18. SATURDAY

572 40 0
                                    

Sabtu itu romantis kata orang,
Seperti saat kelingking bisa bersatu dengan jempol,
lalu membuat iri tiga jari lainnya
Benarkah begitu?
~TishaNatala~

"Jangan dipegang dan jangan di lipat bibirnya. Iman aku gak sekuat itu sayang."
~Galen~

***

"Ayo berangkat!" Aku menatap Galen yang kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku dan menyusul ku yang berjalan terlebih dahulu.

"Makan dimana Tala?"

"Nanti aku kasih tau, kamu jalan aja dulu." Aku memasuki mobilnya.

Aku melihat dia kemudian masuk kebagian kemudi dan tersenyum menatapku kemudian mendekatiku.

"Gak usah senyum-senyum!" Ketus Ku mendorong dadanya nan bidang itu.

"Nyonya Galen lupa pake sabuk?"

"Iya aku bisa sendiri. Aku gak lupa! Memangnya kamu yang lupa sama aku!" ujarku kemudian memakai sabuk.

"Iya, iya aku lupa."
***

Empat puluh menit kemudian kami sampai di sebuah resto. Aku memesan beberapa makanan kemudian mengeluarkan ponselku karena melihat Galen yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.
Aku benar-benar kesal melihat Galen yang katanya mau menemaniku tapi justru sibuk dengan ponselnya. Hingga makanan datang, aku melahapnya terlebih dahulu tanpa berkata sepatah katapun pada Galen. Galen yang sepertinya sadar, tersenyum mengusap kepalaku dan kemudian ikut makan.

"Aku udah kenyang, aku pulang!" tuturku.

"Pulang?"

"Iya, kamu sangat sibuk dan aku gak mau menjadi pengganggu. Selesaikan saja kerjaan kamu. Aku pulang bareng Safa dan tunangannya, mereka sudah menungguku di parkiran!" Aku berdiri dan meninggalkan Galen begitu saja.

Aku berlari meninggalkan resto ini, menahan air mata yang siap luruh. Aku benci diabaikan seperti tadi!

"Pulang sama aku." Galen mengejar dan menghadang ku.

"Gak. Kamu jahat! Kamu gak terbuka!"

"Aku akan jelaskan semuanya, aku mohon jangan seperti ini Tala," Galen memandangku teduh.

"Iya, tapi janji gak main ponsel di depanku seperti tadi?"

"Iya sayang." Galen kemudian merangkul dan mengajakku ke mobilnya.

Entahlah! Aku sangat tidak peduli dengan sekitar.

Galen memasangkan sabuk pengamanku, kemudian mengusap air mataku, lalu mengecup kedua mataku.

"Jangan menangis lagi. Maafkan aku,"

"Hmmm." Aku hanya bisa bergumam, menikmat hangatnya sentuhan Galen.

Galen mengendarai mobil dengan fokus. Hanya keheningan sepanjang perjalanan hingga kami sampai di apartemen Galen.

***

Galen membuka pintu apartemennya dan aku mengikutinya. Kami duduk di sofa ruang tv Galen.

"Mau minum?" Galen merangkulku.

"Aku belum haus. Kamu jawab semua pertanyaanku di telfon kemarin Galen," rengekku.

"Iya sayangku. Pertama, kamu itu pacar aku, kekasih aku. Kedua kamu itu penting buat aku dan ketiga, iya papa meminta aku menjadi direktur utama Ranaysa Grup. Karena itu juga aku meminta Hadi menggantikan ku untuk gabung di event kita itu. Aku sekarang lagi fokus ke sana karena kurang lebih dua minggu lagi akan diresmikan pengangkatan aku. Aku pasti akan memberi tau kamu Tala dan aku salah tidak memberi tau kamu secepatnya sehingga kamu harus tau dari orang lain dan malah berpikiran seperti ini dan yang pastinya ini bukanlah karena aku takut kamu meminta kerjaan padaku, sama sekali aku gak berpikir ke sana dan kamu juga pasti tau bahwa prinsip ku kamu tidak akan aku rekrut di perusahaanku karena kamu itu pendamping aku, bukan staf aku dan perusahaan tidak terima sesama karyawan ada perasaan lebih."

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang