13. LOVE AND DRAMA

695 45 2
                                    

Aneh ya?
Apa cinta memang seajaib
itu efeknya?
Seperti aliran darah dan oksigen
yang mampu mengalir ke tubuh dan memberikan sebuah kehidupan?
~TishaNatala~

Salam sayang
~Galen~

***

Satu jam lebih aku berdiam diri di kamar. Aku sangat malu untuk tragedi kebalik dari kursi tadi. Aku atraksi macam apa sih tadi? Apa aku segitu senangnya? Atau aduh kenapa itu kursi Egar jelek banget! Rasanya enggan sekali aku keluar dari kamar kalau saja Gea tidak heboh daritadi mengetok pintu kamarku.

Aku keluar dari kamar dan terus menunduk hingga sampai di meja makan. Namun hanya keheningan yang tercipta dan saat mengangkat kepala, aku melihat tiga orang di depanku tengah menahan senyum,

"Kamu bilang yang tadi?!" Ketusku pada Galen.

"Enggak, tadi kan ada Egar sama kak Gea," ujar Galen mengulum senyumnya.

"Iya, ada gue kali!" Celetuk Egar.

"Kursi lu jelek Bang! Lu kerja dibagian properti. Tapi kursi dapur lu udah jelek gitu, gak rata bikin orang jatuh!" Kesal Ku menutupi malu.

"Mana, kenapa sekarang gak ada yang jatuh? Lu kali yang pecicilan dari tadi duduk di sana!" Cibir Egar.

"Iya, Kakak juga lihat kamu grogi banget natap Galen masak!" Bela Gea.

"Dih apaan. Galen yang masak kenapa gue yang grogi. Udah ahg aku masih sakit, harus minum obat. Mau makan!" tuturku kemudian menyendok nasi ke piringku sendiri.

"Bagi kali sop-nya," pinta Egar.

Aku memukul tangan Egar yang hendak menarik mangkok sopku.

"Au! Pelit banget lu!" tutur Egar.

"Tau ahg, ini khusus buat orang sakit!" celetukku.

"Gak apa-apa kok Tala. Aku bikinnya banyak, kamu yakin bisa ngehabisin itu semua?" tutur Galen.

"Dih kamu belain aku napa! Yaudah ni ambil Egar, makan yang banyak." Aku makan dengan lahap.

***

Aku membawa satu piring kue bolu dan menyajikannya di depan Egar, Gea dan Galen. Aku melihat Galen tengah sibuk bicara dengan ponselnya. Aku memberi isyarat pada Gea dan Egar bertanya namun mereka hanya mengangkat bahu. Memang payah itu dua orang.

"Ini," ujarnya kemudian memberikan ponselnya padaku.

"Siapa?" aku menatap Galen dan ponsel bergantian.

"Mama."

Aku menatap mereka bertiga, sebelum akhirnya aku bicara.

"Hallo, Assalammualaikum Tala...."

"Waalaikumsalam Tante," ujarku gugup kemudian menatap Galen yang tampak tenang dan sibuk mengobrol dengan Egar membahas properti.

"Gimana kabar kamu Nak? Kata Galen kamu sakit?"

"Udah enakan sekarang Tante," jawabku.

"Syukurlah. Galen baikkan?"

Aku kembali menatap Galen, yang ditatap justru telah menghilang berjalan bersama Egar.

"I, iya Tante,"

"Kenapa gugup gitu Nak?"

"Hehehe," ujarku bingung harus bicara apa.

MY NEXT PAK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang