27. PAST MEMORIES

584 43 2
                                    

Mulut bisa berbahagia,
Tapi kedua sorot mata tak pandai untuk berbohong,
Ada isyarat luka tentang waktu
di masa lalu
~TishaNatala~

"Yaampun bahkan meeting seorang Tisha Natala sekarang ke pasar tradisional?!"
~TishaNatala~

***

Aku mengetok pintu ruangan ini, kemudian membukanya dan melihat Galen lagi-lagi seakan sudah siap menyambut kedatanganku.

"Kamu dibayar kerja atau buat omongin saya dibelakang?"

Aku kaget menatap Galen dan merapatkan kedua bibirku, otakku yang jenius ini seakan tidak bisa berfikir.

"Ha? Mau nanya apa? Saya kalau meeting di luar ya professional. Kalau rekan saya perempuan, saya berlaku sebagaimana mestinya dalam batas hubungan kerja. Apakah seorang Tisha Natala harus memata-matai bosnya seperti itu?"

Galen tau dari mana? Mita cerita? Perasaan Mita gak megang ponsel dari tadi.

"Suara kamu itu terlalu berisik dan membuat konsentrasi saya terganggu. Bisa diam dan kerjakan tugas kamu di balik komputer sebagaimana mestinya?" Galen lagi-lagi menatapku.

Bukankah ruangan ini kedap suara? Aku sangat tau menjaga volume suaraku tadi. Aku bisa pastikan aku tidak berteriak saat berbicara dengan Mita.

"Sini kamu."

"Aku ke samping Pak Bos?" Tanyaku menunjuk kursi kebesarannya.

"Iya,"

"Ngapain?" Aku bingung menatapnya.

"Sini,"

Aku bangkit dari kursiku dan berjalan mendekati Galen yang duduk di kursi kebesarannya. Tidak berapa lama kemudian, aku mendengar suara Mita yang tengah bicara dengan seseorang via telfon. Aku sangat kaget, bagaimana mungkin suara Mita bisa terdengar.

"Dengarkan? Jadi semua pembicaraan kamu itu bisa saya dengar,"

"Loh, bukannya kedap suara ruangan ini Pak?" Aku berlari kecil mendekati dinding di ruangan Galen dan memukul-mukulnya. Aku pastikan ini dinding tembok. Kemudian aku menaruh telingaku di dinding itu.

"Astaga kamu ngapain?" Galen geleng-geleng kepala menatapku.

"Ini beneran gak kedap suara?" Aku kemudian berjalan kembali mendekati Galen.

"Kalau kedap suara kamu gak bakal dengar suara inikan?"

"Iya, maaf Pak Bos!"

"Jadi, selama jam kerja kamu harusnya tau apa yang harus kamu lakukan,"

"Tapi kenapa sumber suara itu dari laptop Bapak. Bapak pasang cctv?"

"Iya. Baru kemarin,"

"Loh buat apa?"

"Biar saya bisa mantau kamu tidak sedang melamar kerjaan di tempat lain saat sedang bekerja di sini,"

"Bentar," Aku mengarahkan laptop Galen ke hadapanku. "Kenapa semua kamera hanya terarah ke aku? ini dari depan, belakang, samping?"

"Saya sudah bilangkan alasannya. Ada masalah? Kalau gak suka resign!"

"Nyebelin!" Aku menatapnya kesal dan hendak berlalu.

Galen menarik pergelangan tanganku,

"Apa?!" Kesalku.

"Kamu benar-benar mau kena SP, karena nada suara kamu itu?"

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang