4. HELP

1.3K 68 0
                                    

Sedang apa sebuah kehilangan yang seakan sengaja menjebakku,
pada sebuah kalimat
"Permintaan tolong padamu?"
~TishaNatala~

Zaman sekarang harus gitu.
Cowok atau cewek gak bisa lagi dipegang mulutnya.
Jadi mending pegang KTP nya!
~Gea~

***

Apa tadi? lelaki kurus itu bahkan melakukan pelecehan dengan meremas bahuku dan mengusap punggung tanganku dan kenapa aku tadi hanya diam? Apakah sebegitu besarnya ketakutan ku pada hujan sampai-sampai aku tidak memikirkan pelecehan yang ia lakukan?! Bisakah karena hal menakutkan ini aku jadikan alasan, bahwa aku hanya ingin pindah kantor dan kerja duduk dalam ruangan saja tanpa harus keluar meeting seperti ini?! Ini sudah pelecehan ketiga kalinya semenjak aku bekerja tiga tahun di sana. Memang bukan orang dalam yang melakukannya, melainkan orang-orang luar yang lapar mata.

"Nak... ayo ceritakan, apa yang tadi terjadi?" ujar si ibu.

Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku dan menarik ujung rambutku takut.

"Minum dulu ya Nak. saya bu Mawar kalau kamu lupa, saya bukan orang jahat...."

"Galen dimana Bu?" tanyaku pilu.

"Sebentar lagi mungkin sampai. Dia terjebak mecet dan untungnya dia masih ada urusan di perumahan yang tidak terlalu jauh dari sini,"

"Iya Bu. Terimakasih. Saya percaya Ibu orang baik, tapi maaf saya masih belum bisa cerita...." Isakku.

"Iya Nak."

Empat puluh menit berlalu, hingga akhirnya sebuah klakson BMW berwarna hitam mengkilap berhenti di depan rumah bu Mawar. Bu Mawar dan aku saling tatap, kemudian bu Mawar membuka pagarnya dan aku melihat sosok Galen keluar dari mobil itu sembari membuka payungnya. Aku segera berlari keluar dari rumah bu Mawar dan langsung menerobos hujan lalu memeluk Galen erat dan menangis sesenggukan di pelukannya.

Aku tidak tau payung Galen entah terbang kemana, yang ku tahu hujan semakin deras menimpa kepalaku.

"Semua akan baik-baik saja. Mau langsung atau mau masuk ke rumah bu Mawar lagi?" Galen mengangkat wajahku dan bicara cukup keras karena hujan kian deras.

"Aku ikut kamu aja." Tuturku.

Galen merangkulku, lalu mengajakku kembali masuk ke rumah bu Mawar.

"Ini handuk Pak. Bapak bisa mengeringkan badan dulu di dalam. Mbak Tisha dari tadi tidak mau Pak. Saya takut dia masuk angin,"

"Iya. makasihya Bu,"

"Iya, saya tinggal buat teh hangat dulu,"

"Maaf merepotkan Ibu," ujar Galen.

"Gak sama sekali, duduk aja di sofa. Gak apa-apa Pak, kasihan Mba Tisha dari tadi hanya mondar mandir depan teras menunggu Bapak,"

"Iya Bu."

Aku hanya mendengarkan percakapan mereka, sembari terus bersandar di dada bidang Galen dan menangis. Pikiranku terlalu kalut membayangkan lagi kejadian tadi dan sederetan kejadian masa lalu kembali berputar di memoriku.

"Bisakah aku bekerja di perusahaan kamu?" Aku mengangkat kepalaku dan menatap Galen lemah.

"Apa yang terjadi Tala? Bu Linda mana?" Galen kembali merangkulku ke dalam pelukannya sembari bertanya.

"Bisakah aku bekerja di perusahaan kamu?" Aku lagi-lagi menatapnya dengan derai air mata.

"Kita akan bahas itu nanti. Bu Linda mana?" Galen menatapku, jemarinyanya yang basah kena hujan itu entah kenapa terasa sangat hangat di pipiku. Ia sangat cekatan menghapus air mata di pipiku.

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang