Misi Terselubung

14 3 0
                                    

Witing tresno jalaran soko kulino, lunture tresno jalaran ono wong liyo.

Cinta tumbuh karena terbiasa, cinta luntur karena ada orang asing.

Pepatah Jawa ini ternyata ada benarnya juga. Walau awalnya tidak begitu sreg dengan kehadiran Esti tapi kalau tiap hari ketemu, tiap hari chating, tiap hari ngobrol, lama-lama ya muncul ketertarikan. Itu juga yang dirasakan oleh Satrio dan Bagas. Walau Esti seumuran dengan Mbak Arum, tapi seolah tidak ada jarak di antara mereka. Esti tetap bisa membawa diri dan tidak terlihat sok dewasa. Esti juga sangat perhatian, membuat Satrio dan Bagas seolah menemukan...emak kedua...eh...bukan sih...pokoknya merasa nyaman saja kalau ada di dekat Esti. Bahkan saat ini posisi Dewi dan Mila pun mulai bergeser.

"Besok kalian keliling ya?" tanya Esti saat main ke rumah Saodah. Esti sudah hafal kebiasaan keluarga ini, termasuk kalau tiap akhir pekan adalah giliran Satrio dan Bagas yang tugas membawa armada gokil. Esti juga hafal jam-jam kepulangan Saodah. Kalau yang lain sih tidak perlu dikhawatirkan. Maksudnya Somad dan Ratih karena keduanya sudah terbiasa dengan kedatangan Esti di sana.

"Iya, Mbak," jawab Bagas.

"Kok masih panggil Mbak sih. Esti aja!"

"He..he..iya...lupa Mbak, eh.. lupa, Es."

"Es apa? Es krim, es teler, es doger?"

"Haduh...serba salah nih jadinya. Mbak salah, Es juga salah. Kalau gitu Ti aja deh," kata Bagas sambil garuk-garuk kepala.

Esti tertawa.

"Becanda...becanda....besok berapa rumah yang kalian datangin?"

"Kalau akhir pekan rame. Paling sedikit itu 4 rumah. Itu yang sudah bikin janji lho. Kadang ada yang manggil juga. Rame lah pokoknya," terang Satrio.

"Capek dong?"

"Capek sih. Namanya akhir pekan itu gosokan numpuk. Saya pernah gosok 50 kiloan lebih untuk satu rumah.

Rumahnya rameee banget, mungkin mau ada hajatan jadi anggota keluarganya ngumpul semua. Kaliin aja dengan 4 rumah.Tapi setara lah dengan uang yang didapat."

"Emang dapatnya berapa?" pancing Esti.

"Yah...kalau sehari bisa gosok sampai 150 kiloan kali aja sama 3 ribu, sekitar 450 ribuan lah," jawab Satrio.

"Itu belum di tambah sama yang didapat Bagas. Jadi kalau ditotal-total hampir sejutaan lah dapatnya."

Wuihh...lumayan juga ya penghasilan dua bocah ini, kata Esti dalam hati.

"Langganan kalian dari mana saja?"

"Kebanyakan sih teman-temannya Emak. Atau teman dari teman-temannya Emak. Ini aja sebenarnya banyak lho permintaan yang ditolak karena tenaganya kurang. Makanya kadang ditawarkan juga mau ngga kalau gosokannya diambil untuk dikerjakan di rumah? Kadang ada yang mau, kadang juga ada yang ngga mau. Kita sih terserah aja. Mau syukur, ngga juga syukur."

"Oh gitu..."

"Iya...kendaraannya kan cuma 2. Kalau semuanya minta didatangin ya waktunya ngga cukup. Tenaganya juga."

"Tapi kalian hebat ya....ngga gengsi jadi gokil," puji Esti.

Mendapat pujian Esti, hati Bagas dan Satrio langsung berbunga-bunga. Wajahnya langsung terlihat sumringah.

"Ngga gitu juga sih," kata Satrio sambil mengusap hidungnya. "Awalnya gengsi juga sih. Cowok kok disuruh gosok. Tapi kasihan Emak kalau sampai akhir pekan tetap keliling kapan istirahatnya. Makanya gengsi dikesampingkan dulu. Apalagi Emak janji mau beliin motor baru. Jadi makin semangat deh."

Keluarga GokilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang