Terungkap

23 2 0
                                        

“Woii….ngapain bengong aja, bukannya mandi pagi-pagi,” tegur Saodah saat melihat Bagas hanya duduk diam di meja makan sejak tadi.

“Ini juga mau mandi, Mak,” jawab Bagas.

“Terusss…..?”

“Ya…Bagas lagi ngumpulin niat, Mak. Kan segala amalan itu tergantung niatnya, termasuk mandi akan dicatat sebagai ibadah kalau niatnya benar” jawab Bagas diplomatis. “Lagian nih, Mak. Niat kan harus diperbarui setiap hari supaya selalu fresh,” sambung Bagas lagi. Padahal sih, membayangkan dinginnya air pagi itu membuat Bagas enggan beranjak.

“Alasan aja. Cepat mandi mumpung belum ngantri. Bentar lagi kakak-kakakmu pasti juga mau mandi. Apalagi bapakmu pagi ini belum buang hajat,” perintah Saodah sambil mengulek bumbu untuk masakannya.
Dengan langkah gontai Bagas akhirnya masuk juga ke kamar mandi.
Tak lama, satu per satu anggota keluarga itu pun bangun. Rumah yang awalnya sepi jadi ramai oleh celoteh-celoteh penghuninya.

“Woi…siapa di dalam, ayo cepat. Perut Bapak mules ini….,” kata Somad sambil menggedor pintu kamar mandi.

“Eh..eh…bapak. Nggak boleh nyerobot antrian,” protes Satrio yang saat itu sedang menunggu giliran masuk kamar mandi.

“Maaf…Bapak sudah nggak tahan lagi,” kata Somad sambil meliuk-liukkan badannya menahan sesuatu yang mendesak ingin keluar.

Saat pintu kamar mandi terbuka, cepat Somad masuk tanpa menghiraukan protes dari anak-anaknya. Ada yang harus diamankan terlebih dahulu.

Begitulah aktivitas setiap pagi di rumah Saodah.
Setelah semua hidangan tersaji di meja makan, Saodah keluar untuk membuang sampah. Dan di depan pagarnya lagi-lagi sudah tergeletak sebuah amplop coklat. Saodah celingukan mencari jejak sang pengirim, tapi nihil.
Huhh…begini ini nih yang membuat mood hilang. Pasti isinya foto lagi. Iseng amat sih jadi orang. Amat saja ngga pernah ngurusin urusan orang, omel Saodah keki.

“Pluk.” Saodah melemparkan amplop coklat yang baru saja ditemukan di depan pagar ke meja makan, membuat semua anggota keluarg yang sudah berkumpul menghentikan aktifitasnya.

“Foto lagi, Mak?” tanya Satrio penasaran.

“Kayaknya sih. Malas Emak bukanya.” Bibir Saodah sudah maju beberapa senti. Pipinya yang sudah chubby jadi terlihat lebih chubby.

“Kalau gitu langsung di buang saja, Mak,” kata Somad.

“Bapak takut ketahuan
yaa……,” celetuk Satrio usil, membuat wajah Somad berubah warna. Bagas dan Arum tertawa terbahak. Saodah spontan menatap Somad tajam.

“Apa??” tanya Somad sewot merasa terintimidasi dengan tatapan Saodah. “Abang nggak pernah ngapa-ngapain kok. Abang ini selalu setia sama Ayang seorang,” Somad membela diri.

“Setia di sana, setia di sini ya, Pak?” tanya Arum usil yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bapak dan Ibunya. Arum tertawa geli. Lucu saja melihat Bapak dan Ibu kalau lagi ngambek-ngambekan seperti ini.
Arum berdehem pelan.

“Kalau penasaran kenapa ngga dibuka saja amplopnya, Mak,” saran Arum.
Melihat Saodah masih terlihat gengsi membuka amplop itu, Arum berinisiatif membukanya sendiri. “Arum buka ya....,” katanya sambil menyobek bagian atas amplop coklat itu. Setelah melihat isi di dalamnya Arum pura-pura menjerit agar semuanya penasaran.

“Ada apa sih, Mba?” Bagas yang duduk tepat di sebelah Arum melongokkan kepalanya mencoba mencari tahu ada apa di balik amplop coklat tersebut. Arum menghindar, supaya lebih dramatis.
Benar saja. Setelah itu, semuanya langsung mengerumuni Arum dan mencoba merampas amplop tersebut.Walau sudah berusaha menjauhkan amplop tersebut dari jangkauan yang lain, Arum terpaksa mengalah karena kalah jumlah. Selain itu, Bagas dari tadi menggelitikinya, membuat Arum tak henti-hentinya tertawa. Sekarang amplop tersebut ada di tangan Satrio. Cepat Satrio melihat isinya. Tak lama Satrio tertawa terbahak. Airmatanya sampai keluar.
Bagas yang penasaran, langsung merebut amplopnya dari tangan Satrio. Sama seperti Satrio, Bagas pun tertawa terbahak, membuat Somad dan

Saodah yang penasaran langsung merampasnya dari Satrio. Hanya dalam hitungan detik Somad dan Saodah pun tertawa terbahak. Ternyata isi amplop tidak seperti yang dibayangkan. Awalnya Saodah menyangka isi amplop coklat itu adalah “foto-foto mesra”  Somad dengan para langganan seperti yang sudah-sudah. Walaupun kenyataannya tidak seperti yang terlihat di foto. Ternyata isinya adalah foto-foto Mpok Hindun tetangga mereka  yang terkenal dengan mulut nyinyirnya sedang berpose dengan berbagai gaya ajaibnya. Terang saja semua yang melihat foto itu jadi tertawa terbahak-bahak., tidak menyangka kalau Mpok Hindun bisa bergaya seperti itu saat difoto.

“Eh..eh..tapi tunggu dulu…”kata Arum sambil berusaha menghentikan tawanya. “Kenapa foto ini ada di halaman rumah kita ya? Jangan-jangan selama ini Mpok Hindun dalang di balik semua foto-foto yang sering bikin rusuh di rumahkita?”

Dugaan Arum sontak membuat semuanya berhenti tertawa.
“Iya juga ya…. Sayangnya hari ini senjatanya jadi makan tuan. Maksud hati pengen bikin Emak dan Bapak ribut, apa daya salah ngirim foto,” tebak Satrio.

“Trus…kita apain nih foto-fotonya?” tanya Somad meminta pendapat semua anggota keluarga.

“Kita jadikan senjata aja, Pak. Kalau Mpok Hinduk berani macam-macam, biar kita ancam fotonya akan kita sebarkan,” usul Bagas.

“Jadi kita semua pura-pura nggak tahu aja nih?” tanya Saodah memastikan yang diiyakan oleh semua anggota keluarga.

“Jadi ngga bisa ngebayangin muka Mpok Hindun kalau tahu salah ngirim foto,” kata Bagas sambil tergelak.

“Oh iya…mumpung Emak ingat nih…. Satrio dan Bagas kan sudah selesai trainingnya. Sesuai perjanjian, kalian mulai beroperasi sebagai Gokil pekan ini ya. Hari Sabtu dan Minggu kalian libur kan?” tanya Saodah memastikan.

“Libur sih, Mak. Tapi sebentar lagi Tim basket Satrio mulai bertanding. Jadi latihan sedang diintensifkan. Sabtu Minggu ini akan dipakai untuk latihan basket,” kata Satrio menjelaskan.

“Berapa lama latihannya?” tanya Saodah.
“Dari jam 8 sampai jam 10, Mak.”
“Habis itu ngga ada kegiatan lagi kan?” tanya Saodah memastikan.

“Iya, Mak.”

“Kalau gitu Satrio mulai habis Dhuhur aja. Deal?”
Satrio mengangguk setuju.

“Kalau Bagas?”

“Bagas Sabtu Minggu kosong, Mak,” jawab  Bagas sambil mengunyah kerupuk yang tersaji di meja makan.

“Ok. Kalau begitu kita sepakati ya. Emak dan Arum libur di hari Sabtu dan Minggu, digantikan sama Bagas dan Satrio. Kalau selama 6 bulan ke depan, kerjaan Satrio dan Bagas bagus, tanpa ada complain dari pelanggan, Emak akan menepati janji membelikan kalian motor.”

Mendengar akan dibelikan motor, semangat Bagas dan Satrio langsung melesat jauh. Mata mereka jadi berbinar-binar.
****
Sementara itu, beberapa rumah dari rumah Saodah, terdengar senandung ceria dari mulut Hindun.

Hatinya tampak begitu gembira setelah subuh tadi telah mengirimkan foto Somad yang terlihat bersama perempuan langganannya. Hasil fotonya terlihat sempurna.

Membayangkan Saodah yang mencak-mencak karena melihat hasil jepretannya itu membuat hati Hindun berbunga-bunga. “Rasain lo, Dah. Baru jadi tukang gosok aja belagu,” cibirnya.

Tiba-tiba Hindun teringat sesuatu.Oh iya…foto aye yang kemarin baru dicetak juga mana ya?, tanyanya dalam hati.  Hasilnya pasti bagus. Rasanya tadi ditaruh di atas nakas di kamar deh.
Hindun bergegas ke kamar. Lalu…

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,” jerit Hindun saat melihat isi amplop yang diyakini merupakan foto-foto pribadinya ternyata berisi foto-foto Somad.

Artinya….yang tadi dilemparkan ke rumah Saodah adalah foto-foto pribadinya. Aduhhh…bagaimana ini? tanyanya panik pada diri sendiri. Kalau foto-foto itu sampai terlihat oleh mereka, mau ditaruh di mana mukaku ini. Tapi nasi sudah jadi bubur. Hindun hanya bisa menyesali kecerobohannya.


Akhirnya part 17 tayang juga, setelah kemarin sempat ke pending tapi demi menuntaskan cita-cita Saodah punya usaha jasa yang sukses, kita bela-belain up  deh. Selamat membaca... :)



Keluarga GokilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang