing Bir Peroni Nastro Azzuro, Cerveza barata, Chocolat Chaud Maison dan Lingione Alle Vongole dan ayam parmigiana duduk dalam diam di antara kursi panjang yang tersisa menghadap dapur. Bertumpu wajahnya di atas telapak tangan yang ditahan oleh siku.
Memandangi setiap hiasan, juga tulisan-tulisan yang sengaja di pajang memenuhi sepanjang dinding sebagai pelengkap suasana. "Aku sedang apa sih, kenapa marah pada Taehyung? memangnya dia melakukan kesalahan apa? Aku sensitif sekali. Apa karena kurang tidur ya...tidak juga, aku tidur kok selama penerbangan."
Di lain tempat, Taehyung sempat membeli masker penutup wajah di minimarket satu blok dari bar, dan membeli topi di toko yang ada di samping bar. Bergegas tanpa jeda, masuk ke dalam karena tidak menemukan kekasihnya di meja-meja luar.
"Kenapa aku bisa menyukainya dari semua wanita yang pernah ku kencani. Dia yang paling susah menuruti ucapanku." Melihat satu persatu menu di antar pramusaji ke meja kekasihnya, yang membuat miris adalah Rosie seolah tidak perduli dengan kesehatannya dengan adanya botol bir membuat hati Taehyung seperti dihancurkan berkeping-keping.
"Permisi, ini menunya. Anda ingin memesan apa sir?" Suara pramusaji wanita membuyarkan lamunan, tangannya sudah siap dengan catatan dan pena yang diambil dari saku apron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Widér Sense 💋 Taerosé [END]
Fanfic[M] [COMPLETED] "Because even if you buried yourself in guilt, you can't go back and change what happened." Sebagai warga sipil yang menjadi mata, kaki, telinga untuk Badan Intelejen, Roseanne banyak menyimpan dan mengetahui rahasia tergelap dari pa...