Dua puluh delapan : Tiefes gerede

1.4K 226 29
                                    

Kehamilan Trisemester kedua...

       Taehyung tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penyayang. Bertolak belakang dengan lingkungan keluarga Rosie yang menyedihkan. Wanita itu tidak merasa canggung di antara keluarga Kim.

       Ketika bersama Seokjin dan Jisoo beserta dua putri mereka sekarang di antara kedua orang tua Taehyung, ia benar-benar diperlakukan bak putri kandung dalam keluarga Kim.

       Wanita di sampingnya yang memiliki status sebagai mertuanya ini, sama sekali tidak bertanya asal usulnya, siapa keluarganya, dimana dibesarkan, apa pendidikan terakhir.

       Pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya ia terima. Justru tidak muncul. Hari ini Margareth malah mengajarinya cara merajut pakaian untuk bayinya. "Rosie suka biru ya, Taehyung yang mengatakan pada mama."

       "Iya ma."

       "Mama punya hadiah untuk Rosie."

       Benarkan—selalu mendapat kebahagiaan dalam keluarga sang suami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Benarkan—selalu mendapat kebahagiaan dalam keluarga sang suami. "Wah. Terima kasih nenek." Suaranya dibuat seperti bayi, Rosie mengajak bicara anaknya dalam perut. Margareth ikut mengusap perutnya juga yang mulai membesar. Samar-samar tercium oleh Rosie aroma lavender dari lotion yang biasanya Taehyung pakai. "Aku sudah siap, sekarang kita pergi ke dokter." Taehyung bersuara sambil melangkah ke arahnya.

        "Iya." Sahutnya sambil menunjukkan sepatu rajutan mungil di depan wajah tampan suaminya.

       "Lucu ya..."

        Taehyung mengamankan sepasang sepatu itu. Agar istrinya tidak berlama-lama heboh.

         "Mama, kami berangkat." Pamitnya pada ibunda Taehyung, diikuti suaminya yang mencium punggung tangan Margareth. Keduanya melangkah beriringan.

         "Nanti sore aku menemani papa mengurus tomat di kebun."

        Taehyung mengecup puncak kepala istrinya yang bawel. "Aku ikut. Jangan sampai kelelahan. Masih ingin yoga tidak?"

        "Masih—sudah boleh ya?"

         "Boleh. Aku sudah mencari instruktur yang sesuai."

         "Kapaaaaannnn. Besok yaaa."

         "Iya Love."

         "Yeeesss, thanks papa Kim...aku tiba-tiba ingin makan paprikash, somloi galuska."

          Perasaan Taehyung berubah menjadi tidak enak. Melirik dengan ekor mata wajah istrinya. "Jangan berniat memintaku untuk memasak....kita beli saja setelah pulang check up."

          "Oke, beli saja. Terlalu lama jika menunggu kau selesai memasak. Rasa lapar ku akan kabur nanti."

          "Ya Tuhan terima kasih." Taehyung gemas menekan-nekan pipi chubby istrinya yang semakin berisi setelah hamil. Bersyukur tidak perlu bersusah payah memasak di dapur.
        

❄️❄️❄️

        Dokter yang melakukan prosedur medis (USG) 4D, mengoleskan gel yang berguna untuk meningkatkan efisiensi alat ultrasound, yakni mengurangi gelombang yang tidak masuk ke tubuh. Ketika probe sedang mentransmisikan gelombang suara.

        Mereka bersama-sama mengamati layar monitor. Fisik bayinya terlihat jelas karena teknologi 4 dimensi. Mesin USG bekerja dengan baik. Taehyung tidak melepaskan atensinya dari layar monitor, dengan posisi bayinya saat ini yang memudahkan untuk mengetahui jenis kelaminnya. "Pak, bayinya laki-laki. Ini alat reproduksinya mulai tumbuh dan berkembang."

      Rosie bisa melihat wajah suaminya yang syok bercampur haru. "Laki-laki, dok?" Memastikan ulang pernyataan dokternya.

      "Benar pak, di bagian ini letak perbedaannya. Terlihat kan...ini bagian reproduksinya. Berat badan bayi normal, sesuai dengan berat pada usianya. Kaki tangan nya lengkap. Jangan sampai stres ya mommy." Pesan ramah dokter wanita itu pada Rosie. "Saya tambahkan vitamin, dan suplemen lainnya." Setelahnya hasil USG di cetak. Dokter menyerahkan printpada Taehyung. "Wajahnya tampan sekali baby-nya." Ungkap dokternya lagi.

      Kebahagian awal menjadi orang tua, selain memiliki, merawat dan membesarkan putra-putri mereka apalagi. Taehyung tersenyum memegangi tangan Rosie.

❄️❄️❄️

        Dimana keberadaan suaminya, Rosie tidak tahu, pria itu berlagak di ambang batas normal, sepulang dari jadwal rutin pemeriksaan kandungan, tingkahnya menjadi aneh, banyak tertawa. Bukan seperti biasa yang tersenyum hanya pada waktu-waktu tertentu. Padahal Sebelum berangkat sudah berjanji akan menemaninya mengurus buah tomat bersama papa. Ternyata itu sebatas janji palsu belaka, ditunggu sejak tadi, tidak muncul-muncul.

       "Papa, di bagian barat sudah aku periksa ulang airnya."

        "Ya, duduk saja nak, kau dari tadi sudah berkeliling." Henry berhenti memutar mesin air untuk mengisi pipa hidroponik di bagian timur.

        "Tiba-tiba aku penasaran dengan foto-foto masa kecil Taehyung. Wajahnya menyebalkan tidak pa?"

         Henry melongo, "haha, ada banyak di rumah. Papa tidak simpan di ponsel...coba nanti minta pada mama. Kalau tidak salah ada dua atau tiga foto yang disimpan di ponsel mama."

        Rosie tersenyum, berjinjit-jinjit mendekat. Ia rindu sosok ayahnya yang tidak diketahui sekarang keberadaannya dimana. "Taman bunga matahari di rumah papa cantik. Taehyung menunjukkan fotonya."

        Pria paruh baya itu menyandarkan lengan di salah satu pipa...mempuk-puk penuh kasih sayang puncak rambut menantunya.

      "Papa hanya berusaha mengurus, menyayangi, memberikan pupuk, menyiram air dan keperluan untuk tanahnya. Mirip sewaktu papa membesarkan Taehyung. Tapi sekarang bunga matahari yang sebenarnya telah kembali."

        "Maksudnya Taehyung ya..." Tebak Rosie asal, ia menghela nafasnya.

         Henry mengangguk. "Terima kasih ya. Taehyung sudah menceritakan beberapa kejadian penting salah satunya kenapa memutuskan memilih pulang menemui papa dan mama." Pria itu merentangkan kedua tangannya, Rosie memberikan pelukan. Walaupun tidak mendapat kasih sayang dari seorang ayah, nyatanya sekarang ia menerima kasih sayang dari ayah mertuanya.

        "Manusia berubah menjadi lebih baik karena kemauan manusia itu sendiri, jika berubah atas dasar kontribusi dari orang lain. Perubahannya hanya sesaat. Sedangkan untuk Taehyung, dia sendiri yang menginginkan perubahan itu, bukan dariku pa."

        Pelukan mereka terurai. Henry merasa perlu bertatap mata saat berbicara dengan Rosie. "Sebelum dia sukses dengan karir pekerjaannya. Taehyung terbiasa memperlakukan kedua orang tuanya seperti raja dan ratu. Haha." Tawa Henry memberikan gelombang elektronik pada Rosie yang terbawa suasana ikut tertawa.

       "Seperti apa contohnya pa?"

        "Dia rutin beberapa bulan sekali mencuci kaki mama dan papa. Sambil meminta maaf. Lalu meminta doa restu agar menjadi anak yang membahagiakan kedua orang tua. Ya, memang kesuksesannya ada campur tangan wanita itu: Kim Sarang, yang membantu Taehyung membentuk jati dirinya, mengajarkan bisnis, memperluas bisnis, mengajarkan perbedaan mana musuh dan lawan. Sampai Taehyung meninggalkan tunangannya pada waktu itu dan kami orang tuanya." Rosie mengangguk paham. Siapa tunangan yang dimaksud.

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang