• titik didih • 2/2

333 58 17
                                    

Selamat datang di dunia halu..
Dianjurkan membaca dengan mode gelap dan mode geser. Sudah tersedia di aplikasi Wattpad masing-masing.

|••|

.
.
.
.
.

J

imin yang berada didalam kamarnya yang gelap menatap kosong kearah depannya. Ingin sekali dia menangis untuk melampiaskan rasa kecewa dan sedihnya, namun tidak semudah itu.

Jujur, ia sangat amat kecewa dengan keputusan sepihak dari mu, padahal dalam waktu yang cukup lama kalian saling bersama. Tapi, malah seenaknya memutuskan tali hubungan begitu saja.

Dia mengacak rambutnya frustasi. Sekarang dia ada dua jurang pilihan yang tragis. Antara Solji atau dirimu. Jimin sangat tidak bisa menentukan salah satunya. Maka dari itu dia kecewa dengan hubungan dan dirinya sendiri.

Lalu, tatapan kosongnya mengarah pada pintu kamar mandi yang separuh terbuka. Membuat pencahayaannya sedikit masuk kedalam kamar gelap Jimin.

Seketika itu Jimin berjalan cepat kearah kamar mandinya dan menatap pantulan dirinya di kaca kamar mandi.

"Menjijikan." Kata nya yang ditujukan pada dirinya.

PRAKK!!

Benar saja, Jimin memukulkan tangannya sendiri pada kaca kamar mandinya tanpa berpikir panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar saja, Jimin memukulkan tangannya sendiri pada kaca kamar mandinya tanpa berpikir panjang.

.
.

Aku sedikit frustasi mengenai keputusan ku tadi, tapi kurasa inilah pilihan yang terbaik. Memang berat memutuskannya begitu saja. Mengetahui aku sangat menyukai Jimin sejak dulu. Tapi, aku tetap tidak akan membesarkan ego ku hanya untuk kebahagiaanku.

PRAKK!

Mendengar suara bising yang cukup mengejutkan ku. Segera aku berlari masuk kedalam kamar Jimin dan melihat Jimin kini berdiri lemas didepan kaca yang sudah retak dengan cairan merah yang mengalir terus dari tangan kiri Jimin.

"ASTAGA!! MWOYA NEUNGEOYA? (APA YANG KAU LAKUKAN?)" Tanyaku sambil menarik Jimin menjauh dari serpihan kaca yang berbahaya.

"Katakan ini semua hanya mimpi ku." Kata Jimin lemah.

Nyatanya dia masih tidak bisa menganggap ini semua nyata. Terlihat tatapan sendu dan kosongnya dari pandangan ku.

"Jeongsinjaryo! (Sadarlah!) Aku tahu ini sulit. Dan aku juga minta maaf karena terlalu memaksakan hubungan ini...tapi, kita harus menghentikannya Jimin-ah." Kataku tak kalah sendu dan frustasinya.

Jimin menatap ku sejenak dengan mata yang mulai basah karena air mata terus menerus keluar dari pelupuk matanya.

"Lalu, ketika kau membuat keputusan sendiri...kau kira ini bukanlah dari rasa ego mu? Aku pergi." Kata Jimin ingin meninggalkan ku, tapi segera ku hentikan langkahnya dan menatap cemas tangan nya yang terus mengeluarkan darah segar.

™BTS X (Y/N) [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang