Dua puluh enam : Famille

1.7K 233 20
                                    

        Sebelum memutuskan kemari bersama Matthew, sebenarnya: sesuai rencana awal Taehyung ingin pergi sendiri saja.

        Alasannya karena tidak ingin ketahuan mengunjungi Kim Sarang oleh Matthew, tidak ingin terjadi perang dunia ketiga antara dirinya dengan Jisoo.

        Kakak iparnya itu memberi peringatan keras untuk mengacuhkan dan tidak perlu mengunjungi mantan istri lagi. Khawatir jika membuat Seokjin jatuh sakit. Sedangkan Rosie-istrinya tidak mengetahui rencananya ini.

        Merasa dibohongi dan kena tipu, Matthew berhenti melangkah setelah keluar dari mobilnya, sejak awal masuk gerbang utama sudah menganga.

       Apalagi sekarang setelah keluar dari mobil, dengan langkah teratur Taehyung sudah cukup jauh pergi mendahuluinya. "Sejak kapan rumah nyonya Margareth menjadi sel tahanan. Oh-jangan-jangan..."

        Setelah sadar, Matthew berlari pendek meneruskan langkahnya, berhenti kemudian berjalan normal menyetarakan posisi tubuh di samping Taehyung. "Saya pikir Anda masih marah dan tidak ingin bertemu lagi dengan nyonya Sarang, pak."

        Taehyung tersenyum dengan kepala menengadah ke langit cerah.

       "Jangan beritahu istriku, apalagi kak Jisoo."

       "Baik pak." Mereka berdua memasuki pos deteksi keamanan, semua barang bawaan harus di serahkan sementara kepada sipir yang bertugas disini, hanya diperbolehkan membawa barang sesuai dengan peraturan Lembaga Permasyarakatan saja.

       "Ingin mengunjungi siapa? Satu orang saja yang di izinkan bertatap muka."

       "Kim Sarang." Ucapnya, yang diangguki oleh sipir. Menatap dari ujung kepala sampai sepatu yang Taehyung kenakan. "Nama Anda pak?"

        "Kim Taehyung."

        "Silahkan lewat sini." Kedua pria ini mengekor di belakang, di arahkan pada lorong dan blok khusus tahanan wanita untuk jenis kejahatan yang Sarang lakukan. Matthew tidak bisa masuk ke ruang pertemuan. Berarti harus menunggu di depan pintu.

        "Silahkan pak Kim." Sipir kembali menegaskan, setelah Taehyung memasuki ruangan khusus, "tunggu sebentar, ibu Kim Sarang sedang dibawa kemari."

        Pintu perlintasan antar ruangan terbuka, menampilkan sosok yang ingin ia lihat. Sarang semakin kurus, tidak terawat, tidak semangat hidup, sadar siapa tamunya.

       Kedua mata Sarang bersinar, tersenyum. Tak menyangka mantan suaminya masih mau mengunjunginya. Cepat-cepat mengambil gagang pesawat telepon yang tergantung.

        "Katanya kau mengajukan banding." Taehyung yang pertama memulai pembahasan, begitu tenang di dalam indera dengar Sarang.

       "Kau tahu?"

        "Jika kau gagal, hukuman mu akan semakin berat."

        Sarang menetralisir serak suaranya, ia hampir menangis. Bahkan sampai detik ini Taehyung masih perduli padanya.

       "Aku tahu, aku akan berusaha."

       "Ingin ku bantu, mungkin saja bisa membuatmu mendapat remisi."

        Kim Sarang menutupi mulutnya, menghapus bulir air mata yang merembes turun dari pelupuk mata.

       "Berbaik hati karena ingin mengasihani ku ya. Hahaha. Tidak perlu."

        Taehyung mengangguk, "kau pasti memahami kalimat tidak ada makan siang gratis."

       Urat-urat di wajah Sarang mengeras kali ini, "apa maksudmu?"

Widér Sense 💋 Taerosé [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang