12. ANNOYING

690 47 0
                                    

Rasa itu tak hanya hadir di hati,
Kerap kali cara mengungkapkannya hanya sederhana
Meski melalui sepiring hidangan,
Namun bukankah istimewa?
~TishaNatala~

"Hmmm, kalau kamu yang jadi istriku. Kamu mau bilang apa?"
~Galen~

***

Aku meminum teh hangat yang kini disajikan Galen padaku. tidak lupa dia membawa seorang dokter.

"Tolong periksa Tala Dok,"

Aku menatap Galen dan dokter jaga itu bingung.

"Saya Dokter Helen. Saya periksa sebentarya,"

Aku hanya bisa mengangguk pasrah.

"Ini muntah yang kedua kalinya berarti?" ujar dokter itu memeriksaku.

"Iya Dok." Ujarku.

"Gak apa-apa. Kamu istirahat yang cukup, makanannya juga dijaga yang teratur ya makannya. Ini karena kecapean." Ujar dokter tersebut kemudian berlalu keluar.

"Tuh kan gak apa-apa?!" Kesalku menatap Galen.

Galen hanya melipat kedua tangannya di depan perutnya kemudian menatapku tanpa ekspresi.

"Itu dokter loh yang bicara, kamu masih gak percaya?"

"Kamu yang gak bisa dipercaya. Lihat sampe tumbang begini keadaan kamu. Istirahatlah, besok gak usah ikut survey,"

"Loh, kamu tau?" Aku menatap Galen.

"Tentu saja,"

"Tapi aku gak mungkin menolak bu Linda,"

"Terserah kamu saja."

Galen kemudian duduk di samping tempat tidurku. Mengusap kepalaku dan memintaku tidur.

"Apa kamu gak butuh jas ini?" tunjukku pada jasnya yang masih betah di tubuhku.

"Butuh banget," ujarnya menatapku.

Aku bangkit, kemudian hendak melepaskan jasnya,

"Aku lebih hangat seperti ini." ujarnya kemudian naik ke tempat tidur yang sama denganku dan duduk di sampingku.

"Kamu mau ngapain?" Aku menatatpnya yang kemudian menarik selimut, menutupi kaki kami. kemudian dia memelukku dari samping masih dalam posisi duduk.

"Tidurlah," ujarnya kemudian memintaku bersandar di bahunya dan satu tangannya memeluk pinggangku erat.

"Hangat." Ujarku kemudian mencoba terlelap.

Aku terbangun saat alarmku berbunyi pukul 04.00 pagi dan itu artinya aku baru tertidur sekitar dua jam. Rasanya sangat ngantuk sekali. Aku terbangun dan melihat Galen masih duduk seperti dua jam yang lalu, sementara aku sudah berbaring di kasur. Aku duduk dan menatapnya lekat yang masih tertidur.

"Galen," aku mengusap pipinya yang putih itu.

"...."

"Galen," ulangku.

"Hmmm, kenapa Tala?" Ujarnya dengan mata yang masih tertutup.

"Aku harus pulang,"

"Gak usah ikut,"

"Galen gak bisa gitu. Kamu sendiri yang bilang aku gak boleh ngecewain bu Linda," kesalku melihat ia masih tertidur.

"Ini bukan ngecewain. Tapi kamu juga butuh istirahat,"

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang