Komplain

19 3 0
                                        

Fokus pada kualitas ketika bekerja dan selalu menjaga kepercayaan adalah modal utama dalam membangun usaha Gokil. Itu pula yang selalu Saodah tanamkan pada Ratih dan juga anak-anaknya yang juga merangkap sebagai karyawan “Saodah Gokil”.

Hasil gosokan yang rapi dan wangi, cepat, dan tentu saja tidak berkurang selembar pun apalagi bertambah.
Pagi itu, sebuah pesan masuk ke ponsel Saodah. Setelah membaca pesan itu Saodah langsung jingkrak-jingkrak kegirangan. Bagas yang sedang mandi segera menyelesaikan mandinya. Satrio yang sedang menunggu giliran mandi sambil tiduran di kursi langsung terduduk. Arum yang masih berdandan di kamar langsung ke luar tak peduli panjang alisnya masih belum sama. Somad pun masih dengan tampang mengantuknya langsung terjaga.

“Ada gempa ya?” tanya Bagas masih dengan busa di kepalanya.

“Iya...tadi lantai rumah sampai bergoyang.”
Keempatnya berdiam diri sejenak. Lalu saat Saodah berjingkrak lagi, keempatnya sadar penyebab rumah mereka bergoyang adalah Saodah.

“Mak...Sadar Mak. Nanti rumah kita bisa rubuh,” teriak Arum sambil mendatangi Saodah.

“Emak....kalau mau bakar lemak, jingkrak-jingkraknya jangan dalam rumah. Noh..di tu
Bukannya menjawab, Saodah malah memeluk anak-anaknya dan mengajak jingkrak-jingkrak. Akibatnya tentu saja rumah mereka jadi tambah berguncang.

“Emakkkk......stop...stop....”
Setelah ditahan oleh ketiga anaknya barulah Saodah berhenti jingkrak-jingkrak.
Nafas Saodah terengah-engah. Tapi wajahnya terlihat ceria.

“Maaf...maaf...Emak terlalu bahagia,” kata Saodah dengan mata berbinar-binar. Senyum tak henti-hentinya menghiasi bibirnya. “Hari ini beberapa langganan kita yang dulu pindah ke ‘Gina Gokil’ ngubungin Emak. Kalau firasat Emak nih, bentar lagi langganan-langganan kita yang lain juga bakal ngubungin Emak lagi. Makanya Emak bahagia banget.”

“Alhamdulillah...”

“Tapi ngga perlu jingkrak-jingkrak juga kali, Mak. Ingat sama umur dan rumah,” balas Satrio.

“Maksudnya ???” Saodah menatap Satrio galak.
Satrio garuk-garuk kepala, salah tingkah mendapat tatapan seperti itu dari Ibunya.

“Maksud Satrio...Emak kan badannya gembrot....kalau lompat-lompat kasihan rumahnya, goyang-goyang kayak ada gempa,” jelas Satrio polos. Arum dan Bagas yang ada disampingnya spontan menyikut Satrio.

“Bohong dikit napa...,” bisik Bagas.
Dibilangin gembrot, Saodah langsung manyun. “Ya udah..kalian sarapannya bikin telur ceplok aja,” putusnya yang langsung disambut suara protes dari seluruh anggota keluarga.
Untuk melampiaskan kekesalan gara-gara pagi ini Emak tidak menyiapkan sarapan, Satrio langsung dihujani jitakan oleh seluruh anggota keluarga.

“Gara-gara kamu, nih.”
Satrio hanya bisa pasrah.
****
Kalau mau tahu kabar terkini gang Rawa Buaya dan sekitarnya hingga gosip-gosip terhangat di negara ini, maka lapak sayur Mang Ujanglah tempatnya. Seperti pagi itu. Baru saja memarkirkan motornya, Mang Ujang langsung diserbu ibu-ibu.

“Bawa apa, Mang?” tanya Bu Wilson yang duluan menghampiri Mang Ujang.

“Macam-macamlah, Bu. Ayam, bebek, ikan kerapu, ikan tenggiri, dan teman-temannyalah. Silahkan dipilih sendiri,” jawab Mang Ujang sambil mengeluarkan ikan-ikan segar yang sudah dibungkus dalam kresek-kresek kecil.
Bu Wilson langsung memilih-milih ikan segar yang akan dibelinya. Saat melihat Saodah yang ikut bergabung, Bu Wilson langsung menyapa.

“Dah...jangan lupa nanti ambil gosokan di rumah, ya,” pesan Bu Wilson.
“Siap, Bu,” jawab Saodah sambil ikut memilih-milih sayur dan ikan yang akan dimasaknya untuk orang rumah.

Keluarga GokilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang