20. FIRED

523 35 1
                                    

Aku tidak tau bagaimana mungkin kiri mengingkari kanan
Mereka saling melengkapi, namun apakah tidak menghargai?
Kiri iri pada kanan,
Namun justru saat kanan merelakan, kiri menangis menyesali.
~TishaNatala~

"Bukankah suatu saat nanti kamu akan menceritakan semuanya padaku?"
~Galen~
***

Aku tengah menatap Galen yang kini sedang sibuk berbenah. Dia sedang memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper. Ya kami saat ini sudah sampai kembali di apartemen Galen. Setelah pertemuan dengan Safa dan Rio tadi, Galen menjadi sangat irit bicara sampai sekarang. Saat ini ia sibuk packing karena besok harus ke Kalimantan bersama papa. Katanya ya terkait peresmian dia untuk jadi Direktur Utama Ranaysa Grup.

"Kamu kenapa diam banget?"

Galen menatapku sesaat kemudian sibuk kembali.

"Gak apa-apa Tala, aku lagi sibuk aja,"

"Memangnya berapa hari sih?"

"Tergantung. Kalau semua urusan cepat, ya palingan besok udah di Jakarta lagi. Kalau belum kelar ya mungkin dua atau tiga hari," Galen menutup kopernya dan menaruh di pojok.

"Aku antar besok ya ke bandara,"

"Gak Tala. Biar sopir yang antar, oke?" Galen kemudian duduk di sampingku.

"Jaga diri baik-baik selama aku gak dekat kamu. Tala, jangan pernah kamu bertemu dengan mantan kamu itu,"

"Iya Galen, aku juga sudah tidak ingin bertemu dia lagi dan kamu tenang saja dia bukanlah mantan yang seperti jailangkung,"

"Baiklah. Aku pegang omongan kamu dan kamu pasti tau aku tidak suka ada kebohongan. Oke?"

"Iya,"

"Apa yang diceritakan Safa tadi seratus persen seperti itu?"

"Maksud kamu?"

"Ya, apa memang dia menghilang tiba-tiba setelah dapat jabatan baru,"

"Tidak Galen. ada bagian cerita yang aku tidak beritahu pada siapapun. Ini bukan sepenuhnya salah dia,"

"Jadi?"

"Aku belum bisa cerita saat ini,"

"Baiklah. Semoga secepatnya kamu percaya padaku," Galen beranjak meninggalkanku.

"Bukan seperti itu Galen," Aku menahan tangannya.

"Its oke sayang. Aku hanya mau minum ke dapur,"

"Oh, baiklah. Terimakasih."

Aku membiarkan Galen berlalu dari hadapanku. Aku tau dia kecewa, namun dia menutupinya.

Ini terlalu cepat Galen, terlalu cepat untuk aku berkata jujur. Aku takut kamu seperti Ardi yang jika tau akan pergi.

***

"Bukankah suatu saat nanti kamu akan menceritakan semuanya padaku?"

Aku menyeka air mataku dan menatap Galen yang kemudian memelukku dari belakang.

"Iya sayang. Aku pasti akan menceritakan semuanya,"

"Bagus. Jadi gak usah sedih,"

"Iya, terimakasih untuk kepercayaan kamu." Aku memutar badanku dan memeluk Galen.

"Yaudah gak usah dipikirkan lagi, ayo udah malam. Aku antar pulang."

"Iya."

***

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang