Jam sudah menunjukkan pukul 13.45 ketika cuaca cerah yang sejak pagi menyelimuti Ibu Kota dengan cepat berubah. Matahari yang bersinar terik, sedikit demi sedikit mulai kehilangan cahayanya akibat tertutup awan hitam.Saodah yang baru saja selesai menggosok di rumah Bu Asmoro, bergegas mengendarai motornya ke rumah pelanggan berikutnya. Semoga tidak hujan dulu harapnya dalam hati.
Iya...benar...hujan itu adalah berkah. Tapi, kehujanan saat sedang beroperasi sebagai gokil bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Saodah sudah pernah mengalaminya. Waktu itu, box perlengkapan gokilnya belum seperti sekarang yang meja gosoknya bisa dilipat.
Waktu masih awal beroperasi sebagai gokil meja yang dibawanya berupa papan yang tidak bisa dilipat. Bisa dibayangkan ketika hujan turun... Semuanya basah..sah..sah, termasuk kain yang biasa digunakannya sebagai alas setrika. Hal ini diperparah dengan jas hujan yang tidak bisa menutupi semua tubuh dan peralatan tempurnya.
Jadi percuma saja tiba di rumah pelanggan kalau kondisi kita kacau balau. Akhirnya, janji dengan beberapa pelanggan terpaksa di pending dulu.
Saodah mempercepat laju motornya saat titik-titik hujan mulai turun membasahi bumi. Tepat saat motornya menginjak garasi rumah Henny-teman masa kecilnya dulu, hujan turun dengan lebatnya. Suara guntur yang bersahut-sahutan. Untung sudah sampai, batinnya."Minum dulu, Dah," Henny membawakan secangkir teh hangat dan sepiring kue bolu.
"Alhamdulillah.... Makasih yaa...," katanya sambil menyeruput teh hangat.
"Nyantei aja gosoknya. Lagi hujan juga...kayaknya awet nih hujannya." Henny menatap langit yang terlihat semakin gelap.
"Ho...oh.."
"Ya udah..gue tinggal ke dalam dulu ya. Mau ngelonin si kecil. Lu berani aja kan sendirian?" tanya Henny.
"Mau juga, Hen.."
"Apa?"
"Dikelonin." Saodah nyengir.
"Sini..gue masukin ketek biar lu langsung tidur," jawab Henny sambil membuka keteknya lebar-lebar.
“Yee…yang ada gue langsung koit nyium ketek lo…”
Saodah dan Henny tertawa terbahak.
“Udah ah…ntar anak gue nangis….,” kata Henny sambil berlalu.
PSodah sudah biasa bicara lo gue dengan Henny. Kebiasaan Henny ngomong lo gue, menular juga pada Saodah.
Sepeninggal Henny Saodah bergegas menyalakan kompor yang biasa digunakan untuk menyalurkan uap ke setrika. Suara Guntur sesekali terdengar bersahutan.Setelah setrikanya siap, tanpa membuang waktu Saodah langsung mulai bekerja. Lebih cepat selesai, lebih baik, pikirnya. Satu demi satu baju mulai digosoknya, membuat tumpukan baju dikeranjang yang awalnya setinggi gunung berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya habis dan berganti dengan susunan baju yang telah rapi dan wangi.
Saodah merenggangkan seluruh persendiannya. Kedua tangan direntangkan sejauh-jauhnya dan pinggang diputarnya ke kiri dan ke kanan. Bunyi gemeletuk tulang terdengar. Saodah tersenyum puas.
Waktunya menghubungi Henny.
Done…Sebuah pesan singkat di kirimnya ke Henny. Sambil menunggu balasan dari Henny, Saodah memutar lagu Lee Min Hoo kesukaannya. Suara lembut Lee Min Hoo ditambah dengan hembusan angin akibat hujan yang tak jua berhenti membuat matanya semakin berat, berat, dan berat. Rasaya seperti orang sedang dininabobokan. Akhirnya Saodah pun tertidur dalam posisi duduk. Suara dengkurannya terdengan berirama.
Henny yang baru saja membaca pesan Saodah bergegas menemui Saodah di garasi rumahnya. Melihat Saodah tertidur ditemani iringan lagu Lee Min Hoo membuatnya tak tega untuk membangunkan temannya itu. Apalagi setelah mendengar dengkuran Saodah pun mengikuti irama lagu yang dinyanyikan Min Hoo.
Wah, si Odah keren juga. Suara dengkurannya bisa berirama kayak gini. Henny memeriksa hasil kerjaan Saodah. Hmmm, harum dan wangi. Pantas, usaha gokil Saodah banyak diminati.
Setelah menimbang beberapa hal, akhirnya Henny meninggalkan beberapa lembar uang lima puluhan ribu didekat Saodah sambil mengirim pesan. Dengan usil direkamnya Saodah yang sedang tertidur dan mengirimnya ke nomor Saodah.Dah..ini bayaran gosokan lu… Kalau lebih ambil aja. Klo kurang ngomong ya… Gue ngga tega bangunin lu.. Ntar klo mau pulang, pulang aja. Gue mau lanjut tiduran sama anak.
Entah sudah berapa lama Saodah tertidur. Yang jelas, dia terbangun saat merasakan badannya semakin pegal. Ya iyalah…tidur sambil duduk.
"Haah…dah jam berapa ini?" Tanyanya panik.
Bergegas dibukanya ponselnya. Astagfirullah…sudah jam 17 lewat. Saodah menepuk jidatnya. Sebuah pesan dari Henny membuatnya tersenyum.Uang yang ditinggalkan Henny sebagai upah gosok lebih dari bayaran yang seharusnya diterimanya.
Setelah mengirim pesan ucapan terimakasih cepat dibereskannya peralatan menggosok miliknya.
Hujan tak jua berhenti. Sebenarnya masih ada 1 rumah yang harus didatanginya. Tapi, fisik yang lelah, ditambah suara merdu Min Hoo dan udara sejuk akibat hujan merupakan perpaduan yang pas untuk membuatnya tertidur lama. Setelah menimbang beberapa hal akhirnya ia menghubungi pelanggan terakhir gokil hari ini dan meminta maaf karena tidak jadi datang dan mengubah jadwal kedatangannya menjadi besok. Tepat setelah mengirim pesan itu, ponsel Saodah pun mati kehabisan baterai.
Tak peduli dengan hujan yang masih turun dengan lebatnya, Saodah memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya. Walau menggunakan jas hujan, tapi derasnya hujan tetap membuatnya basah. Apalagi saat itu, beberapa titik di ruas jalan Ibu Kota penuh dengan genangan air, membuat jalanan yang sudah macet semakin bertambah macet. Dalam situasi begini, harapan Saodah cuma satu, Semoga si Bebe motor kesayangannya ini tidak mogok di jalan.
********
Azan Magrib sudah berkumandang sejak tadi. Langit juga semakin gelap. Somad terlihat mondar-mandir ke teras menanti kehadiran Saodah.Tidak biasanya hingga jam segini Saodah belum tiba di rumah. Hujan yang tak jua berhenti membuat Somad bertambah khawatir, apalagi dari tadi ponsel Saodah tidak bisa dihubungi.
“Emak belum pulang ya, Pak?” tanya Arum. Wajahnya terlihat khawatir.
Somad mengangguk.“Ponsel Emak dari tadi juga ngga bisa dihubungi.”
“Semoga Emak baik-baik saja ya, Pak.”
Kata-kata Arum begitu menenangkan. Somad mengamini dalam hati.Bingung harus melakukan apa, akhirnya mereka duduk-duduk di teras sambil menunggu kedatangan Saodah.
Entah sudah berapa lama mereka menunggu di teras, hingga akhirnya dari ujung gang terlihat kedatangan motor Saodah. Somad bergerak cepat menyambut kedatangan Saodah dan menggantikannya untuk memasukkan kendaraan ke garasi. Sementara Arum membantu Saodah melepas jas hujan. Tubuh Saodah menggigil kedinginan.
“Cepat ganti baju, Mak. Nanti Arum buatkan the hangat.”
Saodah tersenyum.Berjam-jam terjebak dalam kemacetan di tengah hujan membuat tubuhnya lelah.
Tanpa membuang waktu, Saodah segera mandi dan mengganti bajunya.
“Kalian sudah makan?” tanya Saodah setelah terlihat rapi.
“Belum, Mak. Mana bisa makan kalau kami khawatir Emak belum datang-datang,” jawab Somad.
“Ya udah…kita makan sekarang. Emak sudah kelaparan.” Saodah menepuk perutnya yang tetap terlihat gendut.
“Tadi Emak ketiduran di rumah Henny. Trus hp Emak kehabisan baterai,” jelas Saodah tanpa ditanya sambil mengaut nasi.
“Oh…pantesan dari tadi dihubungi ngga bisa nyambung. Kami khawatir, soalnya Emak ngga pulang-pulang sampai jam segini.”
“He..he… yang penting sekarang Emak sudah pulang kan..”
Paham dengan kondisi Emak yang kelelahan, malam itu makan malam selesai lebih cepat.
Saodah memutuskan langsung masuk ke kamar.Saat ini yang diinginkannya hanya merebahkan tubuhnya. Somad menyusul beberapa menit kemudian.
“Capek, yang?” tanya Somad.
“He..eh..” jawab Saodah singkat.
“Abang pijitin ya…”
Tanpa menunggu jawaban Saodah, Somad mulai menggosok tubuh Saodah dengan minyak urut. Badan Saodah terasa hangat. Kehujanan membuat badannya meriang. Akhirnya…Saodah pun harus istirahat.Setelah tertunda, akhirnya part 21 tayang, ole... ole... Selamat membaca keseruan Somad dan keluarganya...
"

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Gokil
HumorYang namanya keluarga itu harus saling mendukung kan? Ngga mungkin banget kalau sebuah keluarga itu adem ayem terus. Pasti ada pasang surutnya. Namun, yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana mereka saling dukung, saling bantu, dan bekerj...