17. ANNOYED

643 64 3
                                    

Marah itu seperti
Tangan yang selalu setia menghapus luka pada kaki?

***

Senin ini rasanya berbeda. Ada semangat yang luar biasa tidak bisa ku jelaskan. Aku sangat bahagia melihat perlakuan manis seorang Galen. Akhirnya aku sudah punya pacar lagi sekarang. Rasanya ada yang beda, ada bahagia.

"Senyum-senyum aja ni Bu,"

"A Safa, gue bahagia! Gue udah punya pacar sekarang!"

"Serius? Siapa? Anak mana? Kerja dimana?"

"Kenapa sih kalau udah kerja gini, pasti orang juga bakal nanya pasangannya kerja dimana,"

"Ya namanya juga manusia. Kalau lu lagi kuliah juga orang nanyanya mahasiswa mana. Gak penting banget sih bahas itu. Orang mana cowok baru lu?"

"Galen Ray Surendra,"

"Anak pemilik Ranaysa Grup?"

"Yuhu!"

"Ahg teman gue mainannya jauh. Traktir!" Safa berteriak girang.

"Tenang itu. Sekarang ayo kerja dulu,"

"Siap. Ini laporan yang harus lu cek,"

"Siap. Makasihya, aman tentram kan minggu lalu?"

"Aman. Yaudah gue tinggal dulu ya, gue harus cek email dari beberapa perusahaan lain yang ajak kerjasama. Ntar kalau udah oke negosiasinya gue teruskan email nya ke lu,"

"Siap. Semangat Safa!"

***

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB dan aku baru saja selesai meeting bersama 30 orang timku yang berada di kantor cabang ini. Ini evaluasi akhir bulan yang rutin di adakan kantorku setiap akhir bulan, untuk mengevaluasi kinerja para staf dan juga melihat persentase pendapatan dari hasil penjualan produk alat kesehatan di kantor cabang ini.

"Yuk balik bareng gue. Gue hari ini dijemput tunangan ganteng gue," ajak Safa.

"Dengan senang hati."

Ini memang bukan kali pertama aku bergabung dengan Safa dan tunangannya. Sudah terlalu sering aku nebeng pulang bareng mereka. Lumayan ada teman ngantar pulang dan gratis.

***

Aku memasuki rumah yang sudah aman, hening dan sepi maklum saja jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB. Maklum kami tadi mampir dulu buat makan di pinggir jalan. Aku melihat ponselku setelah mandi dan bersih-bersih.

Ada 10 panggilan tak terjawab dari Galen? yaampun aku lupa mengabarinya dari tadi sore karena meeting itu.

Aku menghubungi nomornya,

"Hallo,"

"Kamu belum tidur?" tanyaku menangkap suaranya diujung sana.

"Sudah di rumah?"

"Udah, baru aja selesai mandi. Maafya tadi ponsel di dalam tas. Kamu dimana?"

"Di Bogor,"

"Di rumah?"

"Iya. Lagi ada kerjaan di kantor Bogor sama papa. Tadi pulang sama siapa?"

"Safa dan tunangannya,"

"Sering?"

"Iya lumayan, udah malam daripada pulang sendiri,"

"Lain kali pulang malam kabari, biar aku jemput,"

"Gak usah Galen,"

"Hmmm, udah makan?"

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang