Pertandingan yang Dinanti

20 2 0
                                    

Matahari masih belum menunjukkan sinarnya, tapi kegaduhan sudah terdengar dari rumah Saodah. Apa lagi kalau bukan karena rebutan kamar mandi.

“Woi...buruan....harus buru-buru ke sekolah nih..,” teriak Satrio sambil menggedor kamar mandi yang tak juga terbuka dari tadi.

“Paling Bapak tuh...pagi-pagi sudah nyetor,” komentar Arum yang juga ingin segera mandi.

“Aduh Pak....gantian dong... Bagas juga sudah ngga tahan nih.”

“Mas duluan lho ya...Mas harus ke sekolah pagi-pagi soalnya ada briefing dari pelatih sebelum lomba nanti,” kata Satrio pada Bagas yang masih memegangi perutnya.

Hari ini adalah jadwal pertandingan basket antara sekolah Bagas dengan SMA Garuda.

“Bagas bentar aja kok Mas. Lima menit. Perutnya sudah ngga tahan nih,” kata Bagas memelas.

“Lima menit aja lho ya. Awas kalau lebih, Mas panggilin Mila.

“Ish..kok bawa-bawa Mila sih,” protes Bagas.
Tak lama pintu kamar mandi pun terbuka. Tanpa menunjukkan wajah bersalah, Somad keluar dari kamar mandi “Legaaa,” katanya nyengir sambil mengelus perutnya.

“Lama banget sih, Pak. Jangan bilang kalau sambil tidur ya...,” protes Arum.
Somad hanya tertawa.
Tanpa menunggu aba-aba Bagas langsung masuk menggantikan Somad.

“Lima menit aja lho, Gas.” Satrio mengingatkan.
Aroma masakan Saodah mulai tercium. Nasi goreng ikan asin. Nya Saodah masak lebih awal karena hari ini Satrio akan bertanding. Jangan sampai anak lanangnya itu bertanding dalam keadaan perut kosong.

“Mulainya jam berapa, Yo?” tanya Saodah ketika semua sudah berkumpul di meja makan.

“Mulainya sih jam 9, Mak. Tapi pemainnya disuruh ngumpul dulu sebelum jam 7. Biasa...pemanasan trus nanti akan ada briefing dari pelatih.”

“Ok. Emak pasti datang jadi suporter,” kata Emak semangat.

“Bapak juga,” Somad tidak mau kalah.

“Nanti Arum sama Bagas nyusul naik angkot,” kata Arum.

“Tapi jangan malu-maluin Satrio ya...”

Satrio teringat pertandingan terakhirnya yang di support oleh keluarganya. Semuanya kompak menggunakan kostum pahlawan super lengkap dengan drum dan atribut heboh lainnya. Tidak sia-sia sih karena ternyata setelah pertandingan ada pemberian hadiah kepada suporter terheboh.
Saodah dan Somad hanya saling memberi kode.

“Mau kemana, Mas? Pagi-pagi sudah ganteng,” tegur Esti sambil menyapu halaman saat melihat Satrio mengeluarkan kendaraannya.

“Mau ke sekolah.”

“Hari libur gini?”

“Ada pertandingan basket.”

“Wow....boleh ikut nonton Mas?”

“Terserah aja,” kata Satrio sambil menaiki motornya.

“Di SMK Bakti Bangsa kan?” tanya Esti lagi. Satrio hanya mengangguk sambil melajukan kendaraannya.
Huh sombong, kata Esti dalam hati. Awas ya nanti kubikin klepek-klepek kamu.
******
Satrio tiba di sekolah, 15 menit sebelum jam 07.00. Walau pertandingan dimulai pukul 09.00, tapi parkiran di sekolah Satrio sudah mulai ramai oleh suporter dari masing-masing sekolah.
Setelah pemanasan dan latihan sebentar, pelatih memberi beberapa instruksi kepada tim asuhannya.

“Ingat!! Satu orang bisa menjadi unsur penting dalam sebuah tim, tapi satu orang tidak akan bisa membuat tim. Karena itu utamakan kerjasama Tim,” nasihat Pak Yos pelatih tim basket SMK Bakti Bangsa.

Keluarga GokilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang