Tiga puluh tujuh : Katastrophen

1K 166 23
                                    

Note: Untuk aturan warga sipil dalam hal kepemilikan senjata api dengan ketentuan kaliber yang ada dalam peraturan. Itu pada tahun 1995 ke atas, surat izinnya yang rumit dan harganya bisa menyentuh angka ratusan juta rupiah. Lalu senjata pun tidak diperbolehkan di simpan di rumah. Melainkan disimpan oleh pihak berwajib seperti di Polda daerah setempat. Tidak untuk ditiru segala hal yang menyalahi aturan. Trims

❄️❄️❄️

10 jam sebelum kejadian...

Seandainya salah satu dari mereka ikut pergi, apakah masih bisa terjadi kejadian itu?

Seandainya salah satu dari mereka mengalah untuk tidak pergi bekerja.

Seandainya tidak terjadi—peristiwa apa yang akan terjadi sebagai gantinya?

Inilah semua pertanyaan yang akan menguasai akal pikiran seseorang saat sesuatu yang tidak diinginkan masuk dalam kehidupan.

Di Dua lokasi berbeda...

Ruangan rapat, Kantor Roséanne

      "Robby sanggupnya berapa minggu pengerjaan untuk setiap produk baru?" Rosie membaca, memeriksa ulang dokumen-dokumen yang terlampir di depannya. Sambil sesekali melihat kepada setiap nama yang ia ajak bicara.

      "Sebenarnya setiap minggu itu efektif bu. Tetapi setelah saya tela'ah. Waktunya terlalu cepat. Kecuali memang genting yang mengharuskan kita harus merilis varian baru. Kalau tidak genting saya rasa kurang efektif. Minimal ada review hasil pemakaian. Dua minggu waktu yang pas."

      Rizka menunjukkan grafik penjualan per-hari yang terjadi di situs resmi mereka. "Penjualan, pesanan di luar negeri lebih banyak dari total di dalam negeri. Tetapi kita banyak mendapat penawaran kerja sama dengan klinik-klinik kecantikan.

       Mereka menyukai produk kita terlebih karena beberapa bahan tidak ada disini. Menurut penuturan mereka, harga kita di bawah harga yang ditawarkan dari produksi pihak lain."

       "Apa ada keluhan?" Atensinya berakhir pada Gina, wanita itu menggeleng. "Bu Roseanne memutuskan tidak menggunakan nama besar ibu dan juga citra model-model yang ibu pilih sangat bagus. Sejauh ini aman bu. Penjualan masih stabil, tidak terlampau tinggi dan rendah."

       "Perlakukan para ambasador dengan baik. Mereka juga ujung tombak perusahaan."

       "Baik bu."

❄️❄️❄️

Salah satu lokasi showroom mobil milik Taehyung.

        Meninjau tiga pameran mobilnya, setelah kemarin-kemarin ia sibuk  meresmikan perilisan produk digital untuk perangkat lunak dan satu untuk teknologi. "Aku sebenarnya lucu dengan desain yang ini."

        Matthew melihat pegawai yang mendampinginya dan Taehyung.

       "Saya kan sudah membahas pak. Kenapa Anda bahas lagi." Keluhan Matthew malah membuat Taehyung tertawa, sampai harus menutupi mulutnya berpura-pura serius.

      "Saya menolak desain mereka, tapi mereka bersikeras jika desain ini sudah Anda setujui pak."

      "Memang." Sahut Taehyung pasti. Rahang Matthew turun. "Lalu inti dari pembahasan kita sekarang ini judulnya apa kalau boleh saya tahu pak Kim?" Pertanyaan sekaligus sindiran untuk Taehyung dari Matthew.

      "Tidak ada. Haha. Aku tidak suka mengikuti model yang sudah pasaran, yang kedua: jika tidak modelnya seperti itu. Daya tahannya tidak akan sanggup. Jadi...kau harus bisa bedakan selain dari modis dan kegunaannya. Jika meledak saat dalam perjalanan karena kita mempertahankan pada bagian badan mobil yang modis. Apa kau ingin tanggung jawab?"

       Matthew mengangkat ibu jarinya. Mengakui kekalahan. Perdebatan masalah bisnis dengan Taehyung sebaiknya tidak diteruskan, yang ada itu membuat kepalanya pening karena urusannya semakin panjang.

❄️❄️❄️

Malam tragedi...

        Di depan jendela, membuka tirai, masuk ke dalam rumah. Duduk sebentar di sofa ruang tamu. Keluar lagi. Sampai mengabaikan pertanyaan suaminya. Ketika berpapasan lebih memilih menghindar agar tidak menubruk tubuh Taehyung.

        Mengigiti kukunya jika sedang gugup dan panik. "Love..." Akhirnya Taehyung yang sudah jengah, bisa menahan langkah kaki istrinya. "Bisa tenang, tolong duduk saja."

        "Tidak, sudah jam delapan malam hampir jam sembilan. Anakku belum pulang, mama juga tidak bisa dihubungi. Dimana letak tenangnya."

         "Sabar, aku sudah menghubungi pengawal. Mereka sedang di jalan."

         "Kalimat itu sama sejak empat puluh lima menit yang lalu. Aku tidak ingin dengar apa-apa. Aku hanya ingin anakku sekarang sudah di rumah. Ya Tuhan...kakiku lemas." Rosie memegangi lengan suaminya. Taehyung mencoba menenangkan lagi. Memeluk dan istrinya akhirnya mau dipeluk setelah hampir puluhan menit berlalu. "Makan malam dulu ya. Mandi. Atau ingin mandi berdua?"

      "Sedang tidak mood."

      "Jika mandi berdua, lebih cepat selesai."

        Rosie tersenyum di balik punggung suaminya, "rumus apa yang membuat kita cepat selesai saat mandi berdua. Tidak mungkin. Di tempat tidur saja jika ingin."

       "Malam ini?"

       "Iya, huaaaaaa anakku. Belum pernah dia jauh-jauh dariku, jauh dari rumah." Taehyung berdecak dengan kehebohan yang kembali dilakukan istrinya. "Sebentar, aku hubungi Kejora lagi."

        Keadaan malam itu semakin larut dan mengkhawatirkan, semua penghuni rumah tidak bisa bersikap tenang. Rosie yang jarang sekali menangis—jarang mengeluarkan air mata. Kali ini sudah banyak membuang air mata dalam satu malam.

       Dampaknya terjadi pada suaminya. Pria itu sekarang sudah berniat memecat semua pengawal jika mereka tiba. Namun ternyata di luar kuasanya, semua nomor ponsel orang-orang yang bersama Vernon tidak bisa dihubungi.

       Rosie menghapus sisa-sisa kelemahannya. Celingukan saat situasi aman. Tidak ada Taehyung di sekitar ruang tamu. Ia menghindari pertanyaan dari dua orang pengurus rumah yang panik saat melihatnya berlari ke dalam kamar.

       Di dalam sana, ia mengambil pistolnya, memeriksa kamar peluru di larasnya, sebelum memasukkan penuh peluru, tidak lupa membawa pistol jala serta cairan racunnya. "Aku tidak percaya harus melakukannya lagi."

       Di luar kamarnya, suara langkah kaki tergesa-gesa. Terlebih ia tahu itu langkah siapa. "Aku tidak memberikan izin." Taehyung marah melihat apa yang sedang istrinya lakukan.

       "Aku tidak perduli. Minggir. Aku tidak suka bergantung padamu." Pantas Albert mengatakan Rosie lebih kuat darinya. Terbukti sendiri saat Taehyung berusaha menghalangi malah berakhir lengannya ngilu dan hampir membentur nakas di dekat pintu.

      "Berhenti sebelum aku lebih marah, love." Awal mula, blokade terjadi dan berusaha menghalangi Rosie, sekarang mereka mundur teratur. Taehyung semakin murka.

       "Kenapa kalian diam saja!" Seraya mengaduh sakit pada lengannya.

       Tatapan mata yang super mengerikan milik Roseanne, serta tangannya mengarahkan pistol ke semua orang sambil melintas di depan mereka penuh murka. "Satu langkah lagi, bagi siapapun yang berani menghalangi akan ku bunuh. Jangan berurusan denganku, jika kalian tidak mengenalku dengan baik."

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang