Lima: Gewalt

2.6K 363 2
                                    

         Padahal mereka bertiga sudah memesan menu untuk makan siang. Tetapi Taehyung kabur setelah melihat kepergian Rosie dari rooftop. Jeda waktu lima menit, baru Taehyung menyusul. "Aku memiliki urusan mendadak. Maaf." Itu alasannya sambil berpura-pura menerima telepon dari Matthew yang notebene tidak melakukan panggilan terhadapnya.

        Bagai penyusup mengintai setiap sudut di lorong, termasuk agar tidak diikuti oleh Namjoon dan Jaehyun. Ia berencana meluapkan kemarahannya di dalam kamar karena perilaku kedua pria itu yang memperhatikan kekasihnya.

        Taehyung berhati-hati menaruh cardlock di depan sensor setelah yakin keadaan lorong kosong dan tidak ada siapapun, pelan-pelan membuka pintu kamar, alunan merdu dari dawai gitar terdengar olehnya.

       Rosie menyadari seseorang masuk ke dalam kamar, sudah jelas itu Taehyung. Jadi ia tidak mempermasalahkan, dan masih menikmati bermain gitarnya. Sejujurnya Taehyung sedikit terkejut karena gitar tidak ada di dalam kamar sejak kemarin malam bahkan sampai pagi sebelum ia mengadakan pertemuan di ballroom. Berarti Rosie mengambilnya dan membawa kesini.

When I was younger
I saw my daddy cry
And curse at the wind
He broke his own heart
And I watched
As he tried to reassemble it

And my momma swore
That she would never let herself forget
And that was the day that I promised
I'd never sing of love
If it does not exist, but darlin'

You are, the only exception
You are, the only exception
You are, the only exception
You are, the only exception

Maybe I know, somewhere
Deep in my soul
That love never lasts
And we've got to find other ways
To make it alone
But keep a straight face

And I've always lived like this
Keeping a comfortable, distance
And up until now
I had sworn to myself that I'm content
With loneliness

Because none of it
was ever worth the risk

But, you are, the only exception
You are, the only exception
You are, the only exception
You are, the only exception

        Petikan dawai gitar sangat pas dengan suara indah Rosie membuat Taehyung membeku menyandarkan tubuhnya di dinding kamar dengan kedua lengannya saling bertumpu di depan dada. Amarahnya dan kekesalan melebur seketika. Sekarang tampilan bahagia, seulas senyuman muncul di sudut-sudut bibirnya.

        Roseanne mendongak sadar menjadi tontonan, ia tersenyum, melambai meminta pria itu duduk di sampingnya. Kekasihnya suportif sekali memberikan tepuk tangan.

      "Menyanyi bersama lebih seru." Tawar Rosie, tetapi Taehyung menggeleng sebagai bentuk penolakan.

        "Kau saja, aku akan menjadi pendengar yang baik disini."

        "Ya sudah, angkat tangan dan lambaikan tanganmu berikan aku semangat." Taehyung mengusap-usap puncak kepala kekasihnya duduk di sisi tempat tidur. Rosie terkikih masih dengan dawai yang dipetik. Pria itu mengikuti arahannya, benar-benar memperbaiki suasana hati. Lagu pertama selesai, dilanjutkan dengan lagu kedua.

        Taehyung tanpa sadar mengikuti irama musik dan menyanyikan liriknya bersama Rosie pada lagu ketiga. Hampir tiga puluh menit mereka berada dalam lingkup alunan musik. "Thank you baby." Ucapnya, kemudian Rosie mendorong gitarnya, sekarang giliran Taehyung yang memainkannya. Tetapi didorong kembali padanya.

        "Hahaha, kenapa sih. Mainkan saja."

        "Piano, Saksofon jika ingin mendengar ku bermain instrumen musik."

        "Wow. Benar ya. Harus kau tepati, mainkan di depanku." Rosie bangkit dari tempat tidur menaruh di lantai dengan benar gitarnya agar aman.

        Kemudian melompat lagi ke atas tempat tidur dengan sengaja merentangkan kedua tangan yang salah satunya mengenai tubuh Taehyung hingga membuat terjatuh ke tempat tidur berganti posisi, tangannya bergerak merapikan helai rambut Taehyung yang berantakan tetapi tidak mengubah paras tampannya.

       "Mata dan bibirmu indah."

        Begitu pula yang Taehyung lakukan, menyelipkan rambut Rosie di belakang telinga dan menyisiri dengan jari tangan agar wajah wanita tidak tertutup oleh surai rambutnya sendiri, dalam hitungan detik rambutnya rapi kembali. "Di rooftop kau sibuk sekali, apa yang sedang kau selesaikan."

        "Tesis ku, penelitian sudah delapan puluh persen. Tapi ya, tidak mudah."

        "Jika itu berkaitan dengan perekonomian, bisnis, aku bisa membantumu menyelesaikannya. Hanya jika kau memerlukan saran atau pendapat dariku."

         Rosie tertawa, memeluk pria itu dari samping, Taehyung dengan senang hati memeluk balik. "Wah, benarkah. Memang tentang itu, yeay. Aku senang memiliki teman diskusi."

        "Kirimkan lewat e-mail jika kita tidak bertemu. Kita juga membahas via telepon atau saat bertemu langsung."

        "Oke." Rosie mengangkat ibu jarinya. Taehyung tersenyum setelah mengatakannya, mencium kening wanita ini penuh kasih sayang. "Sore hari ini kita berpisah, nanti kembali bertemu di akhir pekan."

       "Yap, di hotel lagi. Atau di apartemenku?"

       Taehyung berkedip dua kali, tanpa memberikan jawaban. "Kim Namjoon dan Jung Jaehyun. Kau mengenal mereka?" Pertanyaan yang membuatnya penasaran akhirnya diucapkan juga.

        Rosie menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya sambil berfikir. "Oh—kau ada hubungan apa dengan mereka?"

        "Jawab saja: apa kau kenal atau tidak?" Tanya Taehyung sekali lagi. Semoga bukan jawaban buruk yang Rosie berikan.

        Wanita itu malah menyentuh hidung Taehyung dua detik kemudian mengecup bibirnya lembut. "Ya kenal, tidak bisa dikatakan teman juga, karena aku sudah lama tidak menjalin komunikasi dengan mereka. Mungkin tidak kita membahas orang yang sama. Kau bisa menunjukkan foto mereka, supaya lebih jelas benar orang-orang yang kau maksud atau bukan."

        Bukannya menjawab, Taehyung justru berganti posisi menjadi duduk dan menarik kedua lengan Rosie agar mengikuti seperti posisinya. "Lupakan, aku tidak ingin membahas orang lain saat kita berdua. Hubungi pihak restoran ya, kita makan siang di kamar saja."

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang