23. BREAK

611 48 0
                                    

Lucu? Sangat lucu!
Sikapnya seperti kulit yang tak tau memaknai panas maupun dingin
Tapi paham sakit sebuah cubitan dan pada akhirnya
bukankah berbekas?!
~TishaNatala~

"Di kantor saya gak ada yang namanya masa lalu. Kantor saya menatap ke depan, jelas?"
~Galen~

***

Pagi ini aku sudah berada di kantor Galen, aku benar-benar ingin menyelesaikan kekeliruan ini. Aku meminta bantuan sekretarisnya, sehingga aku sudah berada di dalam ruangan Galen saat ini.
Galen kaget menatapku dan kemudian kembali sibuk menatap laptopnya. Aku duduk di kursi yang dulu pernah ku duduki saat interview.

"Aku bawa sarapan," ujarku mengeluarkan kotak nasi dan menaruhnya di meja.

Dia kemudian menelfon sekretarisnya.
Kemudian sekretarisnya masuk,

"Ini Tisha Natala bawakan sarapan untuk kamu. Silakan dimakan," Galen menyerahkan kotak nasi itu begitu saja pada sekretarisnya.

"O, saya udah sarapan Pak,"

"Yaudah kasih aja ke yang lain. Saya juga udah sarapan,"

"Baik Pak." Sekretaris Galen menatapku takut dan ku hanya bisa menganggukkan kepalaku dan membiarkan sarapan yang ku masak tadi di bawa keluar.

"Tadi sarapan apa?" tanyaku mencoba sabar.

"To the point aja anda mau bilang apa. Saya sibuk dan ini kantor. Saya tidak ingin membahas hal yang di luar pekerjaan,"

"Aku mau bahas yang semalam,"

"Katakan saja, apa hal yang cowok brengsek itu lebih ketahui daripada saya?!" Galen menatapku.

"Ardi gak sebrengsek itu Galen. Kamu salah paham,"

"Oke, maafkan saya berkata kasar tentang mantan terindah kamu itu. O, apa semalam sudah balikan?" Galen menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu salah paham Galen. Ardi semalam datang tiba-tiba saat aku dan Gea sedang makan,"

Aku menarik nafasku dan menatap Galen yang masih menyimak ku.

"Ardi datang untuk menawarkan ku kerjaan di kantornya, tapi aku menolaknya karena aku gak ingin ada hubungan lagi dengan dia dan aku gak ingin ada kesalahpahaman lagi,"

"Hebat, dia bahkan sampai tau kalau mantannya kehilangan pekerjaan, apa kalian pernah ada kata putus?"

"Galen, Ardi bertunangan dengan orang lain itu sudah menjelaskan akhir hubungan kami,"

"Apa aku boleh tau siapa yang mengakhiri hubungan kalian dan kenapa?"

"...." Aku hanya mampu menatap Galen.

"Aku gak memaksa kamu. Itu hak kamu,"

"...." Aku menatap Galen.

"Apa kamu lebih percaya dia daripada aku?"

"Maksud kamu?"

"Ya, hal apa yang dia lebih tau dan kamu tidak yakin menyampaikannya padaku?"

"Maaf Galen,"

"Aku gak butuh maaf kamu. Aku hanya butuh kejujuran. Berulangkali aku melarang kamu bertemu dia. Kamu bahkan tidak mengusir dia saat dia ke rumah? Dan bahkan saat aku semalam marah dan pergi kamu bahkan tidak menghentikanku dan maaf aku melihat dia memeluk kamu setelah itu. Masih sayang?!"

"Galen bukan seperti itu, Ardi datang baik-baik hanya sebatas bertanya kabar,"

"Egois! Coba aku yang diposisi kamu. Apa itu adil?!"

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang