Kalau lupa, bisa baca di bab-bab sebelumnya. Tks.
***
Peristiwa ini terjadi kemarin siang pukul 14.00 PM saat semua orang berada di Rumah Sakit.
Mengeluh lehernya menjadi berat dan kepalanya pening. Sampai terduduk di sofa kamar rawat Margareth, dihampiri sang istri yang ikut mendaratkan pantatnya.
"Obat, tidak kau bawa ya?" Jisoo pikir Seokjin membawa serta obat-obatannya.
"Iya, tidak ku bawa. Aku lupa, tapi sementara bisa dihilangkan kalau aku tidur."
Tangan Jisoo membantu memijat leher Seokjin. "Atau kita pulang saja ke rumah Taehyung. Ku temani istirahat."
"Jangan sayang, sebaiknya kau tetap disini sampai kau mengetahui apa yang dokter sampaikan saat visite. Aku pulang naik taksi online saja biar cepat. Memakan waktu lama, jika menunggu supir. Aku tidak sanggup."
Taehyung mendengar bisik-bisik di sekitar pasangan itu, beranjak dari sisi ranjang mamanya untuk menghampiri.
"Kenapa kak?" Memijat bahu kiri Seokjin.
"Kepalaku pusing. Tekanan darahku naik."
"Periksa ke IGD sana." Saran Taehyung yang langsung diangguki oleh Seokjin.
"Sudah, memang hasilnya tinggi."
"Mereka bisa meresepkan obat juga kan?" Taehyung tidak habis-habisnya bertanya.
"Hmm, obatku yang biasanya paten. Tadi yang diresepkan generik."
Ponsel Seokjin tiba-tiba berbunyi. Pria itu menjauh mencari ketenangan sambil menekan dahinya, menjawab dengan suara lemah. Tidak sampai satu menit. Telepon berakhir.
"Aku pulang ya. Taksinya sudah sampai."
"Ku antar ke lobi depan." Lagi-lagi Taehyung menawarkan bantuan. Dan lagi-lagi Seokjin menolak, ia memilih langsung menuju pintu. "Memangnya aku anak kecil. Disini saja. Titip salam untuk tante. Aku pulang lebih dulu."
Semua kepala di dalam kamar rawat mengangguk, termasuk Rosie yang tidak mengerti apa yang sedang dibahas suaminya dengan keluarganya. Di luar pintu, Seokjin bisa tersenyum samar. Tidak berselang lama, ia mendapat telepon lagi dari seseorang yang juga ia kenal.
"Mobilmu warna apa?"
"Satu-satunya mobil yang terparkir di depan galeri ATM. Cari saja LC hitam."
"Oke. Aku sudah di lobi. Ya, dari sini aku melihat mobilmu. Tunggu."
Langkah kaki Seokjin semakin dekat dan pendek dengan mobil. Ia masuk melalui pintu penumpang di samping pintu setir kemudi. Memasang sabuk pengaman, Jimin mengangguk dan mulai menyalakan mesin mobilnya. "Rosie tidak tahu kan?"
"Tidak."
"Syukurlah, aku kasihan dengannya, jika kau beritahu dia akan menggali informasi dariku...masalah sudah menimpanya bertubi-tubi, biar dia tenang dan tidak mencari tahu."
"Ya, itu sebabnya aku juga merahasiakan dari Jisoo. Seperti apa obat biusnya Jim?"
"Oh." Jimin menoleh ke jok belakang. Ada amplop coklat di atas kursi. "Foto obatnya ada disana. Buka saja."
Seokjin memutar badan dan meraih dengan tangan memanjang ke belakang. Ia memutar tali amplop dan mengeluarkan foto yang Jimin maksud. Jenis obat cair itu ditulis dengan pena tinta, lalu Seokjin mengabadikan foto menggunakan kamera ponselnya.
"Sudah bisa ditebak pelakunya sahabat dan orang terdekat Taehyung sendiri." Celetuk Seokjin sambil tangannya bergerak memperhatikan detail cairan yang ada di foto.
"Begitulah hidup, semua orang bisa menjadi musuhmu. Kuncinya ya...kau harus selalu berhati-hati. Namjoon dan Jaehyun memang bermasalah sejak awal saat di Budapest. Kami masih mengumpulkan bukti-bukti untuk ini. Sialan! semua orang suruhannya menghilang. Tapi ada angin segar, satu orang masih belum keluar wilayah."
Semua foto sudah berhasil tersimpan ulang di dalam galeri ponsel. Satu sudut bibir Seokjin terangkat ke atas tanpa sepengetahuan Jimin. Kedua pria ini tidak begitu dekat, mereka bertemu di acara pernikahan Taehyung dan Rosie. Disana Seokjin mengajak Jimin, Jongin berkenalan sekilas saja termasuk menanyakan pekerjaan. Jimin hanya mengatakan bekerja di instansi kepolisian.
Tetapi identitas Jimin dan Jongin yang sebenarnya tidak Seokjin ketahui sampai Jimin sendiri yang membukanya kepada Seokjin, saat Seokjin menghubunginya karena kejadian yang menimpa Taehyung dan keluarganya.
"Aku antar kemana?"
"Rumah Taehyung saja."
"Astaga. Untung aku berbaik hati dari wilayah barat ke timur sekedar menjemputmu, dasar ckck."
❄️❄️❄️
Tidak berlama-lama di dalam kediaman Taehyung, Jimin langsung pulang begitu Seokjin sudah turun dari mobilnya. Menunggu sampai mobil Jimin keluar melintasi gerbang utama rumah, dan penjaga keamanan menutup gerbang. Barulah Seokjin menapaki anak tangga ke-empat menuju pintu utama rumah Taehyung, ia mendapat telepon lagi.
"Ya lakukan hari ini juga, semakin cepat semakin baik."
"Baik pak, saya sudah mendapatkan obatnya dari pasar gelap sesuai foto yang Anda kirim."
"Jangan sampai ada yang menyadari kau bukan orang mereka."
"Siap pak, aman."
Semua urusan selesai dalam satu pukulan saja di tangan Seokjin, pekerjaan dilakukan oleh kaki tangannya yang ikut menyusul kemari tanpa sepengetahuan Jisoo istrinya.Berhati-hati dengan diamnya seseorang, saat marah emosi mereka menggunakan tindakan bukan dengan caci maki belaka dari mulut.
❄️❄️❄️
LAPAS LAKI-LAKI, Pukul 16.00 PM setelah satu jam menunggu untuk transaksi obat bius ilegal.
Memudahkan nanti untuk kabur begitu selesai melaksanakan tugasnya. Kaki tangan Seokjin, turun dari taksi di lokasi seberang Lapas yang tidak terdeteksi cctv. Mengintip dari jarak lima puluh meter, terjadi sesuatu yang tidak biasa di luar pintu palang pemeriksaan.
Salah seorang sipir melintas di depannya. Agak sedikit aneh karena di area luar Lapas banyak sipir yang lalu lalang dan berdiri menetap di titik-titik untuk menjaga bagian depan, bahkan ada yang ditempatkan untuk menjaga bagian gerbang di luar Lembaga Permasyarakatan.
"Permisi pak, ini ada apa ramai sekali." Tanyanya pada salah seorang warga sipil yang baru saja keluar dari gerbang.
"Oh...Anda ingin menjenguk narapidana disini ya pak, mungkin sementara mereka tidak menerima kunjungan, katanya ada yang yang bunuh diri di Lapas. Makanya ini penjagaan di perketat untuk penyelidikan."
"Baik, terima kasih pak informasinya."
"Ya."
Sedetik yang bersamaan tangannya menyalakan layar ponsel, untuk menelpon Seokjin dan memberikan kabar penundaan pekerjaan yang dilakukan. Berbahaya jika diteruskan.
![](https://img.wattpad.com/cover/229438138-288-k133274.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Widér Sense 💋 Taerosé [END]
Fanfiction[M] [COMPLETED] "Because even if you buried yourself in guilt, you can't go back and change what happened." Sebagai warga sipil yang menjadi mata, kaki, telinga untuk Badan Intelejen, Roseanne banyak menyimpan dan mengetahui rahasia tergelap dari pa...