Semua orang suka dan senang bergaul dengan istrinya. Selama disini saja sudah membuat pertemanan dekat dengan lima orang penduduk lokal.
Biasanya orang-orang yang memiliki toko atau usahanya dikunjungi oleh Rosie. Bisa juga kenal tanpa sengaja saat istrinya dan orang tersebut sama-sama menjadi pengunjung suatu toko dan mereka akan menawarkan undangan untuk berkunjung ke rumah.
Berdiri di depan pintu dengan desain gaya klasik, tangannya tidak sabaran membunyikan lonceng. "Halo." Suara sapaan wanita berusia kepala lima ramah setelah membuka pintu. Memeluk Rosie dengan hangat. "Masuk-masuk."
"Maaf merepotkan Anda nyonya Armando." Taehyung sungkan sampai harus pergi kesini, kenapa? Karena Rosie serius dengan ucapannya.
Tidak bisa dibujuk untuk membeli saja menu yang diinginkan. Istrinya bersikeras ingin minta dibuatkan masakan dengan menu utama Salmon.
"Santoz sedang di kebun zaitun. Biasanya sore baru kembali. Dia berpesan padaku agar menyampaikan maaf kepada kalian, karena tidak bisa bergabung. Aku sudah menyiapkan bahan-bahannya. Ayo."
"Love, lain kali kita beli saja. Jangan seperti ini."
"Kau marah ya?" Wajah Rosie yang ceria tiba-tiba menjadi sendu, cepat sekali matanya akan menangis.
"Bukan sayang. Astaga...sini." Dipeluknya kepala sang istri sambil melangkah mengikuti arahan dan nyonya Armando. "Ya Tuhan, semenjak hamil, istrikuuu sensitif sekali."
"Ini kalian gunakan terlebih dahulu." Tiga Apron di ambil oleh Gia, diserahkan pada Taehyung, Rosie dan untuknya sendiri. Mereka tertawa dalam suasana tenang.
Pekarangan rumah Gia luas, di belakang ada gudang untuk menyimpan stok kayu bakar. Di sediakan juga di dekat situ meja makan besar, lengkap dengan kursi-kursinya. Jika merasakan bosan makan di dalam rumah, bisa mengganti lokasi menikmati di luar.
"Aku senang Rosie datang kemari, istrimu selalu menemaniku setelah membeli bunga."
"Dia memang seperti magnet untuk orang lain. Oh ya...kemana semua orang nyonya Armando?"
"Hmm...tidak ada orang di rumah, selain aku dan Santoz. Ketiga anak-anakku tinggal di luar negeri. Mereka biasanya mengunjungi kami hanya saat perayaan Thanksgiving. Jadi ya..."
"Aku bisa menghangatkan mu Gia." Rosie menghampiri wanita itu memeluk penuh kasih sayang, menepuk-nepuk pelan punggung Gia.
"Oh terima kasih sweetheart. Besok kita berpisah. Aku akan merindukan leluconmu. Kata Santoz, dia akan mengantar ke hotel oleh-oleh untuk kalian."
Taehyung mendapatkan pemandangan hangat di pagi ini. Kedua wanita itu akhirnya mengakhiri pelukan, dan bincang-bincang mereka.
Sekarang mulai menyiapkan bahan-bahan di atas meja, peralatan memasak dan mulai mengerjakan tahapan pengolahan. "Salmon Risotto tanpa wine." Pesan Gia dengan gerakan tangan menunjukkan ke arah perut Rosie, "mungkin rasanya akan sedikit berbeda. Tapi tidak menjadi masalah. Aku lebih menyayangi bayimu dari pada bagaimana rasa masakannya nanti."
Taehyung tersenyum simpul. Melihat sosok seseorang yang seperti ibunya. Menjadi rindu pada orang tua sepertinya wajar.
Dulu—setelah menikah dengan Sarang. Taehyung tidak pernah lagi berkunjung ke rumah orang tuanya, Sarang selalu membuat pengakuan jika kedua orang tua Taehyung tidak menyukainya, bersikap kurang sopan padanya.
Menyakiti hati jika berkata-kata. Doktrin yang benar-benar menguasai akal pikiran Taehyung.
Sering terbesit menjauhi keluarga dan mulai tidak menyukai kedua orang tuanya. Kadang Jisoo yang mengambil peran sebagai penasehat. Hubungan darah tidak bisa berakhir. Warnanya akan tetap sama merah. Orang tua tetap orang tua. Tidak ada yang namanya mantan orang tua.
Rosie melangkah tanpa suara, ingin mengagetkan suaminya. Ia merasa jika pria itu sedang memikirkan sesuatu. Jahil meniupkan angin ke wajah Taehyung, mencium pipi suaminya lumayan lama. Sampai pria itu tersadar. Lalu menoleh tersenyum.
"Jangan melamun, aku masih menyukai jari tanganmu. Nanti terbakar. Ini tumis bawang merah (jika tidak ada, bisa diganti dengan bawang bombai), bawang putihnya, ini olive oilnya. Ayo baby...semangat. Aku menunggu saja dari jauh. Love you." Kecupan terakhir di pipi Taehyung sebelum membuat langkah berjinjit-jinjit pindah ke meja makan.
"Akhir-akhir ini dia bersikap manis. Tidak bar-bar seperti sebelum menikah. Lucunya."
Tiga puluh lima menit kemudian...
Rosie tidak sabaran dari lima menit lalu, terus saja menggangu Taehyung.
"Baby...masih lama ya." Atau dengan kalimat, "aku tidak selama ini jika memasaknya." Bolak balik dapur dan ruang makan yang terpisah tempat.
Perjuangan Taehyung mengolah bahan baku hingga menjadi masakan sempurna selesai juga. Aroma hidangan menyapu area dapur ke arah meja makan. Rosie gembira di kursinya.
Melihat sang suami berjalan membawakan menu itu untuknya. "Masih panas, makannya pelan-pelan ya." Pria itu meletakkan hidangan yang sudah disajikan lengkap dengan hiasan di atasnya. "Itu di wajahmu ada apa." Tanya Rosie menarik apron di pundak Taehyung, suaminya setengah menundukkan badan bingung, mengusap wajahnya sendiri.
"Tidak ada apa-apa. Wajahku bersih."
"Ada." Rosie secepat kilat mengecup bibir Taehyung sebelum Gia melihat yang ia lakukan. "Aku mencintaimu." Bisik Rosie, sayang sekali tindakannya kalah cepat karena Gia menjadi saksi bisu. Tersenyum dengan tatapan khasnya. "Romantis sekali Rosie."
"Uhuk...uhuk..." Taehyung menetralisir batuknya. Terkejut dengan kemunculan Gia.
Ia mencegah asumsi kuat dari wanita itu, menggeleng dan menahan dengan membuat gerakan tidak-tidak.
"Anda belum mengenal dengan baik istriku nyonya. Anda pasti terkejut jika mengetahuinya."
"Taehyung duduk..."
"Hmm." Pria itu patuh setelah diberikan titah oleh istrinya. Tidak bicara lagi. Tersenyum tampan saja lebih baik untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Widér Sense 💋 Taerosé [END]
Fanfic[M] [COMPLETED] "Because even if you buried yourself in guilt, you can't go back and change what happened." Sebagai warga sipil yang menjadi mata, kaki, telinga untuk Badan Intelejen, Roseanne banyak menyimpan dan mengetahui rahasia tergelap dari pa...