Dua puluh satu: Marié

1.8K 259 66
                                    

        Kondisi perumpamaan saat ini: Taehyung seperti membakar gaun seseorang, membakar buku kenangan seseorang, dan membakar memori indah seseorang.

        Kondisi perumpamaan saat ini: Taehyung seperti membakar gaun seseorang, membakar buku kenangan seseorang, dan membakar memori indah seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Mungkin agar tidak ada sisa yang bisa mengkungkungi dirinya. Tetapi buka berarti segala sesuatu yang baru tidak bisa dibakar juga....

❄️❄️❄️

        Gemas sendiri dengan kedua anak Seokjin, dan gadis-gadis mungil itu juga cepat beradaptasi dengan Rosie. Visual mereka bisa dibilang di atas rata-rata, hasil perpaduan dari cantik sang ibu, dan ketampanan sang ayah.

       Sekarang Rosie menyadari satu hal. Jika dalam keluarga Kim semuanya memiliki kelebihan pada pesona wajah. Termasuk Taehyung. Walaupun tidak mengobrol banyak dengan Seokjin dan Jisoo.

      Tetapi keduanya bisa menyambutnya dan menerima Rosie menjadi bagian dalam keluarga Kim. "Tante...nanti aku yang memegang veilnya."

       "Oke." Rosie mengangkat jempolnya.

       "Aku yang menabur bunga ya tante."

       Kali ini kepala Rosie mengangguk. "Eh, kalian kembar ya..."

       Sekilas dimata Rosie sulit membedakan dua gadis cerewet di depannya. Padahal tinggi badan mereka tidak sama. Kedua anak perempuan itu menggeleng. "Kita beda dua tahun."

       "Sherly yang mana?" Rosie ingat nama panggilan mereka. Tapi masih tidak bisa membedakan si pemilik nama.

        "Aku tante." Memperhatikan dari ujung kepala sampai kaki. Akhirnya bisa menemukan perbedaan antara Sherly dan Safira. Gelang tali seperti milik Taehyung, kenapa Rosie bisa langsung mengetahui, karena dirinya suka sekali memainkan pergelangan tangan Taehyung sebelum tidur. Milik Sherly berwarna hijau. "Suka hijau ya Sher?" Pipinya di tekan-tekan oleh Rosie.

        Gadis itu malu menaruh kedua lengannya di belakang punggung. "Iya, hehe. Ini dari om Taehyung, dia membuat sendiri. Punya Safira berwarna biru."

        Tanpa di suruh, Safira senang hati mengangkat pergelangan tangannya. "Wah iya biru hampir navy. Cantiknya. Milik Sherly juga cantik."

        Rosie bertepuk tangan, pantas Taehyung suka sekali mengajak bicara atau menegur anak-anak kecil penduduk lokal saat di Budapest dan di Roma.

        Senyum pria itu benar-benar tulus saat bersama mereka. Itu yang membuat Rosie nyaman. Seperti melihat dirinya di masa lalu. Tidak ada orang yang sudi berlaku demikian padanya.

        "Sini." Merentangkan kedua tangannya, sebagai hadiah. Gadis-gadis itu mendekat dan dipeluk secara bersamaan.

        "Eheeem." Suara seseorang yang sangat familiar bagi Rosie. Wanita itu memberikan senyuman.

         "Mereka menunggu kita. Aku yang mendampingi mu berjalan di altar, karena kata Jongin kemiripan nama kita sudah persis seperti saudara."

        Jika saja bukan buket bunga pernikahan. Jimin mungkin akan mendapat lemparan buket di wajah karena ucapannya. "Katakan saja, Jongin tidak sanggup menemaniku karena sudah menangis lebih dulu. Kau tidak memarahiku karena menikah?"

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang