Berbenah

17 2 0
                                        

“Eh, coba pada lihat ini deh.” Pagi-pagi Arum teriak-teriak histeris, membuat seisi rumah penasaran dan berbondong-bondong mendatanginya di ruang tamu.

“Ada apaan sih Mbak heboh amat, orang mau mandi juga,” seru Bagas yang masih memegang sikat gigi dan penuh odol di mulutnya. Saodah yang melihat itu langsung meminta Bagas balik ke kamar mandi. “Ish, jorok banget sih, sana di bersihin dulu tuh odolnya.”

“Habisnya, sapa suruh bikin orang kepo,” seru Bagas sambil menatap ke arah Arum.

“Lha, kok gue,” seru Arum sembari menjulurkan lidahnya. Saodah memijat pelipisnya. Pagi-pagi udah di hadiahi keributan. Anak tiga, udah pada gede-gede, masih aja suka ribut.
Arum kemudian menunjukkan sebuah broadcast dari sebuah nomor yang tersimpan di kontak Arum,  bernama Bu Ayu. Beliau memang sering memakai jasa Saodah Gokil.

“Hati-hati kalau memakai jasa gokil. Pilih yang amanah, kemarin sweater anak saya hampir di embat.”
Semua saling pandang dan bertanya-tanya, tapi Saodah tahu usaha gokil baru dia seorang di wilayah Rawa Buaya dan sekitarnya yang memulai, dan di ikuti oleh tetangga sebelah.

“Atau jangan-jangan, tetangga itu yang...” duga Arum. Saodah mengedikan bahu, setelah itu ngeloyor ke dapur, diikuti Somad ke halaman belakang sibuk bercengkrama dengan tanaman Anggreknya, sementara Satrio mempersiapkan diri hendak berangkat sekolah sedang Arum mencatat beberapa pelanggan yang masih order gokil Saodah hingga hari ini.

“Loh, rame-ramenya udahan?” tanya Bagas yang baru keluar dari kamar mandi.

“Telat,” sembur Arum.
*
Pukul sebelas, Saodah sampai di rumah. Rencana mulia setelah berganti baju, adalah ingin duduk-duduk di dekat kipas angin kesayangan, tapi terpaksa di tunda karena suara salam terdengar dari luar.

“Maaf, ke sini nggak kabar-kabar dulu. Ini kebetulan lewat dan lihat motor Odah ada di rumah, kita berinisiatif untuk mampir,” ujar Panji yang siang itu datang bersama Ratna sang Istri. Tentu saja Saodah senang apalagi Ratna memuji hasil kerja anak-anak bujangnya.

“Beneran loh Bu, jarang ada anak cowok seusia mereka bisa telaten.” Perkataan sederhana itu seolah menjadi energi baru bagi Saodah, di tengah pasang surutnya usaha gokil. Saodah juga mengucapkan terima kasih karena pada awal merintis gokil Panji dan keluarga banyak membantu seperti membuat brosur dan sempat terjadi salah paham dengan Somad pada waktu itu. Saodah mengulum senyum mengenang yang telah lalu.
Panji pun bertanya kemajuan gokil. Saodah yang awalnya ingin menutupi keadaan sebenarnya, tak bisa wajah nya yang tiba-tiba tersaput mendung dan juga meja setrika tempat Ratih biasa bekerja tampak kosong. Membuat siapa saja yang melihat bisa menyimpulkan keadaan gokil Saodah pasti sedang ada masalah.

Akhirnya mau tak mau Saodah menceritakan semua dari A sampai Z, tentang tetangga yang rese' nya nggak ketulungan. Panji dan Ratna paham. Panji pun menawarkan untuk membuatkan web, supaya gokil lebih banyak di ketahui oleh orang lain, Ratna setuju dan mendukung usul suaminya itu. Lagi, Saodah tak bisa berkata, berulang kali ia ucapkan terima kasih banyak atas bantuan yang keluarga Panji berikan.

Malam, saat keluarga bisa berkumpul dengan personil lengkap. Saodah kembali mengulirkan pertanyaan

“Siapa yang punya ide untuk penyegaran bagi gokil?”

“Terima karyawan baru,” ujar Arum. “Ya, mengingat sebentar lagi Satrio bakal di sibukan dengan ujian akhir,” tambah Arum lagi.

“Kasih diskon plus, plus...” usul Bagas.

“Hmm... plus, plusnya apaan nih? Pijat refleksi apa meni-pedi,” gurau Satrio, yang disambut tawa anggota keluarga lainnya. Saodah sibuk mencatat semua usul dan saran yang  masuk.

“Oke, semua sudah Emak catat, tinggal nanti mana yang mau dieksekusi kita lihat situasi dan kondisi di lapangan lebih dahulu,” putus Saodah, sambil menceritakan kedatangan Panji dan Ratna siang tadi.
Mendengar nama Panji kembali di sebut, Somad ingin protes tapi urung, karena ada nama Ratna jugaldi sebut, jadi Somad memilih diam sembari mendengarkan penuturan Saodah.

“Beliau berdua mau membantu kita untuk membuat web. Supaya gokil kita lebih dikenal dan go public gitu.”
Bagas mengacungkan dua jempol “Mantap.”

“Ehm... Ehm... camer nya baik banget euy eh, sebenernya pacarmu yang mana sih Gas? Mila apa Esti?” goda Arum. Sementara yang di goda malu-malu kucing. “Aah, Mbak Arum apaan...” Saodah dan Somad tertawa melihat putra bungsu mereka, memerah pipinya. 
Dua hari kemudian. Somad di bantu Saodah dan juga Ratih mendekor ulang meja kasir dan ruang gosok dibuat lebih eye chating dengan memberi sapuan cat di dinding yang lebih ceria, memasang spanduk baru, menyebar brosur dan juga berbelanja pewangi pakaian yang memiliki aroma khas terakhir di bantu Satrio dan Bagas mengisi web yang telah di buat oleh Panji.
Sementara itu di rumah Gina, pelanggan yang awalnya tertarik dengan diskon yang ditawarkan semakin hari semakin menyusut. Broadcast dari Bu Ayu kemarin sedikit banyak turut mempengaruhi.

“Karena nila setitik rusak susu sebelanga.” ucap Gina di depan Esti. “Kamu tahu artinya pribahasa itu?”  ujar Gina meradang “Karena satu kesalahan yang kamu buat imbasnya, semua pelanggan kabur,” tambah Gina lagi. Esti hanya diam menunduk sambil menghitung kotak-kotak ubin.

Perasaan dongkol Gina semakin bertambah saat melihat ke arah kediaman Somad, di depan rumah telah terpasang spanduk baru dan dari kejauhan terlihat kesibukan si pemilik rumah. Masih penasaran, Gina mengambil teropong miliknya dan mulai mengintai.

“Ngapain segala pakai teropong, kayak detektif kesiangan,” colek Mpok Hindun yang baru muncul.

Gina yang tengah serius mengamati dan tak sadar ada orang datang terkejut hingga loncat, sampai teropongnya terlepas dari genggaman. “e copot e copot...” serunya latah.

Gina yang awalnya ingin marah batal, karena sebuah kertas melayang tepat mengenai wajahnya. “Oh, dasar sableng lempar-lempar kertas nggak permisi dulu, bisa luntur nih riasan wajah eyike,” gerutu Gina jengkel. Dan sekarang kepalanya seperti mendidih, serasa mau meledak setelah membaca selembar kertas yang tadi menimpa wajahnya, ternyata adalah sebuah brosur yang bertuliskan

Setrikaan menumpuk, tidak punya waktu buat setrika. Ingin hemat listrik dan mendapatkan hasil setrika yang rapi dan wangi.
Kamilah Solusinya. Saodah Gokil
Gratis antar jemput tanpa harus keluar rumah...
Regular : Rp. 4000,-/kg
Member : Rp. 3000,/kg
Buruan tekan nomor :
0812 3456 7890
021- 7890 6543

“Asem...” teriak Gina, seraya merobek-robek brosur di tangannya jadi serpihan-serpihan kecil tak berbekas yang sebagian terbang tertiup angin.

“Loh, isinya apa? Mpok belum juga baca kok sudah di robek,” protes Mpok Hindun, yang masih berusaha mengumpulkan sobekan-sobekan kertas yang tercecer.

“Hadeeh... Kok kayak kurang kerjaan to Mpok? Aku aja ogah ngumpulin kenangan mantan, lha kok ini kertas gitu doang mau disatuin. Sana gih, minta di rumah Somad banyak Mpok,” omel Gina sebal.

Mpok Hindun tertegun sesaat “Oalah, lo sih kagak ngomong dari tadi kalau punya si Somad. Idih, gue mah ogah. Najis.” Hindun pun ngeloyor masuk ke dalam rumah, menyusul Gina.













Keluarga GokilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang