6. VISIT

927 54 2
                                    

Kenapa sesenang itu mengunjungimu?
Seperti sepasang kaki
yang saling menyapa
dengan ayunan tangan
saat melangkah.
~TishaNatala~

Bukankah tampak indah,
senja di tengah hujan dan pancaran cahaya lampu mobil serta sesekali bunyi klakson mobil yang saling berbalas?!
~Galen~

***

TOK TOK TOK

"MASUK!"

Deg! Aku kembali mendengar suara seksi itu lagi.

Aku membuka pintu dan seperti biasanya aroma lavender langsung menyerbu indra penciumku.

"Tisha Natala,"

Oke... bau lavender ini selalu membuatku salah tingkah.

"Hmmm, boleh aku duduk di sana?" ujarku menunjuk kursi itu. Kursi tempat aku pernah interview minggu lalu.

"Iya."

"Ini, aku mau balikin punya kamu,"

"BAPAK GALEN, bukan kamu. Aku sudah bilangkan,"

"Belum, ini diambil!" ujarku acuh, kemudian menyerahkan amplop yang berisi KTP dan ID Cardnya.

"Makasih." Ujarnya merebut begitu saja.

"Di luar mendung," ujarku.

"Hmmm,"

"Kamu belum pulang?" Aku menatap Galen lekat.

"Sa... Saya masih banyak kerjaan. Dan tolong diganti lagi BAPAK GALEN. Saya gak kasih izin anda manggil saya dengan nama seperti itu,"

"Ba, baik BAPAK GALEN!" ujarku kesal menatapnya.

"Yasudah silakan keluar. Kulkas saya kosong,"

"Hmmm, apakah kita tidak bisa pulang bersama? Aku bahkan sudah 3 jam menunggu BAPAK GALEN?"

"Silakan keluar."

"Sombong!" ujarku kemudian beranjak keluar.

Aku keluar dari bangunan megah ini dan kemudian menuju halte bis yang tidak jauh dari gerbang keluar kantor ini.
Saat di halte bis aku melihat penjual nasi goreng dan baunya wangi sekali. Aku memesan satu piring nasi goreng, dan duduk di kursi plastik yang disediakan abang-abang nasi goreng. Lima suapan berlalu begitu saja dalam mulutku, namun saat suapan keenam gerimis mulai berjatuhan dan aku baru sadar bahwa ini sudah gelap, seperti perpaduan antara awan hitam dan kelamnya malam. Dan di sini halte.
Gak! Aku gak mau lagi kejadian beberapa hari lalu terulang kembali. Aku meninggalkan piring nasi goreng ini begitu saja kemudian aku berlari masuk ke dalam perusahaan Galen.

"Maaf!" ujarku berlari lebih kencang saat badanku serasa menabrak orang-orang di sekitarku. Aku segera menaiki lift dan menuju lantai 3. Begitu lift terbuka aku langsung menuju ruangan Galen. Namun, ruangannya sudah dikunci.

"Bapak sudah pulang Mba barusan." Ujar beberapa staf Galen yang masih tersisa di lantai ini.

"Tolong, tolong telfon Bapak Galen...." Isakku.

"Tala!" ujar suara di ujung sana yang ku lihat baru saja keluar dari lift.

"Galen!" Aku segera berlari ke hadapannya dan kemudian memeluknya erat.

"Ada aku, kamu tenang ya." Galen berulangkali mengusap punggungku.

"Galen...." Isakku.

"Iya. Ayo ke ruanganku." Galen merengkuh tubuhku ke dalam dekapannya kemudian kami memasuki ruangannya.

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang