Melebarkan Sayap

45 4 0
                                    

Halo... Halo... Part 7 yang di tulis oleh Mba titiek_septiningsih akhirnya tayang ya, yang nungguin cuss... Dibaca kisah keluarga Somad dan Saodah, ada apes2nya, ada konyol2nya pokoknya nano-nano deh...

Tidak terasa usaha gosok “Duo S” sudah berjalan selama tiga bulan. Penghasilannya lumayan. Apalagi tiap hari langganan mereka bertambah.

Bayangkan saja setiap hari mereka bisa menerima gosokan minimal 30 kg. Kalau weekend malah bisa sampai 100 kg, kadang-kadang malah lebih. Kalikan aja tuh dengan empat ribu trus dikali lagi tiga puluh hari. Penghasilan Somad jadi buruh pabrik mah lewat.

Enaknya lagi, nggak perlu menunggu satu bulan dapat uangnya. Begitu gosokan diantar, uang langsung datang. Waktu bersama keluarga juga tidak terganggu. Bahkan mereka semakin kompak. Tapi ya itu…. Kalau lagi banyak dapat orderan pinggang rasanya mau copot.  Maklum, saat ini yang meng-handle urusan gosok-menggosok hanya Saodah dan Arum. Kadang-kadang gosokan di rumah dibantu Somad juga sih kalau Saodah langsung menggosok di rumah pelanggan. Kan, setrikaan di rumah ada yang nganggur.

“Capek ya yank…,” kata Somad sambil memijit Saodah malam itu ditemani dengan bunyi berisik kipas angin. Dengan sabar dipijat-pijatnya punggung Saodah.
“Bang...”
“Ya sayang?”
“Niat nggak sih mijitnya. Ngga terasa,” kata Saodah.

Tubuh Saodah rasanya letih sekali. Menggosok baju seharian walaupun sudah ditiup kipas angin bututnya dan beberapa gelas es sirup tetap tidak bisa menghambat produksi asam laktat ditubuhnya. Memang apa hubungannya kipas angin, es sirup sama asam laktat ya? He..he..itu sih bisa-bisanya si Odah saja.

Somad hanya garuk-garuk kepala. Padahal dia sudah berusaha sekuat tenaga sampai jari-jarinya pegal. Tapi…tubuh istrinya itu memang tebal. Isinya daging semua. Walaupun sudah memijat sekuat tenaga tetap saja tidak bisa menembus simpul-simpul otot yang ada di tubuh Saodah.

“Bagaimana kalau Abang panggilin tukang urut?” tawar Somad
“Emang Abang mau manggil siapa?” Saodah tampak tertarik dengan tawaran Somad.
“Kalau Bu Jarot gimana?”
“Ogah ah…”

Bu Jarot memang terkenal sebagai tukang urut keliling. Saodah pernah sekali merasakan jasanya. Enak sih. Tapi…Saodah tidak tahan mendengar sendawanya.  Konon itu adalah caranya untuk mengeluarkan angin yang ada di tubuh pasien. Semakin banyak angin di tubuh pasien, semakin keras dan sering sendawanya. Saodah tidak habis pikir. Masa yang masuk angin pasiennya, yang sendawa malah tukang urutnya? Saodah geleng-geleng kepala.

“Kalau Mbak Jupe gimana?” tanya Somad lagi.
“Modus ya Abang. Alasan pengen mijitin Odah. Padahal Abang pengen dekat-dekat sama Mba Jupe kan? Hayo ngaku.” kata Saodah judes. Somad nyengir karena rencananya ketahuan.

Pijatan Mba Jupe memang enak. Mungkin karena Mba Jupe kerja di salon. Selain itu, Mba Jupe juga cantik dan ramah. Makanya jadi idola di kampung.
“Kalau Mbah Tusir? Bude Nunung? Mba Sofia?” Somad menyebut semua nama tukang pijit yang dikenalnya. Tapi selalu ditolak oleh Saodah.
Tiba-tiba Somad teringat satu nama tukang pijat yang lagi viral. “Luo Dong?”

Saodah mengangguk cepat. Gantian Somad yang keki. Melihat wajah Somad yang merengut ganti Saodah yang tertawa. “Iih..amit-amit deh, Bang kalau dipijitin sama cowok. Badan Odah cuma Abang seorang yang boleh nyentuh.”
“Ya udah deh…sini biar abang aja yang urutin. Biar pun tidak seenak urutannya tukang pijat, tapi pijatan abang penuh cinta. Jadi terasanya langsung sampai ke hati.”
Akhirnya…setelah beberapa menit dipijat Somad, dengkuran khas Saodah pun terdengar.  Somad tersenyum lalu ikut merebahkan tubuhnya disamping Saodah. Dengan pelan dipeluknya tubuh gempal Saodah sambil membayangkan sebuah guling. Lalu, suara dengkuran Somad dan Saodah terdengar bersahut-sahutan diiringi deru kipas angin butut mereka. Malam itu pun berlalu dengan tenang.
****
Saodah bangun dengan tubuh segar. Ternyata pijatan suami yang dilakukan dengan penuh cinta adalah obat paling mujarab dari segala bentuk rasa lelah. Dengan cepat ia menyelesaikan pekerjaan rutinnya. Untuk sarapan suami dan anak-anaknya ia membuat nasi goreng pete dengan pedas level 4. Untuk sarapan tidak perlu terlalu pedas, karena kasihan Satrio dan Bagas kalau lagi belajar di sekolah tiba-tiba perut mules.

Untuk makan siang, Saodah berencana membuat nasi pecel plus ayam goreng. Sayur sudah dipotong-potong, ayam juga sudah dibumbui. Bumbu pecel pun sudah siap. Jadi nanti tinggal eksekusi aja.
Beberapa pesan sudah masuk ponselnya. Untuk sementara ada 3 rumah yang memerlukan jasa gosoknya. Langganan lama. Bude Darmi, Bu Wilson, dan Mba Jupe. Kalau yang ngantar langsung sih belum tahu ada atau ngga hari ini. Yang jelas, semakin cepat dia mendatangi rumah pelanggan, semakin cepat selesai kerjaannya, dan tentu saja pundi-pundi rupiah akan semakin cepat didapatkan.

Saat sedang menata makanan di meja makan, tak sengaja matanya menangkap sosok Satrio sedang berdiri bengong di depan kamar mandi.

“Yo…sudah mandi?” tanya Saodah
Satrio menggeleng.
“Lagi ada yang di kamar mandi?” tanyanya lagi
“Nggak tahu, Mak.”
“Ya digedor dong biar tahu ada orangnya atau ngga!” omel Saodah
“Bentar, Mak. Satrio lagi mikir nanti di kamar mandi mau nyanyi lagu apa.”

Saodah menepuk jidatnya. “Satrioooo….Mandi sekarang atau Emak gebukin?” ancamnya dengan mata melotot yang spontan membuat Satrio ngacir ke kamar mandi. Begitu pintu ditutup Satrio langsung menyanyikan lagu Jamrud diiringi suara cebar-cebur.

Waktu 'ku mandi sambil nyanyi-nyanyi
Lagu nggak karuan malah kayaknya kampungan
Lagi asyik nyanyi ada yang memanggil
Aku lempeng aja malah suara makin tinggi
Pintu digedor
Kepalaku nongol
Astagfirullah
Pak RW datang bawa polisi
Aku diseret dari kamar mandi
Tanpa handuk, tanpa baju
Kata mereka nenek sebelah mati
Waktu ngedenger aku lagi nyanyi
Karena suaraku jantung si nenek kumat lagi
………
Saodah geleng-geleng kepala lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Somad dan Bagas sudah duduk manis di meja makan. Sementara Arum  masih membantunya menyiapkan minuman hangat. Tak lama, Satrio juga sudah bergabung di meja makan.

“Mak…mau melebarkan sayap ngga?” tanya Arum tiba-tiba sambil menyantap hidangan yang telah disiapkan Saodah.
Saodah langsung tersedak. Cepat diambilnya segelas air dan meneguknya. “Memangnya Emak burung bisa melebarkan sayap,” jawabnya sewot.

Arum mesem-mesem dapat semprotan dari Emaknya.
“Maksud Arum….Emak pengen ngga usaha gosoknya lebih berkembang lagi?”
Sontak semua mata memandang Arum.
“Caranya?” tanya Saodah penasaran.
Arum mengambil ponselnya lalu tampak mengetik sesuatu. “Kayak gini nih, Mak….,” jawabnya sambil menyodorkan ponselnya. Tampak sebuah video yang menayangkan seorang Ibu yang mengendarai sepeda motor dengan box di belakangnya. Ternyata ibu itu menawarkan jasa gosok juga. Bedanya, ibu itu berkeliling mengendarai motor jadi jangkauan usahanya lebih luas.

Sementara Saodah kelilingnya cuma di sekitar Gang Rawa Buaya. Masih mending Saodah, lha Somad kelilingnya cuma di dalam rumah.
“Menarik sih…tapi Emak takut keteteran. Serakah. Semua-semua diterima sampai numpuk kerjaannya.”
“Emak sih salah…,” sambung Satrio.
“Maksudnya?”
“Iya…ngapain ditumpuk kerjaannya.
Dijejer aja, Mak,” jawabnya yang langsung dapat timpukan kerupuk dari Arum dan jitakan dari Saodah.
“Lha…kalau keliling kayak gitu banyak banget bawaannya. Gosokan, alas gosok, timbangan, meja, pengharum, kompor, tabung gas. Lha…badan Emak yang mungil tapi subur ini apa sanggup?” tanyanya sangsi.
“Yee…Emak. Belum dicoba sudah nyerah. Tuh lihat berapa omzetnya, Mak? Kita bisa ganti-gantian, Mak. Biar ngga bosan, sekalian cuci mata.”
“Nggak gengsi kamu, Rum?”
“Aduh Emak….Kalau makan gengsi bisa bikin kenyang, sudah dari dulu gengsinya Arum makan. Lagian, daripada Arum besarin usaha orang mending besarin usaha sendiri kan.”
“Wih…cakep….Mantap Mba…” Satrio dan Bagas langsung mengacungkan dua jempol mereka.
“Dalam berusaha itu yang paling penting usahanya, Mak. Jangan pikirkan masalahnya.”
“Setuju. Kalau dapat masalah ingat aja sama bulu ketek,” sambung Satrio sambil megap-megap kepedasan karena tergigit lombok rawit yang sembunyi di nasi goreng.
“Kok bulu ketek sih?” protes Arum.
“Iya…bulu ketek itu biar selalu kejepit hidupnya tapi selalu tegar berdiri,” jawab Satrio cuek.
“Terserah deh. Gimana, Mak?” tanya Arum sambil menatap Saodah.

Berjuta harapan terpancar dari matanya yang bening, membuat Saodah tak tega untuk berkata tidak.
“Boleh deh…kita coba. Nanti biar bapak dibantu Satrio dan Bagas yang nyiapin perlengkapannya. Emak sih cukup nyiapin body and skill,” jawab Saodah sok nginggris.
“Yee…” Arum bersorak gembira.
Saodah menatap Somad yang ternyata juga sedang menatapnya. Anggukan dan senyum dari Somad seolah meyakinkannya bahwa keputusan ini sudah tepat. Secepatnya…usaha gosok mereka akan dikenal semakin banyak orang. Pasti.













Keluarga GokilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang