Extra Part 2

3.7K 129 11
                                        

Garis membanting pintu kamarnya cukup keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Garis membanting pintu kamarnya cukup keras. Ia meringkuk di pojok kamar, menelungkupkan kepala di lipatan tangannya. Garis menangis dalam diam, wajah bundanya menahan sakit terngiang di kepalanya.

Ia tidak mau melihat wajah bundanya yang menahan sakit. Garis sangat menyayangi bundanya. Biarkan terakhir kalinya menangis menahan sakit karena melahirkannya.

Garis bangun dan mengambil sebuah foto di atas meja belajarnya. Di sana terdapat Garis waktu baby, ayah, bunda, Oni, Opa dan kedua saudaranya. Dan terlihat wajah bundanya menahan sakit.

Ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Garis beranjak bangun dan membuka pintu dan terlihatlah bundanya di sana berdiri dengan air mata yang berlinang.

"Bunda," ujar Garis lalu memeluk bundanya erat.

Sungguh Garis merasa bersalah atas sikapnya tadi, di mana ia melempar kue ulang tahunnya ke lantai.

"Bunda boleh masuk?" tanya Dara.

Garis mengangguk, lalu membawa bundanya masuk dan mereka duduk di tepi ranjang.

"Anak bunda kenapa? Dan tidak mau punya adik?" tanya Dara hati-hati.

Dan menatap bundanya sendu, tangannya mengusap lembut pipi Dara yang basah karena air mata.

Dara memegang tangan Garis lembut dan membawanya ke dada kanannya. Dan Garis merasakan detak jantung bundanya yang berdetak cepat.

"Bilang sama bunda, apa bunda pernah melakukan kesalahan? Di sini sakit sayang, bunda tidak mau ada kerenggangan antara anak dan ibunya."

Dara menunjuk dada kanannya, tangan Garis masih merasakan detak jantung Dara yang begitu cepat. Tak terasa air mata Garis kembali jatuh.

"Bunda, maafin Dan. Dan tidak mau bunda menahan rasa sakit itu lagi," ujar Garis.

Dara tersenyum dan tangannya terangkat mengelus surai milik putranya.

"Itu alasan Dan tidak mau punya adik?" tanya Dara.

Garis mengangguk.

"Dan, bunda kasih tau. Itu sudah biasa terjadi pada ibu yang melahirkan sayang, kamu jangan khawatir bundamu ini kuat."

Garis memeluk Dara dan tangisnya pecah di pelukan Dara. Baru kali ini Dara melihat putra ke tiganya menangis.

"Tapi, Dan tidak mau melihat bunda menahan sakit lagi," ujar Garis.

Dara melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Garis.

"Hei, percaya sama bunda. Bunda kuat sayang, bunda sudah lama menanti kehadiran adikmu."

"Bunda merasa kesepian sayang, bunda ingin anak perempuan tapi tuhan berkehendak lain. Semoga kali ini doa bunda di kabulkan," ujar Dara lirih.

Garis semakin bersalah, ia sudah egois dan membuat bundanya menangis.

DARA'S [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang