Gorengan Ambyaarr...

44 9 4
                                    

Cerita Somad dan Keluarganya semakin berliku, cobaan demi cobaan datang menghantam. Kira-kira mereka bisa nggak ya melewati itu semua? silakan di simak part 4, hari ini sudah tayang yaakk.

Sambil menunggu colekan cantik dari partener Mba titiek_septiningsih

Somad berjalan gontai menuju tempat parkir, walau masih ada rencana kedua tapi bayang-bayang keluarganya membuat semangat Somad kembang-kempis macam putri malu. Ya, dia merasa sebagai kepala keluarga yang gagal.

“Wooi, ini jalan umum lo pikir lapangan sepakbola apa, bisa jalan seenak perut lo. Untung mata gue masih awas,” omel seorang pengendara motor yang melaju cepat di sisi Somad.

“Asem, bawa-bawa perut, nih biar gini-gini juga perut gue six-pack,” teriak Somad yang tentu saja suaranya akan hilang terbawa angin. Sedetik kemudian laki-laki yang terkenal humoris dan tidak sombong itu senyum-senyum sendiri mengingat pujian 'ganteng' yang disematkan kepala HRD tadi, padanya.

Walau dongkol, gara-gara pengendara tadi sempat membuat jantungnya konser tapi Somad diam-diam menyisipkan rasa terima kasih, karena kejadian barusan memberinya inspirasi baru. “Saodah harus tahu rencanku, baiklah tunggu aku Beib,” batin Somad sambil melajukan sepeda motornya lebih kencang.

“Gimana Pak?”
Somad, masih diam kemudian mengambil gelas air putih yang telah di siapkan Saodah. Rumah siang itu sepi, Satrio dan Bagas masih di sekolah sementara Arum tengah sibuk di dapur mengoreng lauk untuk makan siang.
“Ayo, Mak kita ngobrol-ngobrol sambil makan. Bapak lapar nih,” ucap Somad sambil menunjuk perutnya. Sepiring nasi dengan sayur asem, lauk ikan asin plus sambal benar-benar memperbaiki mood Somad. Dengan semangat ia menceritakan kejadian hari ini, juga rencana yang akan ia jalankan.

“Kenapa nggak Bapak tonjok aja itu muka si pengendara, coba kalau tadi Emak ada di sana udah ku plintir kakinya biar nggak bisa jalan.”
Somad yang sudah hafal karakter istrinya hanya bisa geleng-geleng, sembari nyomot lagi ikan asin seekor. Sementara Arum hanya berkomentar singkat “Emak lebay.”

Merasa di cuekin Saodah melampiaskannya dengan menambahkan lagi nasi ke dalam piringnya yang telah tandas tak bersisa.
“Ingat diet Mak! seru Arum histeris saat melihat kehilafan Saodah yang membabi-buta. Saodah tak peduli, ia lahap menghabiskan lauk yang tersisa.
“Lah, terus buat Bagas sama Satrio mana Mak?” protes Arum. Dengan santainya Saodah menjawab “Noh, goreng telur, banyak di kulkas.”

Somad cuma bisa ngakak melihat keganasan istrinya. “Bahaya nih kalau Emak lo ngambek tiap hari, bisa mati kelaparan kita semua,” seru Somad sambil mengedipkan sebelah matanya pada Arum. Bapak dan anak itu lantas tertawa bersama.

Suara salam yang terdengar dari luar, menghentikan tawa Somad dan Arum. Tak lama di susul suara langkah kaki berjalan mendekat. Dua sosok remaja yang beranjak dewasa itu lantas mencium punggung tangan Somad dan Saodah bergantian lalu, Somad meminta kedua putranya itu untuk segera bertukar pakaian dan makan karena setelah ini mau diadakan rapat keluarga.
***
“Karena usia yang tidak lagi muda, sementara dapur harus tetap ngebul jadi Bapak putuskan untuk keluarga kita buka usaha saja. Untuk jenis usahanya yang simpel dan banyak di minati orang, apa itu? Ya, Bapak akan jual gorengan, tentunya di bantu oleh chef handal kita Emak...”

Mendengar itu anak-anak protes, mereka merasa juga bisa membantu dengan cara mereka, Satrio dan Bagas menawarkan desain spanduk jualan yang menarik pembeli, sementara Arum akan menyulap gorengan jadul menjadi kekinian dengan harga ramah di kantong.

Keesokan harinya, hari Minggu, Satrio dan Bagas mengecat gerobak peninggalan Almarhumah nenek mereka, yang dulunya memang berjualan bubur ayam. Berdasar itulah Somad yakin rejeki berdagang juga akan mengalir kepada keluarganya. Keseruan masih terus berlanjut saat sesi pembuatan desain spanduk Somad ngotot untuk tampil.
“Sudah banyak orang mengakui kegantengan Bapak kalian ini lho, siapa tahu pembeli terpana melihat spanduk yang terpasang terus mereka pada beli, sambil komentar eh, lihat Tengku Firmansyah sekarang jualan gorengan.”

Keluarga GokilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang