Slogan “I like Monday.” walaupun hari ini bukan senin, sangat tepat di sematkan pada Satrio dan Bagas. Ya, karena itu berarti saatnya pergi ke Sekolah lagi, saatnya bersua dengan gebetan baru.
Senyum-senyum merekah terpancar dari raut wajah ke dua bujang Saodah dan Somad itu.
“Ck... Ck.... Senang banget nih kayaknya berdua, habis menang lotre ya? Tebak Arum asal. Seketika meledaklah tawa kedua anak lelaki yang masih kompak menyembunyikan tentang keberadaan sosok cewek di hati mereka saat ini. Sementara Saodah yang selama ini menjadi sosok ratu bagi Satrio dan Bagas, sepertinya posisinya bakal terancam.
Tapi, feeling seorang Ibu, biasanya tak pernah meleset, Saodah tahu itu. Perubahan-perubahan kecil yang sangat mencolok yaitu pemakaian parfum yang berlebihan selain itu si Bungsu Bagas, yang terkadang masih suka ngelendot manja atau tahu-tahu memberi ciuman pada Odah dan mengucapkan “Selamat pagi Emak.” Akhir-akhir ini seperti hilang di telan bumi.
Saat kedua putranya tengah menikmati sarapan, Saodah pun mendekati mereka.
“Enak nggak nih, nasi goreng buatan Emak?”
“Oh, kalau soal rasa jangan di tanya, pokok masakan Emak juaralah iya nggak Mas? ” seru Bagas. Satrio pun mengacungkan kedua jempolnya sementara mulutnya masih sibuk mengunyah.
Saodah tertawa melihat tingkah keduanya. “Terus ngomong-ngomong gimana keadaan sekolah, banyak tugas dong ya?” tanya Saodah sembari nyomot sepotong tempe di meja makan.
“Untuk saat ini belum lah Mak, ini kan masih Agustus dan biasanya sekolah disibukkan dengan gelaran acara agustusan. Tahun ini aja Bagas ikutan lomba ngeband, antar sekolah,” cerita Bagas bangga.
“Wah, siapa? Anak Bapak yang mau lomba nyanyi?” Somad tahu-tahu bergabung di susul Arum. “Ngeband Pak,” protes Bagas.
“Alah, iya sama saja. Dulu gini-gini Bapak pernah ikut paduan suara lo,” cerita Somad dengan mimik serius, semua tak percaya bahkan Saodah yang sudah lama menjadi istrinya pun tak tahu menahu soal cerita ini.
“Yang benar Pak? Lomba paduan suara? Di mana?” tanya Arum yang tak bisa lagi nyembunyiin rasa penasarannya.
“Lah ya ,benar lah, tapi ada yang perlu Bapak luruskan dulu yaitu, itu bukan lomba melainkan paduan suara tiap hari senin.” Lagi, suara tawa keluarga Somad terdengar di pagi itu dan terakhir di tutup dengan pesan untuk kedua jagoannya agar selalu rajin belajar, terutama untuk Satrio yang sebentar lagi menghadapi ujian akhir.
***
Saat Saodah tengah sibuk dengan aktivitas gosok mengosok, banyak pesan whatsapp masuk di mulai dari Mbak Jupe, si Mira hingga Bu Arti sampai Bu Rina. Kesemuanya cuma bertanya “Bu Odah Nak Satrio dan nak Bagas hari weekend lusa ini apa beroperasi?”
Jujur selesai membaca pesan itu, tanpa sadar senyumnya terkembang dan hatinya bak di disiram air es tapi rasanya sejuk. Ya, Odah bersyukur memiliki Satrio, Bagas dan juga Arum, anak-anak yang tak pernah banyak menuntut tapi juga ikhlas menjalani apapun tanpa keluh kesah. “Jaga selalu mereka ya Allah,” bisik Odah di antara antrian baju gosokan.Malamnya, seusai makan malam Saodah membawa berita gembira buat semua anggota keluarga, terutama buat Satrio dan Bagas. “Hari ini Emak banyak banget dapat whatsapp dari beberapa pelanggan setia gokil.”
“Wah, kenapa Mak? Apa ada pelanggan yang komplain soal kerja kita?” tanya Satrio khawatir, bayang-bayang hadiah motor melayang dan nama gokil yang bakal tercoreng muncul begitu saja. Wajah tegang juga ditunjukkan oleh semua.
Saodah tersenyum sesaat, menikmati suasana yang tak biasa ini.
“Ya... Nggak salah lagi mereka semua...” Saodah kembali memberi jeda.
“Sangat, suka dan puas dengan kinerja anak-anak bujang Emak.”
“Emaakk...” seru Bagas dan Satrio bersamaan, sembari memeluk sayang Saodah.
Disusul wajah-wajah lega dari Arum dan Somad. Ucapan syukur langsung mengema di seantero rumah.
Satrio dan Bagas saling mengedipkan mata. Emak yang tak sengaja melihat bahasa kode keduanya berdehem sesaat. “Untuk sepeda motor baru, tetap Emak pantau perkembangan sampai lima bulan ke depan. Tapi, kalau kinerja kalian memang bagus dan tidak diragukan lagi, siapa tahu Bapak dan Emak kalian ini khilaf terus memajukan jadwalnya.”
Mendengar itu, Bagas dan Satrio bangkit dari kursi dan ber tos ria.
Harga sebuah kepercayaan berbanding lurus dengan tanggung jawab yang semakin besar. Malam itu Odah juga menyampaikan deretan nama pelanggan yang request khusus minta gokil Satrio dan gokil Bagas yang datang.
“Ceileehh... baru berapa kali aja udah kek gitu... bentar lagi pasti bakalan buka fans club nih kayaknya?” ujar Arum sembari senyum-senyum. Somad yang mendengar gurauan Arum ikut menimpali
“Kayaknya kegantengan Bapak udah mulai luntur nih, udah di bagi rata ke anak-anak lelaki Bapak yang cakepnya nggak kuat.”
Saodah mulai menatap tajam ke arah Somad. “Awas saja kalo Bapak kalian ini ikut-ikutan buka fans club, Ibu bakalan demo,” dengkus Saodah cemburu. Tentu saja ucapan Emak di sambut tawa Somad dan anak-anak.
***Sabtu siang pukul dua, Satrio dan Bagas memulai perjalanan gokil berdasarkan request. Bagas ke rumah Pak Panji dengan modus bertemu Mila sedangkan Satrio meluncur ke rumah Bu Arti, sekalian malming yang kesiangan bersama Dewi, sambil menyelam minum air. Itulah pribahasa yang di pakai oleh duo gokil yang pesonanya mulai membius para pelanggan, khususnya kaum Ibu itu.
Satrio dan Bagas mulai di nanti dan dikenali banyak orang. Hal itu membuat Satrio terkejut. Baru saja kakinya hendak melangkah masuk ke rumah Dewi, ia tiba-tiba di sapa oleh seorang Ibu-ibu “Oh ini toh yang namanya Nak Satrio. Masih muda tapi sudah pintar mencari peluang. Ibu boleh minta fotonya dong,” seru si Ibu sembari mengeluarkan ponselnya dan sedetik kemudian “klik” Satrio dan Ibu berbaju bunga-bunga itu berfoto bersama. Sebelum pergi Ibu itu juga berjanji untuk kapan-kapan akan order gokil.
Setali tiga uang, nasib Bagas pun hampir sama dengan Satrio ia mendadak bak artis pendatang baru, saat separuh baju selesai ia gosok namanya di panggil oleh beberapa orang ibu-ibu yang kebetulan melintas.
Otomatis, Bu Rina yang mendengar sedikit keramaian itu mau tak mau keluar dari dalam rumah.Bagas mendadak pucat, ia merasa menjadi sumber keriuhan ini. “Maaf Bu, tapi Ibu-ibu ini yang meminta saya untuk berfoto.”
“Maaf Bu Rina, ijinkan kami untuk berfoto sejenak bersama pemuda penuh inspirasi ini,” seru salah satu Ibu-ibu mewakili yang lain. Bu Panji yang kurang begitu paham demikian juga dengan Bagas, mengernyitkan dahi.“Ini lo Ma,” seru Mila yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah sembari membawa ponselnya dan menunjukkan sebuah channel youtube yang tengah menayangkan Satrio dan juga Bagas tengah bersepeda membawa nama gokil.
Bagas menepuk dahinya saat melihat nama si pengunggah video itu. Haris, sahabat terbaiknya.
“Ada-ada saja,” batinnya. Akhirnya mau tak mau Bagas meladeni permintaan foto para Ibu heboh itu.
“Ihirr... yang jadi idola Ibu-ibu, awas ada yang naksir loh,” goda Mila, saat rombongan para Ibu itu meninggalkan rumah Bu Rina.
Bagas hanya bisa garuk-garuk kepala dengan keanehan yang terjadi hari ini, di samping rasa syukur dengan bertambahnya pelanggan gokil.
“Awas lo ya Ris, kita harus buat perhitungan hari senin besok,” batin Bagas sebelum kembali menyelesaikan gosokannya yang tertunda.
Akhirnya part 24 up yakk... Semakin seru karena Satrio dan Bagas mendadak terkenal, gimana lanjutkan kisahnya. Pantengin terus...

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Gokil
HumorYang namanya keluarga itu harus saling mendukung kan? Ngga mungkin banget kalau sebuah keluarga itu adem ayem terus. Pasti ada pasang surutnya. Namun, yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana mereka saling dukung, saling bantu, dan bekerj...