Sembilan: Couteau pliant

2.4K 301 31
                                    

        Menyelinap keluar ruangan, setelah membersihkan diri kemudian berdandan anggun bak dewi. Usahanya itu tidak berjalan mulus, karena menabrak tubuh penjaga yang besar. Sepertinya orang itu paling besar diantara semua penjaga.

        Rosie mengusap dahinya kesakitan. Tidak elit sekali. Saat mendongak mendapati wajah angker tanpa senyuman. "Selamat pagi nyonya Kim." Suara dari seorang pelayan bertubuh semampai sepertinya terlatih sopan santun dalam bersikap. Rosie menegakkan tubuhnya. Berdehem.

      "Aku ingin jalan-jalan ke depan."

      "Saya diminta mendampingi Anda sarapan.

       "Baiklah." Setelah dirinya keluar dari kamar. Dua orang pelayan lainnya mengangguk memberi hormat dan masuk untuk membersihkan tempat tidur mengganti sarung bantal, guling dan duvet dengan yang baru. Penjaga angker tadi, mengekor di belakangnya.

       'Taehyung mencurigai ku atau apa. Kenapa dia membatasi gerak-gerikku seperti tahanan.'

       Berbagai menu sajian dihidangkan satu persatu di atas meja. Seorang diri menyantap ini membuat Rosie senang. Binar kebahagiaan tersirat. Tetapi tidak bisa mengalihkan rasa penasaran dengan agenda yang Taehyung jalankan.

      "Bisa berikan aku sampanye dan wiski. Jangan lupa es batu. Aku tidak menyukai wiski tanpa es."

       Pelayan wanita itu menoleh pada pelayan pria. Wajah mereka setengah ragu. Akhirnya salah satu pergi ke belakang.

       "Sebenarnya tuan Kim berpesan agar Anda tidak minum yang mengandung alkohol nyonya."

       Rosie mengacuhkan peringatan pelayan wanita itu. Untuk apa menuruti Taehyung. Hidup-hidupnya. Bukan urusan siapapun. "Ku rasa pendingin ruangan kami mati. Cuaca seperti ini. Tentu benda itu sangat diperlukan." Rosie mencolek lengan kekar penjaganya yang seperti batang pohon pisang. Pria itu melirik tanpa senyum padanya "Perbaiki. Atau ku beritahu pada Taehyung kau tidak bersedia mengurusnya."

        "Baik ma'am." Akhirnya penjaga itu pergi, dengan menggunakan komunikasi rahasianya, berselang lima detik pelayan pria kembali membawa minuman yang Rosie inginkan.

        "Selamat menikmati hidangan Anda." Kedua pelayan itu juga akhirnya meninggalkan dirinya seorang diri di meja makan. Setelah keadaan aman, Rosie bergegas menyalakan saluran pembicaraan di telinganya.

        Memasang kamera yang berbentuk lensa mata transparan agar pemandangan disini terpantau jelas oleh Momo. "Oh my God. Rosieeeeee." Suaranya membuat kegaduhan di sekitar gendang telinganya. "Berhenti bicara jika tidak ku minta Momo.

        Aku tidak punya banyak waktu. Ada barang yang dijual dan ditawarkan. Sebenarnya barang apa. Kalian tidak memberitahuku. Disini juga ada Jeon Jungkook." Lirih Rosie terdengar seperti orang yang kehilangan pita suaranya.

      "Bola nuklir. Rahasia mu aman. Jungkook masih tidak mengetahui siapa yang membuatnya di penjara. Benarkah. Wow, sudah jelas ada pihak terkait yang berhasil membuatnya keluar dari sel tahanan. Oh-ya, Jaehyun dan Namjoon ternyata terlibat dalam tindakan ini. Mereka bergabung dengan Taehyung saat pertemuan di hotel itu. Aku sudah menyelidikinya. Jongin dan Jimin sudah tiba dan menuju ke pusat kota. Tetap nyalakan lensa kamera mu nona Park. Aku khawatir."

       Rosie melihat keadaan sekelilingnya. Penjaga itu kembali. "Akan ku hubungi kau lagi. Aku sudah memasang alat perekam di jam tangan Taehyung sekaligus pelacak."

      "Thanks sist. Kau selalu mengerjakan semuanya dengan rapi. Sekalipun kau bukan bagian dari instansi kami."

      "Hmm. Independen ataupun instansi tidak ada bedanya untukku. Jika semua dilakukan demi kebaikan." Rosie mematikan saluran komunikasi berpura-pura telinganya gatal.

       Pengawal itu kembali setelah memeriksa keadaan kamarnya.

      "Pendingin ruangan Anda sedang dalam perbaikan nyonya Kim. Sebelum sore, semuanya akan kembali normal."

       Rosie gugup sekaligus tenang karena Jongin, Jimin sudah tiba di pusat kota. Menjejalkan buah stroberi tanpa sadar ke mulutnya hampir satu mangkuk ia habiskan. Selebihnya perut diisi dengan dua seloki wiski. Panas dan pahit menjadi satu. Kemudian menuang botol sampanye sendirian. "Ini merek apa ya."

        Isi sampanye tidak penuh, sekali teguk tandas. Begitu pula pada gelas kedua dan ketiga. "Aku baru mencoba merek yang ini, rasanya tidaklah buruk."

        Rosie menarik ponselnya agar mendekat. Bergegas mengubungi kekasihnya. Mengetikkan huruf-huruf virtual.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Berhasil—wanita itu berada di atas angin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Berhasil—wanita itu berada di atas angin. Usahanya membuat pendingin ruangan rusak ada gunanya juga. Sekarang Rosie kembali pada sosoknya yang dingin dan tanpa ampun terhadap para kriminal. Setelah berkomunikasi dengan Taehyung. Ia menyimpan ponselnya di saku celana.

        Sepertinya penjaga itu sedang menerima telepon, kemungkinan berasal dari Taehyung. Sambil menunggu sambuhan telepon mereka selesai, jari-jari tangan asik diketukkan di atas meja. Berpura-pura mengambil sendok yang sengaja ia jatuhkan. Menundukkan sedikit badannya, meraba bagian mata kaki, pisau lipat masih tersembunyi dan aman.

        'Aku perlu pistol. Semoga bisa ku dapatkan di depan.'

       "Nyonya Kim, mari ikuti saya." Rosie mendorong kursinya dengan punggung. Berdiri secara anggun. "Hei sir, di belakang villa ada dermaga ya."

        "Benar nyonya. Apa Anda ingin kesana? Ada speed boat jika Anda ingin mencoba berkeliling danau."

Sori....Aku ada kesibukan, jadi chapter yang ini cuman sedikit.

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang