Sekarang gak zaman lagi sianida.
Ini generasi milenial yang penuh dengan Bius bucin!
Bius budak cinta
.TishaNatala.***
"Tala, ayo bangun!"
Aku mengerjapkan mataku dan menatap sosok Galen yang berdiri di samping tempat tidur.
"Hei, ayo bangun. Egar ngajakin lari pagi,"
"Gak mau. Kalian aja, aku di sini aja ya. Aku ngantuk banget," Aku menarik kembali selimutku.
"Ayo Tala,"
"Galen please. Kamu taukan di hari kerja aku harus bangun sebelum subuh dan masak buat kamu. Kemarin di hari Sabtu aku juga kedatangan Egar dan Gea lalu bersih-bersih unitku. Jadi biarkan hari ini aku leyeh-leyeh, ya?" Aku menatap Galen dengan memohon.
"Terserah!" Ketus Galen.
"Ish! Iya, iya." Aku bangkit dan mendahului Galen keluar dari kamar.
Aku menuju unitku dan melihat Egar dan Gea telah rapi dengan pakaian olahraganya. Aku menatap mereka tajam yang tersenyum penuh mencurigakan. Aku memasuki kamarku, mencuci wajah dan menggosok gigi kemudian menggunakan legging khusus untuk olahraga berwarna hitam dan sebuah jaket berwarna kuning lembut.
Aku keluar dari kamar dan kembali menatap Egar dan Gea,
"Kalian itu udah niatkan nginap di sini. Sampe bawa pakaian olahraga?" Selidikku.
"Kamu gak ikhlas Dek? Ini keponakan kamu yang merencanakan," tutur Gea.
"Huft! Aku tanya apa, yang dijawab apa! Ponakanku sayang, untung tantemu ini sangat menyayangimu. Nanti di waktu yang tepat segera keluar dan jadi bayi imutya, jangan bayi yang mengesalkan macam bapak ibuk mu ya,"
"Tisha!" Kesal Egar dan Gea.
"Bodo amat! Ayo lari!" Aku segera keluar dari unit dan menarik Galen yang bingung.
***
Sudah tiga puluh menit berlalu dan aku berjalan santai bersama Gea. Sementara Egar dan Galen tega menelantarkan kami wanita yang lemah ini.
"Aduh, Kakak capek banget ini," Keluh Gea.
"Yaudah istirahat dulu yuk. Atau mau pulang? Mumpung belum terlalu jauh," tawarku bersemangat.
"Hmmm iya mau pulang. Tapi bayinya mau sama daddynya pulang,"
"Aelah. Sama tante aja yuk!" ujarku bicara pada perut Gea.
"Gak mau!"
"Terus gimana Kak? Mereka udah duluan dan gue gak bawa ponsel,"
"Ya lu kejarlah,"
"Serius Kak?" Aku menatap Gea yang mengangguk tidak peduli.
"Kak, mereka udah jauh. Lu yakin sendiri di sini?"
"Iya, gue mau makan bubur itu dulu. Kamu minta Egar ke sini ya,"
"Astaga! Lu makan bubur dan gue ngejar laki lu yang udah menghilang?"
"Kamu gak mau Dek. Kalau lagi gak hamil, kakak juga nyari Egar sendiri," Gea menatapku berkaca-kaca.
"Udah gak usah nangis. Kakak beneran tunggu di sana ya, aku nyari Egar,"
"Makasih Tante Tisha cantik dan baik hati."
Untung gue sayang banget sama ipar gue itu. Gue segera berlari dengan cepat, karena tidak tega juga meninggalkan Gea sendirian di daerah yang bukan jajahan dia. Sekitar dua puluh menit aku berlari dengan kekuatan ekstra hingga akhirnya gue menatap dua sosok yang sedang meregangkan otot-ototnya di sebuah taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY NEXT PAK BOSS
Romance"Hidupku adalah meninggalkan masa lalu. Sedangkan aturan di Perusahaanku Dilarang keras saling jatuh cinta, apalagi ada hubungan. Lalu apa ini, mantan bahkan muncul di Perusahaanku?! JAILANGKUNG!" .Galen gagal Move On. "Jailangkung itu sepertinya a...