5. DISTRUST

1.1K 67 0
                                    

Tak pantas rasanya mulut terlalu banyak berkata,
Ketika sentuhan lembut memberi kehangatan.
Namun salahkah mulut yang berprasangka?
~TishaNatala~

***

"Galen, ini hp kamu!" Aku membuka pintu kamarnya dan berdiri menatap ia yang tengah tersenyum hangat menatapku.

"Ayo makan!" ujarnya kemudian memimpin jalan di depanku.

Aku memperhatikan ke sekitar. Apartemen ini bukanlah sejenis apartemen yang kelas atas. Hanya apartemen mewah namun aku tau barang-barang yang disinilah yang membuat apartemen ini menghadirkan kenyamanan dan berasa di sebuah apartemen kelas atas. Di depan kamar ini kita disuguhkan dengan sebuah ruang tv yang dihiasi dua buah sofa berwarna putih, lalu karpet berwarna abu-abu dan ada sebuah pajangan foto keluarga mungkin saja ini potretan keluarga Galen. Lalu di sampingnya ada sebuah meja dan kursi kerja, ya sepertinya Galen juga menjadikan ruangan ini sebagai ruang kerjanya. Ada lagi sebuah kamar yang berada di dekat meja kerjanya itu.
Aku mengikuti Galen kemudian memasuki area dapur. Di sana ada sebuah mini bar dan dapur mini. Di samping mini bar ada toilet, lalu di samping toilet sepertinya bisa menuju ke balkon belakang. Dan di,

"Itu balkon kecil. Buat yang nyuci sendiri bisa memanfaatkan area itu buat jemur pakaian. Kalau aku lebih suka bersantai di situ. Lampu malam lebih bagus kelihatan dari balkon dapur di bandingkan balkon di kamar.

"Aku mau lihat,"

"Makan dulu, oke?"

Aku menatap ke sebuah meja makan yang hanya ada tiga kursi. Benar-benar minimalis.

"Kamu makan bubur ini ya,"

Aku memperhatikan makanan di depanku, ada semangkok bubur ayam.

"Kamu curang! Itu kamu makan ayam bakar, kenapa aku harus makan bubur ayam?!" Protesku.

"Tadi badan kamu panas,"

"Gak Galen. Tu lihat ini Cuma hangat bukan panas!" Cemberutku.

"Besok aku pesan ayam bakar buat kamu, sekarang tolong makan dulu apa yang sudah aku bikin,"

"Hmmm bentar, jadi maksud kamu kalau bubur ini kamu yang bikin. Tapi ayam bakar itu kamu pesan?"

"Iya."

"Kenapa buburnya gak kamu pesan juga? Kenapa kamu harus repot-repot memasak?"

"Tala... kalau makanan yang dipesan kita gak tau bumbunya apa dan kamu lagi demam,"

"Terus kalau kamu kenapa-napa gimana?"

"Tala hei, aku udah langganan ayam di sana. Pasti ada bumbu penyedap, kamu gak usah mikirin aku gak kenapa-napa. Sekarang kamu makan bubur ayamnya,"

"Gak mau. Kamu duluan yang makan!"

"Aku gak suka bubur ayam Tala,"

"Tuhkan kamu mencurigakan!"

"Maksudnya apa?"

"Kalau kamu gak incip satu sendok saja, aku gak bakal makan!"

Galen menatapku frustasi.

"Lihat ya aku makan," Galen kemudian menyendokkan sesendok bubur ayam ke mulutnya.

Aku memperhatikannya. Aku mencoba mengikuti instruksi kak Gea. Amankah? Tapi,

WUEEEKKKK!

Ya, itu Galen yang sedang mengeluarkan isi perutnya di wastafel. Jujur saja, bukannya tidak mau mengusap punggungnya. Aku adalah tipikal orang yang jijikan. Aku berusaha menutup telingaku.

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang