30. WEEKEND

649 38 2
                                    

Jangan selalu bertanya
tentang kasih sayang,
Jika kau saja tak mampu jujur pada dirimu sendiri.
.Galen.

***

Sabtu pagi dengan kedatangan dua orang yang aku rindukan,

"Gea! Egar!"

"Adekku!"

Kami bertiga sesaat berpelukan hangat, kemudian aku menyilakan mereka masuk ke dalam apartemenku.

"Wah, jadi Galen kemarin beli sofa ini buat lu?" Egar menatapku kagum.

"Galen keren banget! Bayiku yang di dalam perut, nanti kalau kamu laki-laki harus kayak om Galen gantengnya. Tapi jangan terlalu baik sama mantan pacar kamu. Masa sofa mahal gini buat mantan, mending beliin Mami nanti berlian," Gea mengusap-usap perutnya.

"Galen apaan sih. Anak aku harus keren kayak papinya. Masa kamu minta bayi kita ganteng seperti Galen. akukan papinya," protes Egar.

"Iya sayang, aku hanya becanda. Papi nya tetap kamu yang terkeren sejagad raya,"

"Benar?"

"Iya," Gea mengalungkan tangannya di leher Egar dan Egar memberikan kecupan singkat di bibir Gea.

"Woi! Astaga! Baru datang dan sudah bercumbu di apartemen gue!" Jeritku frustasi.

"Dih ngambek, Galen mana? Panggil dong ke sini,"

"Gak tau. Dia kemarin ke Bandung sama sekretaris pertamanya!"

"Wih cemburu ceritanya,"

"Gak lah. Itu apaan banyak banget kantong belanjaan," tuturku.

"Ini, stok makanan buat kamu Dek, terus ini ada beberapa bunga nanti kakak hias. Biar apartemen kamu ini gak hampa! Sehampa hati kamu itu,"

"Terserah aja," Aku menatap mereka kesal.

"Hahaha, ayo kita makan dulu. Lapar!"

Aku melahap habis makanan yang di bawa Gea. Gea memang selalu juara soal makanan berat. Selesai makan aku membersihkan dapur. Sementara Gea dan Egar tengah merapikan apartemenku.

"Itu di sana aja Kak, di pojokan dekat tv itu bunganya," tunjukku.

"Pinter banget lu ya nyonya. Lu gak lihat istri gue lagi hamil, lu yang turun tangan bantuin!" Egar yang baru saja selesai menggantung foto kami bertiga di dekat tv menatapku.

"Gak apa-apa sayang. Kamu paling tau, aku paling suka hal beginian."

"Iya, makanya aku makin cinta,"

Aku melihat Egar semakin mendekati Gea,

"Stop! Kalian pasti mau pamer kemesraan lagi. No, No, No!"

"Iri bos?"

"Iya!" Aku memisahkan mereka berdua.

"Hahaha, eh dek lu butuh apalagi? Mau sofa lagi?"

"Gak usah Bang. Kepenuhan! Gue mau Tv lagi dong buat di kamar gue," rengekku.

"Dih tinggal sendiri, mau tv dua. Pemborosan banget lu,"

"Ck! Tadi nanya, sekarang di jawab malah gitu,"

"Selain Tv deh,"

"Ayunan santai gitu Bang, yang warna putih buat di balkon, ya,"

"Yaudah nanti gue telfon orang kantor buat ngaterin ke sini,"

"Yaampun baik banget Abang gue,"

"Makanya kerja di gue, enakkan? Lu butuh property dan perabot rumah tangga atau apapun itu tinggal ambil di toko,"

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang