Tiga belas: Hochzeit

1.9K 299 66
                                    

        "Bye pistol."

        "Bye pisau."

        "Bye ponsel."

        Benda-benda itu meluncur bebas di samping jendela. Setelahnya yang ia merintih menahan sakit di beberapa bagian tubuh karena lima menit lalu, Rosie dengan sengaja melukai tangan kanannya lalu membenturkan keningnya di kaca jendela.

        Bergegas mengunci diri sendiri di dalam ruangan pengap, dingin dan kotor. Semoga Taehyung masih menginginkannya dan mengingat jika dirinya belum kembali. Bau besi tua berkarat di dalam ini membuat hidungnya sakit, lama kelamaan otaknya ikut menjadi pusing.

       "Jimin marah lebih menyeramkan dari dugaan ku." Setelah itu Rosie meluruskan kakinya dalam posisi duduk, sekarang merebahkan dirinya.

        "Semua rasa benar-benar mati. Aku tidak merasakan apa-apa."

        Sayup-sayup, langkah-langkah sepatu tergesa-gesa serempak menggema sampai terdengar olehnya.

        "Rosieeeeee. Rosieeeeeeeee." Suara bariton Taehyung membuatnya terkesilap. Bunyi-bunyi pintu yang di dobrak satu persatu menambah semakin kejelasan, jika Taehyung sangat marah. Siluet-siluet bayangan kaki di depan pintu terlihat di celah pintu besi itu, dan suara obrolan mereka. Engsel pintu hancur dan jatuh ke lantai menggelepar. Cahaya masuk mengenai tubuhnya Rosie-yang berlakon sedang pingsan.

        "Nyonya Kim disini sir." Itu suara Albert, dan kemunculan Taehyung sekarang membuat Rosie senang. Dirinya tidak dilupakan begitu saja.

        Pria itu menekuk lututnya di lantai, mengangkat kepala Rosie di atas pangkuannya, menaruh jari telunjuk di depan hidung, untuk memeriksa masih bernafas atau tidak. Melihat luka di kening kekasihnya dan punggung tangan kanan juga. Pakaiannya sekarang sangat kotor.


❄️❄️❄️

        Rosie masih tertidur dalam damai, ia tidak bisa lagi menahan kantuk selama perjalanan menuju ke villa. Niatnya untuk berpura-pura pingsan, berakhir menjadi tertidur pulas.

       Rasa ngilu-ngilunya dari lukanya mulai berkurang setelah diurus, dibersihkan, diobati oleh pelayan di villa. Taehyung tidak membawanya ke rumah sakit ataupun memanggil dokter. Tidak ingin menambah perkara dengan membuat kecurigaan pihak luar. Pria itu sedang duduk di sampingnya, sibuk menatapi layar laptop yang menyala.

        Gerakan spontan tangan kiri Rosie yang menyentuh paha Taehyung membuatnya kaget dan menaruh laptop ke nakas secara srampangan. Tidak perduli benda apa saja disana. Taehyung suka sekali mendekatkan wajahnya jika bicara. Rosie sampai harus menjauhkan dengan kedua tangan wajah kekasihnya itu. "Dari mana kau tahu aku disana?"

        "IP ponselmu." Semakin lama rasa sayang Taehyung terhadap Rosie semakin banyak, di saat seperti ini ingin melindungi wanita itu juga semakin besar.

        "Aku kehilangan ponselku, tas, Semuanya yang aku bawa pergi."

        "Nanti ku belikan yang baru."

        Jawaban ini sungguh membuat Rosie jengkel. "Aku mengatakannya, bukan meminta yang baru. Selalu saja Kim Taehyung. Aku lapar."

       Wajah Taehyung memandang ke sudut kamar menu-menu yang sudah disajikan sejak tiga jam lalu, saat Rosie masih tertidur.

       "Semuanya sudah dingin. Sebentar, aku telepon pelayan."

        Rosie ikut mengangkat kepalanya. "Benarkah?" Sangat disayangkan membuang-buang makanan yang masih layak dikonsumsi. "Itu saja, tidak masalah. Tapi aku ingin disuapi..."

        "Benar itu saja?"

        "Jika lapar, apa saja enak. Sekalipun dingin."

        "Aku ambil bebas menunya. Jangan marah." Taehyung mengusap-usap keningnya lalu menciumnya.

        Kedua sudut bibir Rosie melengkung ke atas, Taehyung memperlakukannya seperti seorang manusia, menyayanginya sebagai seorang wanita bukan hanya untuk digunakan bagian tubuhnya sebagai pemuas nafsu. Pria itu sebenarnya baik.

        Senang melihat Taehyung kembali ke tempat tidur dengan langkah kaki berhati-hati membawa nampan yang terisi penuh. Rosie menerima jus stroberi setelah mengubah posisi tubuhnya, menaruh bantal di belakang punggung. Sedangkan Taehyung menaruh pantatnya di tepian tempat tidur. Tapi kekasihnya di sandaran ranjang menepuk-nepuk bagian kosong di sampingnya. "Baby disini."

        Setelah mencicipi kue kering, Taehyung mengangguk langsung naik ke atas tempat tidur, memegangi mangkuk bubur dan mengarahkan sendok masuk ke dalam mulut Rosie. "Aku suka salmon."

        "Ingin dibuatkan sekarang?" Tawar Taehyung.

        "Nanti saja, harus buatanmu."

Taehyung tersenyum, "aku tidak bisa memasak love."

        "Akan ku temani dan ku arahkan caranya." Sahut Rosie lagi.

        "Baby...bisa tidak kau duduk disini, aku ingin bersandar."

        "Astaga." Lagi-lagi Taehyung berganti posisi, sekarang menjadi sangat dekat satu sama lain. Rosie bisa leluasa memainkan tali-tali gelang di tangan kekasihnya itu.

        Ternyata kue kering itu enak, Taehyung mencoba untuk yang kedua kalinya. Ia tidak makan apapun sejak kembali ke villa. Selain meminum jus saja. Setelah Rosie siuman, laparnya baru muncul.

        "Rasanya hamil seperti apa?" Memberikan pertanyaan tidak melihat kondisi, Taehyung hampir sesak nafas karena tersedak kuenya.

        "Aku tidak tahu, karena laki-laki tidak hamil."

        "Gara-gara perkataanmu, aku jadi penasaran. Sakit tidak?"

        "Apanya?" Taehyung gemas menaruh bubur di samping kiri dan tangan kanannya digunakan untuk merangkul pinggang Rosie.

       "Membawa perut sebesar itu?"

       "Coba saja jika penasaran."

       "Huh, denganmu?" Rosie mendongak melihat wajah kekasihnya sangat dekat. Taehyung menciumnya-lembut-intens sedikit permainan lidah lalu berakhir.

        "Ingin hamil sebelum atau nanti setelah kita menikah."

        "Apa bedanya? sebentar...huh...menikah. Kita?"

        "Aku membual saja saat mengatakan hanya mengujimu dengan pertanyaan, dan untuk pernyataan aku mencintaimu-Itu benar. Aku ingin punya anak-itu benar. Aku sedang proses cerai-itu juga benar."

        Kedua mata Rosie mengerjap-ngerjap. Niatnya ingin mengerjai Taehyung, kenapa sekarang berbalik arah menjadi dirinya yang terjebak ke dalam perangkap. "Kau benar-benar mencintaiku, alasannya?"

        Taehyung mengambil mangkuk bubur lagi, dan menyuapi Rosie dengan suapan yang besar agar diam. Supaya Rosie berhenti mengajak berdebat. "Ya sudah...coba hamil dengan Albert atau Matthew. Sama saja hasilnya hamil."

        "Jahat sekali saranmu." Tangan Rosie menjauhkan sendok agar tidak masuk ke dalam mulutnya. Taehyung malah tertawa bisa membuat wanita itu kesal. "Kau ingin melakukan sekarang-setelah selesai makan. Aku punya banyak waktu. Kita bisa seharian sampai besok tidak keluar kamar."

        "Boleh saja. Nanti juga boleh. Tapi tanganku sedang luka. Apa menunggu sembuh saja." Dengan entengnya kalimat itu keluar dari bibir Rosie. Taehyung terdiam seketika. "Maksudnya? kau benar-benar ingin hamil atau apa...denganku? Kita menikah setelah putusan pengadilan disahkan. Benar kau menerimanya. Aku bertanya serius love."

        "Aku juga serius. Hamil denganmu-Ya. Menikah-juga Ya."

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang