Note: Harap disikapi dengan bijaksana, karena part ini diperlukan untuk kelengkapan proses cerita. Jika dirasa tidak nyaman dengan apa yang saya tulis. Silahkan di skip saja. Trims.
❄️❄️❄️
"Sejujurnya ingatanku tidak begitu kuat pada momen tertentu. Terlebih saat banyak pikirkan, ketika menyelesaikan tugas dan juga karena rutinitas pekerjaan dalam kurun waktu berdekatan. Aku yakin pernah bertemu Taehyung sebelumnya, tapi dimana ya..." Rosie bergumam sendiri di depan kamar hotelnya seraya menaruh cardlock di depan kotak sensor sampai lampu itu menjadi hijau dan berbunyi.
Pria yang dibicarakan tidak bersamanya, berpesan akan menyusul setelah menyelesaikan urusan yang tidak Rosie ketahui dan dapat bernafas lega karena tiba di tempat ini dengan selamat.
Jalanan yang basah dan licin, meningkatkan kewaspadaan saat menyetir. "Aku mengajaknya ke apartemen, tapi besok pagi Taehyung ada pertemuan penting di ballroom hotel. Pantas saja dia ingin menginap disini."
Lalu menaruh asal tasnya dan tas satunya lagi khusus untuk dokumen tertulis yang Matthew titipkan. Kemudian pergi mendekati dan menjelajah isi lemari mencari jubah mandi. "Pergi tidur saja lah." Rosie akhirnya menemukan benda yang ia cari-cari.
Bertepatan saat itu juga hatinya memaksa ingin melihat keadaan di bawah sana di luar jendela. Cahaya lampu seperti permata-permata yang menyebarkan cahaya diantara kegelapan malam dan sisa-sisa air hujan.
"Lupakan, semua kebahagiaan hanya ilusi, tidak ada yang nyata."
Setelah lima menit berlalu, Taehyung menggunakan cardlock lainnya mengekor di balik tubuhnya seorang porter yang selesai menurunkan barang Taehyung, dihitung-hitung tidak sepadan dengan jumlah satu orang dalam urusan pekerjaan selama tiga hari.
"Thanks sir." Taehyung mengangguk setelah menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu.
Berjalan ke di sisi tempat tidur, setelah melepaskan masker penutup wajah dan topi. Rambutnya lepek dibuat acak-acakan olehnya. Wajahnya mendongak melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat terdengar di dalam suara gemericik air menyala juga mengalir.
Sekarang menarik tas berkas milik Rosie tanpa izin, mengeluarkan semuanya di atas tempat tidur
"Biasanya para wanita itu tidak membaca dan terkesan mengabaikan dengan ketentuan-ketentuan yang tertulis. Ku rasa Rosie tidak. Hampir semua ketentuan diberikan tanda khusus olehnya dengan garis-garis pensil."
Suara kunci diputar dan pintu berderit. Aroma wangi juga segar dari dalam sana keluar bersamaan dengan kemunculan seorang wanita yang memberikan senyuman manis. Setelahnya dibuat terkejut menganga dengan semua barang-barang bawaan Taehyung.
"Kau keluarkan semua. Lalu nanti dibawa turun lagi ke mobil. Perbuatan yang sia-sia tuan Kim. Letakkan saja di dalam mobil, tidak akan hilang. Aku jamin."
Taehyung menggeleng, "semuanya untukmu. Aku membawanya agar kau bisa mencoba satu persatu."
Rosie mengerjap-ngerjap. "Aku tidak merasa mengatakan menginginkan mereka."
Taehyung tetap fokus membaca setiap poin yang tertulis. "Terserah padaku ingin diberikan pada siapa, karena mereka berasal dari uangku."
"Oke—oke...kau menang." Rosie mengangkat kedua tangannya menyerah, tidak ada perdebatan lanjutan. Kemudian ia pergi ke meja rias untuk mengeringkan rambutnya. "Tanda tanganku sudah lengkap, periksa saja." Sela Rosie tiba-tiba—Taehyung diam tidak memberikan respon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Widér Sense 💋 Taerosé [END]
Fanfic[M] [COMPLETED] "Because even if you buried yourself in guilt, you can't go back and change what happened." Sebagai warga sipil yang menjadi mata, kaki, telinga untuk Badan Intelejen, Roseanne banyak menyimpan dan mengetahui rahasia tergelap dari pa...