9. CARE

685 51 0
                                    

Sempurnanya sebuah rasa,
Ia seperti sepasang mata yang terus nyalang terjaga,
Menatap sudut demi sudut,
Hanya ingin memastikan bahwa tubuh pantas berada di situasi ini.
~TishaNatala~

***

Ini adalah hari keempat kami kembali meeting di kantor Galen. Saat bangun tidur aku benar-benar merasakan kepalaku pusing. Ya mungkin ini efek karena dari kemarin aku belum menyentuh makanan apapun. Untunglah saat bangun tidur, Gea sudah menyajikan sarapan untukku. Saat sarapan hanya keheningan tercipta, Egar masih kesal padaku dan hanya ada Gea yang sesekali bertanya.

"Hari ini kamu ke kantor kemarin lagi Tisha?" tanya Gea.

"Iya Kak dan gak usah jemput. Nanti aku pulang bersama mobil kantor," ujarku bohong.

"Memang begitu seharusnya. Kantor kamu juga harus berpikir keselamatan kamu. Jangan hanya menuntut kamu kerja berat. Kamu juga harus bisa bedakan antara loyal terhadap kantor dengan paksaan." Egar menyudahi sarapannya dan meninggalkan ruangan makan.

"Sudah gak usah dipikirkan. Dia sangat kuatir, kamu berangkatlah. Nanti kabari Kakak ya kalau ingin dijemput."

"Iya Kak. Makasih. Aku berangkat."

***

"Tisha, apakah kamu baik-baik saja?"

Aku mengangkat kepalaku yang tertunduk sedari masuk ke ruangan ini. Aku melihat bu Linda tengah bicara dengan Galen di lobi samping kantornya. Padahal aku sengaja memilih lobi samping ini agar tidak bertemu dengan Galen.

"Tisha kemarilah, kamu nampak sangat pucat." Bu Linda memintaku mendekati mereka.

"O, tidak apa-apa Bu," ujarku memaksakan senyum.

"Apakah kamu masih masuk angin? Sudah dipijat?"

Belum sempatlah Bu! Ibu enak dari sini ke Depok, nah aku masih harus ke Jakarta Barat.

"Iya nanti Bu. Ibu, saya masuk ke ruangan meeting langsung ya Bu." Pamitku.

"Baiklah. Kalau kamu gak kuat, hmmm Pak Galen apakah saya bisa meminjam ruangan Bapak untuk Tisha istirahat sebentar?" ujar bu Linda.

"Gak, gak usah Bu. Saya baik-baik saja." Tolakku.

"Bisa Bu. Mari Tisha saya antar ke ruangan saya,"

"Gak usah Bapak, saya baik-baik saja. Anda tidak perlu repot-repot." Tolakku.

"Tisha Ibu marah kalau kamu tidak istirahat dulu. Istirahatlah sejenak. Hari ini kita fullmeeting sampai malam lagi,"

Ya Tuhan... sampai malam lagi?! Aku lemah banget ternyata!

Akhirnya aku mengikuti Galen menuju ruangannya. Aku tidak bicara sepatahkatapun padanya dan begitupun sebaliknya. Di dalam lift hanya hening. Begitu sampai di lantai 3 aku masih menundukkan pandanganku. Aku sedang ingin istirahat dan tidak ingin berpikir apa-apa saat ini.

Begitu pintu ruangannya terbuka, lagi-lagi aroma lavender ini. tapi, kali ini aromanya sangat menenagkanku.

Tiba-tiba perutku bergejolak,

"Pak, aku ke kamar mandi ya!" ujarku membekap mulutku hendak keluar dari ruangannya.

"Di dalam ada kamar mandi," ujarnya menahan tanganku dan mengarahkanku ke arah kamar mandinya.

Namun belum sempat aku memasuki kamar mandi, aku memuntahkan semua isi perutku di lantai ruangannya.
Ya,di depan kamar mandinya. Astaga! Gerutuku.
Kemudian aku berlari ke kamar mandi dan kembali memuntahkan isi perutku. Sampai aku merasakan sebuah pijitan lembut di tengkuk leherku.

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang