Tiga puluh sembilan : Trauer

1K 172 124
                                    

        Zrrt...zrttt... "Pak, penyisiran kami sekarang ada di kisaran jarak lima ratus meter dari tempat kejadian perkara, dan menemukan dua mobil dengan nomor polisi yang seperti tuan Kim sebutkan—menabrak pembatas jalan. Tidak ada korban jiwa, namun keadaan semua penumpang tidak sadarkan diri. Dugaan sementara karena pengaruh obat bius pak."

        Menjadi Taehyung dan Rosie dalam satu waktu tidak lah mudah. Terlebih Taehyung, kedua matanya yang sembab itu teralihkan dengan kabar baik yang juga bukan kabar baik sebenarnya perihal nasib kedua orang tuanya, pengasuh Vernon dan para pengawal.

       "Tolong, evakuasi dan langsung dibawa ke rumah sakit terdekat." Pintanya gamblang.

       "Baik tuan Kim."

         Ketua tim khusus penanganan kasus setuju, melanjutkan komunikasi dengan HT nya lagi.

        Rosie mengusap-usap puncak kepala Vernon, surai rambutnya yang hangat kecoklatan saat diterpa sinar matahari atau ketika di bawah sinar lampu, sekarang menjadi dingin.

       Mengecup kening bayi laki-lakinya dengan penuh perasaan, setelah itu—sengaja mendongakkan wajahnya dan menemukan pemandangan sisa air mata di kedua pipi Taehyung. Pertama kalinya ia mendapati suaminya menangis. Sekalipun bukan tangisan histeris.

        "Mama sayang Vernon." Ucapan terakhir pada mayat putranya, sambil memeluk pinggang Taehyung lalu keadaan kembali hening, mereka berdua tidak saling bicara lagi.

        Kebersamaan keluarga kecil yang sudah tidak lengkap ini, dikagetkan dengan suara yang semakin jelas dari seorang petugas yang berjalan menuju ke arah mereka. "Saya yang akan menyetir mobil Anda tuan Kim."

❄️❄️❄️

        Terpisah jarak dan selisih perbedaan waktu tidak membuat seokjin Jisoo menunda kepergian mereka. Berhasil memperoleh jadwal penerbangan di awal pagi dan pesawat mendarat dengan selamat pukul tujuh pagi.

       Seokjin dan Jisoo tidak saling bicara. Mereka sama-sama diam, memikirkan peristiwa tidak bahagia ini selama menempuh perjalanan udara. Begitu pula saat berada dalam mobil ketika sudah mendarat. Aneh, bagi Jisoo karena Seokjin bersikap tenang. Tidak ada celotehan, makian, khawatir yang berlebihan, bicara yang bukan-bukan.

        Istrinya bisa merasakan aura api membara atau kilatan dari kedua isi mata sang suami. Ibu dua anak itu, justru masih bisa bersikap sewajarnya dan menutupi semua keadaan hati yang sebenarnya. Diberikan kabar keponakannya meninggal oleh pengurus rumah tangga senior di kediaman Taehyung, hatinya langsung ngilu karena naluri seorang ibu.

        Gara-gara peristiwa ini juga. Sekarang—Sherly dan Safira mendapatkan perlakuan super ketat. Jisoo juga menghubungi wali kelas putri-putrinya dan kepala sekolah untuk keamanan keduanya.

        "Agak aneh sih, karena kau tidak biasanya begini." Katanya pada Seokjin yang konsisten menggoyangkan kakinya tanpa sadar. Sampai tangan Jisoo menahan lutut pria itu.

       "Seokjin, berhenti menggerakkan kakimu."

        Mendengar suara istrinya, Seokjin menoleh ke samping kanan, berusaha menghentikan gerakan kaki. Masih menyandarkan sikunya di handle pintu mobil. Menarik nafas dalam-dalam, kemudian mengusap kasar wajahnya.

       Jisoo dapat mengerti keadaannya. Pelukan bisa membuat perasaan hati seseorang sedikit membaik.

       "Tante Margareth dan Om Henry sudah ditangani oleh dokter, dilakukan prosedur menetralisir cairan bius agar hilang dari dalam darah. Kita mengunjungi mereka, setelah bertemu Taehyung dan Rosie."

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang