11. SUITS AND HUGS

736 53 0
                                    

Banyak drama korea
yang ku saksikan,
saat di musim dingin sang pria
selalu membuka jasnya kemudian memberikan rangkulan hangat pada sang wanita.
Tapi kamu?
Kamu beda! Dan aku?
~TishaNatala~

"Kalau aku pinjemin jas ke kamu, kamu gak ada alasan lagi bilang dingin dan yang pastinya gak ada alasan lagi buat kamu dapat pelukan aku."
~Galen~
***

"Iya Nak. Itu teman kamu?"

"Iya, ini barusan jadi teman aku. tapi ke sini bareng si Galon tu!" tutur Gesa cuek.

"Hahaha," tawa mereka semua pecah.

"Udah ihg, kasihan. Sini Nak, namanya siapa?" ujar papa Galen.

"Tisha,"jawabku singkat.

"Kami, kami hanya teman dalam hubungan kerja. Kebetulan tadi ada sedikit kerjaan dan aku kaget tau kabar mama. Yaudah Tala akhirnya ikut ke sini," Galen menggigit bibir tipisnya sembari menggaruk tengkuknya.

"Tala?!" tanya papanya.

"O, itu namanya Tisha Natala. Cuma aku lebih gampang mengingatnya Tala. O, enggak nama di kantor Tala," ujar Galen makin gak karuan.

"Galon lu emang! Alibi aja hiduplu!"

"Gue Galen, berhenti lu jeleki-jelekin nama gue!" Dengus Galen kesal menatap Gesa.

"Sensitif banget!" Celetuk Gesa.

"Kamu juga jangan ikutan senyum," Galen menatapku.

"Dih main ancam. Bohong tu Pa, pasti Tala tu nama spesial bagi Galen,"

"HAHAHA!" Semuanya Tertawa.

Aku menatap Galen dan begitupun sebaliknya.

"Sudah, sini Tala...." Mama Galen memanggilku lirih.

Aku menghampirinya dan bersalaman.

"Sudah kenal lama sama Galen?"

"Hmmm belum terlalu lama Tante," akuku.

"Kenal dimana Kak?" tanya Gania.

"Hmmm kenal di kantor," jawabku.

"Kamu karyawan Galen?" Papa Galen menatapku.

"Gak Om. Aku gak diterima di kantornya waktu interview kemarin," jawabku.

"Kamu ngelamar dan ditolak. Terus sekarang diajak jalan?! Wah apa-apaan ini Galen?! Kamu gak professional. Nolak Tisha hanya karena ingin ngajak jalan?" Goda papa Galen.

"Ya Tuhan Pa, bukan seperti itu. Jadi gini," Belum sempat Galen menjelaskan suster datang.

Suasana kembali tegang. Terutama Galen, tidak hentinya menggenggam jemari mamanya hingga beliau masuk ke ruang operasi.
***

"Sana Kak samperin. Kak Galen bakalan mondar mandir gitu terus," ujar Gania yang sedari tadi duduk di sampingku.

"Iya, sana samperin aja. Dia orang yang gak paling bisa menyembunyikan kegugupannya kalau udah seperti ini," ujar Gesa.

Akhirnya aku berdiri dan menyusul Galen yang mondar mandir di depan pintu ruang operasi.

"Bisakah kita duduk?" Aku menatapnya.

"Kamu duduklah Tala," elak Galen.

Aku bingung dan langsung saja menggenggam jemari Galen. Galen menatapku.

"Kita duduk sambil terus berdoa. Bisa? Itu lebih baik saat kamu tenang,"

"Baiklah."

Aku dan Galen duduk di samping Gania. Galen tidak henti menggenggam jemariku. Keringat dingin juga mulai bercucuran dari tangannya.

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang