22. MISUNDERSTAND

535 37 0
                                    

Seringkali sepasang mata yang menatap tidak selalu benar,
Bisu terhadap pandangan
kadang terjadi,
Disitulah peran telinga diperlukan untuk menerangkan sebuah kekeliruan.
~TishaNatala~

"Jadi kamu lebih percaya dengan dia daripada aku?!"
~Galen~

***

"Tisha, lu dari semalam sampai pagi gini masih tongkrongin tv?"

"Apaan sih Bang lu marah-marah mulu! Nanggung ini udah episode 21,"

"Ya Allah adek gue, jadi pengangguran malah gini!" Egar menatapku kesal.

"Kemarin-kemarin lu minta gue resign. Ini gue udah dipecat, biarin gue nikmatin hidup gue napa sih!" Aku kesal sekali melihat Egar ngomel pagi-pagi.

"Iya, tapi lu juga harus ngatur waktu. Mata lu udah kayak zombie gitu!"

"Eh, apaan sih kalian pagi-pagi ribut. Biarkan saja Sayang, biarkan Tisha berdamai dulu dengan dirinya. Kamu jangan terus menekan dia. mending sekarang kita sarapan dan ke kantor. Tisha ayo sarapan dulu,"

"Tuh Bang, lu dengar kata kakak gue yang terbaik. Kakak makan duluan, aku ntar aja."

"Galen sabar banget ya hadapin lu." Egar masih mengomel tapi ngekor aja dibelakang istrinya.

"Berisik lu Bang!" Teriakku kemudian fokus kembali dengan drama koreaku.

Jarum jam menunjukkan pukul 08.00 WIB, rumah sudah sepi dari suara Egar dan Gea. Hanya ada pekerja rumah.
Aku menyantap sarapanku dan kemudian menuju ke kamar untuk tidur. Tidak lupa sebelumnya aku buka galeri hp ku dan melihat foto Galen bersama boneka-bonekaku di kamarnya. Dia ku paksa kirim foto semalam dan dia tampak kesal.
Galen dipikir-pikir macam Egar ya. Nurut aja kata pasangannya. Hehehe!
Aku menutup mataku yang memang dari semalam tidak tidur.

***

Aku sekarang berada di apartemen Galen. Setelah tidur panjang tadi pagi, aku kebangun dan kesal di rumah sendirian. Sehingga aku menghubungi Galen dan dia masih sibuk dengan urusan rapatnya, hingga aku akhirnya meminta password apartemennya dan disilah aku sekarang. Berselonjoran kaki, menikmati popcorn dan menyaksikan opa-opa korea. Ya Tuhan, nikmat banget rasanya hari ini setelah beberapa hari yang lalu aku selalu menangisi pemecatanku yang tragis itu.

"Ya Tuhan ganteng! Romantis banget lagi!" Jeritku.

Tiba-tiba Galen datang dan langsung mematikan televisinya.

"Yaaaaa, kenapa pulang-pulang matiin tvnya?!"

"Dari tadi aku mencet bel dan kamu tidak mengeluarkan suara sedikitpun?" Galen memasukkan tangannya ke saku celananya dan menatapku.

"Iya maaf. Aku terlalu fokus,"

"Lihat itu mata udah kayak zombie, udah tidur dari semalam?!"

Galen kenapa jadi seperti Egar gini sih!

"Kamu lama-lama udah kayak Egar!" Aku cemberut dan menatap layar ponselku.

Galen segera merebut ponselku.

"Dibilang itu coba didengerin,"

"Iya Galen iya aku dengar!" Kesalku.

"Udah makan?"

"Ini, aku cemilin popcorn,"

"Udah makan berat?!" Galen kembali bertanya.

"Iya, aku bikin nasi goreng. Mau?"

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang